Home / Romansa / Pesona Istri yang Dikhianati / Aku juga istrimu, Mas!

Share

Aku juga istrimu, Mas!

Author: Queen Mikayla
last update Last Updated: 2024-11-01 05:29:15

Setelah selesai di klinik, Aluna kembali ke rumah. Setibanya di dalam, dia langsung mengunci pintu dan melangkah ke kamar. Dengan penuh semangat, dia mulai memeriksa berkas-berkas yang diberikan Kaisar.

"Ini dia," gumamnya, membuka map berisi dokumen tentang bisnis dan proyek-proyek yang sedang berjalan. Aluna membolak-balik kertas tersebut, berusaha memahami setiap detailnya. Namun, pemikirannya terpecah saat teleponnya bergetar di meja.

“Siapa ini?” tanyanya sambil mengambil ponsel dan melihat nama yang tertera. “Kaiser Amartha?”

Segera, ia mengangkat telepon, “Ada apa, Kaisar. Kamu mau bahas lagi soal tadi?”

"Tidak, Aluna. Aku ingin memberi tahu bahwa perusahaan Martin telah mendapatkan kontrak kerja sama dengan Tuan Louis dari Amerika. Ini berkat bantuan Betran."

Aluna terdiam. Kontrak itu bisa menjadi langkah besar bagi Betran dan Veronica. “Berapa besar nilainya?” tanya Aluna, berusaha tetap tenang.

“Kontrak ini bisa menguntungkan kedua perusahaan. Nilai totalnya mencapai jutaan dolar.”

“Jutaan dolar?” Aluna merasa jantungnya berdegup kencang. “Tunggu sebentar.”

Dia mematikan telepon dan mengumpulkan pikirannya. Dia tidak bisa membiarkan ini terjadi tanpa melawan.

“Kaisar!” Aluna kembali menelepon Kaisar.

“Ya, Aluna? Ada apa?” jawab Kaisar.

“Perusahaan Martin mendapatkan kontrak besar dari Tuan Louis berkat Betran! Aku tidak terima!!”

“Tenang, Aluna,” kata Kaisar berusaha menenangkan. “Apa kamu ingin melakukan sesuatu?”

“Tentu, Kasiar." Aluna tersenyum sinis, "Dia tidak bisa terus menerus mendapat keuntungan! Aku ingin kamu melakukan sesuatu, bagaimanapun caranya. Tuan Louis harus menggagalkan kontrak itu! Kau mengerti?"

"Tapi, Aluna.... "

Kaisar belum selesai bicara, namun Aluna sudah mematikan teleponnya.

Kaisar menghembuskan napas kasar, bagaimana caranya agar Tuan Louis menggagalkan kontrak kerjasama dengan perusahaan Martin?

Setelah mengakhiri percakapan dengan Kaisar, Aluna kembali fokus pada dokumen. Ia membolak-balik lembaran berkas-berkas perusahaan tersebut.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat membuatnya terkejut. Aluna segera membereskan berkas-berkasnya dan menyembunyikannya di balik bantal sofa.

“Aluna!” teriak Veronica dari luar kamar.

“Iya, apa?” jawab Aluna dengan suara yang berusaha terdengar tenang.

Pintu kamar terbuka lebar, dan Veronica melangkah masuk, seperti biasa raut wajahnya terlihat sinis. “Enak banget kamu santai-santai. Aku ada kerjaan untuk kamu. Cepat! Pijat kakiku!” katanya sambil menunjukkan kakinya yang terlihat lelah setelah berbelanja seharian.

“Maaf, Veronica. Aku tidak bisa. Lagipula, aku bukan tukang pijat,” jawab Aluna ketus.

Veronica menatap Aluna tajam, matanya menyala dengan kemarahan. “Apa? Jadi kau menolak perintah dariku?”

“Ya, lebih tepatnya begitu, Veronica,” ucap Veronica santai.

Veronica melangkah, lebih dekat dengan Aluna, “Kau berani menolak perintahku?”

Aluna menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan amarahnya. “Mengapa tidak? Lagipula, kamu bisa panggil tukang ngurut.”

Veronica tidak terima mendapat penolakan dari Aluna. “Cih! Dasar pembangkang! Cepat pijat kakiku, Aluna. Kalau tidak.... ”

"Kalau tidak apa, Veronica?" Aluna malah menantang Veronica semakin membuat madunya itu geram.

Baru saja Veronica membuka mulutnya. Betran muncul di ambang pintu. "Ada apa ini?"

“Sayang .... Dia menolak perintahku. Dia sudah berani melawan!” Veronica menjelaskan dengan nada manja.

Betran melihat Aluna dengan tajam. “Aluna, ini adalah rumahku dan perintah istriku adalah perintahku juga. Cepat, turuti perintah Veronica.”

Aluna geleng-geleng kepala. “Tapi, Mas, aku juga istrimu. Kamu lupa? Kita belum bercerai," jawab Aluna.

Betran melangkah mendekat, menatap Aluna dengan kemarahan yang jelas di wajahnya. “Kau berani membantah? Istriku hanya Veronica! Dan aku hanya istri status. Mengerti?”

Aluna terpaksa berjongkok di depan Veronica. Dia malas untuk berdebat.

Veronica sudah duduk di aras kasur. Dengan gerakan pelan, Aluna mulai memijat kaki wanita yang begitu dibencinya itu. Aluna berusaha menahan diri agar tidak menunjukkan perasaan sakit hatinya, namun hati kecilnya terus menggerutu.

"Nah, gitu doang. Aluna!" Veronica sengaja menyuruhnya sambil tertawa kecil, tampak menikmati posisi Aluna yang terlihat lemah.

Aluna menghela napas dalam-dalam, tetapi tetap menekan telapak kaki Veronica seperti yang diminta. "Apakah sekarang sudah cukup? Aku ada kerjaan yang harus aku kerjakan," kata Aluna sambil melirik Betran yang berdiri di samping Veronica.

“Pekerjaan lain?” Betran menyeringai kecil. “Pekerjaan kamu hanya menuruti perintahku dan Veronica. Jangan pernah lupa itu.”

Aluna menatap Betran tajam, mencoba mengingat kembali betapa dulu ia mencintai lelaki di hadapannya ini. "Aku tahu, Mas. Tapi ingat juga bahwa aku ini bukan pembantu. Aku istrimu, ibu dari anakmu yang sedang kukandung."

Veronica mendengus keras. “Ibu dari anaknya Betran? Heh dengar, bahkan Betran sendiri tidak peduli pada anakmu itu? Kamu benar-benar lucu, Aluna.”

Aluna tersenyum tipis, walau hatinya benar-benar kesal. “Tertawalah selagi kamu bisa, Veronica. Ingat, roda selalu berputar.”

Veronica hendak membuka mulutnya lagi, tetapi Betran menghentikannya dengan gerakan tangan. “Cukup, Aluna. Selesaikan saja tugasmu.”

Aluna mengangguk pelan dan menahan rasa sakitnya.

***

Di tempat lain, berkas-berkas tentang perusahaan Martin tersebar di meja kerja Kaisar, ia tengah mencari cara untuk menggagalkan kontrak kerja sama perusahaan Martin dengan Tuan Louis sesuai permintaan Aluna.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” suara sekretarisnya menyadarkan Kaisar dari lamunannya.

Kaisar meliriknya sejenak. "Bawa semua informasi terbaru tentang proyek kerjasama perusahaan Martin dan Tuan Louis di Amerika," perintahnya tegas.

"Baik, Pak." Sekretarisnya pergi, meninggalkan Kaisar.

Kaisar kemudian mengambil ponselnya dan mengetik pesan singkat kepada salah satu rekan bisnisnya di Amerika, yang kebetulan dekat dengan Tuan Louis.

Beberapa menit kemudian, ponselnya berbunyi. Pesan balasan yang diterimanya berisi janji untuk menyampaikan informasi tersebut kepada Tuan Louis sesegera mungkin. Kaisar tersenyum tipis, merasa setidaknya satu langkah sudah dimulai.

“Aluna, aku akan melakukan apapun demi mewujudkan keinginan kamu,” gumam Kaisar tersenyum sambil menatap layar ponselnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Kamu bukan pelakor, Aluna

    Beberapa hari kemudian. Setelah melalui proses hukum yang panjang, akhirnya hari itu tiba. Di kantor polisi, seorang petugas dengan wajah serius membuka berkas di tangannya, menatap pria yang duduk di depannya."Pak Betran," ujar petugas itu, "setelah mempertimbangkan semua bukti dan kesaksian, kami memutuskan untuk membebaskan Anda. Anda sekarang resmi bebas."Betran menghela napas panjang, seolah beban berat terangkat dari pundaknya. Ia menatap petugas itu dengan mata berkaca-kaca."Terima kasih, Pak," suaranya bergetar. "Saya benar-benar tidak menyangka akan bebas secepat ini."Di luar kantor polisi, Maria, ibu Betran, sudah menunggu dengan cemas. Begitu melihat putranya melangkah keluar, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. Ia berlari kecil menghampiri Betran dan memeluknya erat."Anakku, syukurlah kau bebas," isaknya. "Aku tak henti berdoa untukmu."Betran membalas pelukan ibunya dengan hangat."Semua berkat Aluna," ucapnya pelan. "Tanpa bantuan Aluna, mungkin aku masih ter

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 118

    Aluna melangkah masuk ke ruang kerjanya dengan tenang, meskipun hatinya masih sedikit panas setelah insiden dengan Ratu di parkiran tadi. Ia menghela napas pelan, mencoba mengembalikan fokusnya pada pekerjaan. Begitu ia duduk di kursinya, asistennya, Hanna, segera masuk dengan membawa tablet di tangannya. "Nyonya Aluna, sesuai jadwal, pukul sepuluh pagi nanti ada pertemuan dengan klien dari Korea Utara," lapor Hansen. "Mereka ingin menawarkan kerja sama bisnis di bidang ekspor bahan baku tekstil. Saya sudah mengatur tempat pertemuan di ruang konferensi lantai tujuh." Aluna mengangguk. "Baik, pastikan semua dokumen yang diperlukan sudah siap. Aku ingin tahu lebih detail mengenai proposal mereka sebelum pertemuan dimulai." "Saya akan segera mengirimkan berkasnya ke email Anda," kata Hansen. "Terima kasih, Hansen. Itu saja?" "Satu lagi, Nyonya," lanjut Hansen. "Saya ingin memastikan apakah Anda akan menghadiri makan siang dengan investor lokal nanti?" Aluna berpikir sejenak

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 118

    Aluna baru saja hendak membuka pintu mobil saat suara seseorang memanggilnya dari belakang. "Aluna! Tunggu!" Ia menoleh dan melihat seorang wanita tua berlari kecil ke arahnya. Kania, mantan ibu mertuanya. Wajahnya tampak lelah, ada guratan cemas di sana. Aluna menghela napas. Ia sudah bisa menebak tujuan wanita itu datang menemuinya lagi. "Tolong, Aluna..." suara Kania bergetar, matanya berkaca-kaca. "Aku mohon, bebaskan Betran... Aku tahu dia salah, aku tahu dia pantas dihukum, tapi dia tetap manusia. Dia tetap ayah dari Alva..." Aluna menegang. Ia menggenggam pegangan pintu mobil erat-erat, mencoba menahan gejolak dalam dirinya. "Kania, sudah kubilang berkali-kali, aku tidak bisa begitu saja membebaskan dia. Ini masalah hukum, bukan masalah pribadi," ujar Aluna setenang mungkin. Kania terisak. "Aku mohon, Aluna... Aku sudah tua, aku tidak sanggup melihat anakku menderita seperti ini. Dia sudah menerima kesalahannya, dia menyesal. Tolonglah, Aluna..." Aluna menatap K

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 117

    Aluna berjalan menuju kamarnya dengan perasaan yang sangat sulit ia jelaskan. Senyum kecil tak bisa ia tahan saat mengingat bagaimana Kaisar tadi mencium dan memeluknya. Rasanya begitu nyata, begitu hangat, seakan waktu tak pernah memisahkan mereka. Namun, lamunannya buyar ketika suara tangisan Baby Alva terdengar. Dengan cepat, ia mendekati ranjang bayi dan mengangkatnya ke dalam pelukannya. "Alva sayang, kenapa rewelnya?" gumam Aluna sambil mengayun-ayun pelan tubuh kecil itu. Baby Alva masih merengek, tangannya yang mungil menarik baju tidur Aluna, seolah meminta lebih banyak perhatian. "Kamu mau ditimang-timang, ya?" tanya Aluna lembut. Senyum Aluna semakin mengembang saat melihat mata kecil Alva mulai terpejam dalam gendongannya. Tapi di sisi lain, pikirannya kembali teringat pada Kaisar. Ucapannya, sentuhannya, tatapan penuh kerinduan itu. Di tempat lain, Kaisar baru saja sampai di rumah. Langkahnya santai, seolah tak peduli dengan siapa yang mungkin sedang menunggun

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 116

    Tok! Tok! Tok!Aluna yang sedang duduk di tepi ranjang langsung menoleh ke arah pintu. "Nona, ada tamu," suara pelayan terdengar dari luar. "Siapa?" tanyanya sambil bangkit. "Tuan Kaisar, Nona," jawab pelayan dengan nada hati-hati. Aluna terdiam sejenak. Rasanya tak percaya Kaisar datang ke sini, ke mansionnya, setelah semua yang terjadi. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan perasaannya sebelum akhirnya melangkah keluar dari kamar. Saat sampai di ruang tamu, sosok Kaisar sudah berdiri di sana. Pria itu mengenakan kemeja putih dengan lengan digulung, tampak santai tapi tetap berwibawa. Tatapannya langsung tertuju pada Aluna begitu ia muncul. "Aluna," panggil Kaisar pelan. Aluna tidak langsung menjawab. Ia hanya berdiri di dekat tangga, menjaga jarak. Kaisar tersenyum kecil, lalu melangkah mendekat. "Aku datang untuk berterima kasih." Aluna mengangkat alis. "Untuk apa?" "Untuk semuanya," ujar Kaisar. "Untuk mengurus Amartha selama aku tidak ada, untuk tetap me

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 115

    Beberapa bulan kemudian. Aluna duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptop yang menampilkan berita terbaru. Hampir semua portal bisnis dan ekonomi membahas satu hal yang sama—kembalinya Kaisar Amartha sebagai pemimpin perusahaan Amartha. Tak hanya itu, ada juga berita yang membahas kehidupan pribadinya, terutama soal pernikahannya dengan Ratu. Beberapa foto tersebar di media—Ratu dengan perut yang mulai membesar, Kaisar yang berdiri di sampingnya dengan ekspresi dingin, dan wawancara singkat tentang bagaimana mereka akan membangun masa depan bersama. Aluna tersenyum miris. "Jadi ini akhirnya," gumamnya pelan. Ia tidak terkejut. Sejak awal, ia tahu Kaisar akan kembali ke posisinya. Yang membuatnya sedikit tercekat adalah kenyataan bahwa dunia melihat Kaisar dan Ratu sebagai pasangan yang sempurna, sementara dirinya hanya seorang mantan yang harus puas menyaksikan dari jauh. Pintu ruangannya tiba-tiba diketuk. "Nona Aluna," suara Hansen terdengar dari balik pintu. "Masuk

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 114

    Aluna turun dari mobil dengan wajah lelah. Hari ini benar-benar panjang, ditambah pikirannya masih kacau setelah berbicara dengan Kaisar. Begitu melangkah masuk ke dalam mansion, ia langsung disambut oleh babysitter yang terlihat panik. "Nyonya Aluna, Baby Alva rewel sejak tadi. Susah makan, susah minum susu juga," ujar babysitter itu cemas. Aluna mengerutkan kening. "Kenapa? Apa dia demam?" Babysitter menggeleng. "Tidak demam, tapi terus menangis. Saya sudah mencoba berbagai cara, tapi tetap saja dia menolak makan." Tanpa menunggu lebih lama, Aluna segera menuju kamar Baby Alva. Sesampainya di sana, ia melihat putranya yang masih terisak di tempat tidur. Wajahnya tampak lelah, matanya sembab karena menangis. "Sayang, Mama di sini," ujar Aluna lembut, segera mengangkat tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Baby Alva mengusap matanya dengan tangan mungilnya, kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu Aluna. "Ada apa, hm?" Aluna membelai rambutnya pelan. "Kenapa tidak mau maka

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 113

    Aluna mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum membuka topik yang sejak tadi mengganggu pikirannya. “Kaisar, sebenarnya ada hal lain yang ingin aku bicarakan,” ujar Aluna dengan nada serius. Kaisar mengangkat alis, memusatkan perhatiannya pada Aluna. “Apa itu, Aluna?” “Perusahaanku, Chandra Grup, sedang dalam masalah.” Aluna menyerahkan laporan yang sudah ia siapkan di dalam tasnya. “Ada penurunan signifikan dalam pasar penjualan kita. Setelah diselidiki, ada kejanggalan. Tampaknya seseorang mencoba merusak reputasi perusahaan dari dalam.” Kaisar membuka laporan itu, membaca dengan seksama. Wajahnya berubah serius. “Ini bukan sekadar kejatuhan pasar biasa. Tampaknya ada sabotase.” “Itulah yang aku khawatirkan,” Aluna mengangguk. “Aku sudah meminta tim investigasi internal, tapi hasilnya nihil. Sepertinya mereka yang terlibat sangat pandai menutupi jejak.” Kaisar menatapnya dalam. “Aku akan mencoba membantu menyelidiki. Mungkin dari sisi lain, kita bisa me

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 112

    Aluna duduk di kursi kerjanya dengan wajah tegang. Sudah seminggu berlalu sejak terakhir kali ia mencoba menemui Kaisar di rumah sakit, namun selalu gagal. Ia berusaha mengalihkan pikirannya dengan pekerjaan, tapi tetap saja bayangan Kaisar terus muncul di kepalanya. "Asisten," panggil Aluna dengan suara tegas. Seorang wanita muda bernama Siska segera masuk ke dalam ruangannya, membawa setumpuk dokumen.Ya, sudah tiga hari ini Aluna mengganti asistennya. Asisten sebelumnya sedang cuti beberapa bulan, tugasnya ia serahkan pada Siska, sepupunya. "Ada perkembangan dari laporan yang aku minta?" tanya Aluna, menyandarkan punggungnya ke kursi. Siska mengangguk, meletakkan beberapa lembar kertas di meja. "Setelah saya dan tim melakukan penyelidikan, kami menemukan adanya kejanggalan dalam pasar." Aluna mengambil laporan itu dan mulai membacanya dengan seksama. Dahinya mengernyit. "Penjualan turun drastis di beberapa wilayah utama, terutama yang sebelumnya menjadi pasar terbesar kita

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status