Share

Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir
Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir
Автор: Yuli F. Riyadi

1. Bumi

Aвтор: Yuli F. Riyadi
last update Последнее обновление: 2024-08-29 20:59:39

"Sepi banget. Orang-orang pada ke mana?"

Kepala gadis bermata bulat legam itu celingukan mencari orang-orang yang biasa berkumpul di kantin fakultas. Biasanya jam makan siang begini, dirinya tidak akan pernah bisa mendapat kursi. Hari ini keajaiban sekali gadis itu bisa memilih meja.

"Ola!"

Teriakan itu membuat gadis dengan rambut cokelat lurus itu menggoyangkan kepala. Dia melihat langkah tergopoh gadis berkucir kuda mendekatinya. Yara, teman satu kelasnya itu datang dengan setumpuk buku dan langsung menghempaskan bokong di kursi sebelahnya. Seperti dirinya, Yara pun bingung melihat keadaan kantin yang lengang.

"Ini serius? Mana penghuninya?" tanyanya begitu duduk di hadapan gadis yang dia panggil Ola.

"Gue juga lagi bingung. Tapi malah enak kan? Kita bisa bebas pesan tanpa antri." Ola berdiri. "Lo mau pesen apa? Gue traktir, mumpung gue baru dapat kiriman uang jajan tambahan dari Mas Gyan."

"Hm, pantes aja langsung lari ke salon."

Ola mengulum senyum sambil merapikan rambut cokelatnya yang beberapa hari lalu baru dia smoothing. "Udah buruan mau pesen apa?"

"Gue bakso. Eh, Galen sekalian. Dia bentar lagi nyusul ke sini katanya."

Tepat setelah Ola memesan makanan ke salah satu tenan, dua orang datang dan duduk tidak jauh dari mejanya. Dua orang itu tampak tengah membahas seru tentang kedatangan alumni teknik mesin. Ngapain juga alumni teknik mesin datang ke FIB.

"Ganteng banget, ya. Gayanya itu loh, kalem dan cool. Tapi nggak sombong."

Ola yang berjalan sambil menyeruput teh botol melirik pemilik suara itu.

"Dia alumni lulusan terbaik di fakultas teknik kita. Denger-dengar dia juga lulusan S1 bisnis di universitas sebelah dan tahun kemarin baru dapat gelar masternya. Katanya tahun ini dia bakal terima gelar master teknik mesin di sini. Sepintar itu Otaknya terbuat dari apa ya?"

Diam-diam Ola duduk sambil terus menguping perbincangan dua orang yang dia tahu sebagai kating-katingnya itu. Siapa yang sedang mereka bicarakan? Tapi sepertinya tidak asing. Ola mengedikkan dagu ke arah Yara, lalu melirik dua kating dengan ujung matanya bertujuan menanyakan siapa yang dimaksud dua kating itu. Namun Yara cuma bisa mengangkat bahu.

"Ola! Yara!"

Kedua gadis itu menoleh serempak ketika nama mereka dipanggil. Seorang lelaki dengan rambut setengah gondrong berlari cepat meloncati tanaman hias area kantin FIB, bermaksud memotong jalan. Namun nahas, karena dia malah nyungsep ke tanaman hias lainnya. Tingkah bodohnya itu kontan mengundang tawa penghuni kantin yang bisa dihitung dengan jari itu.

"Heh! Bukannya nolongin malah ngetawain," ujarnya bersungut-sungut sambil menepuk bajunya yang kotor. Di rambutnya bahkan ada beberapa daun kering yang nyangkut.

"Makanya nggak usah sok-sokan, nyungsep kan lo! Rasain," timpal Yara dengan sadis.

Berbeda dengan Yara, Ola langsung menyodorkan satu teh botol dingin padanya.

"Tuh! Tiru Ola, temen susah dikasih minum. Bukan malah nyukurin." Lelaki itu melotot kesal pada Yara, dan langsung mengubah ekspresi manis ketika berpaling kepada Ola. "Makasih, Ola cantik."

"Sama-sama Galen ganteng...," sahut Ola balas tersenyum, tapi cuma berlangsung beberapa detik dan kembali ke ekspresi semula. "Tapi boong."

Senyum lelaki yang dipanggil Galen itu sontak luntur. "Kebiasaan. Suka bikin orang melayang, terus dihempas lagi. Sakit tau nggak sih."

"Nggak usah lebay." Yara dengan cepat mendorong pipi Galen yang berlagak sok sedih.

"Kantin sepi ya. Pasti gara-gara pada ngumpul di depan prodi." Celetukan Galen membuat Ola dan Yara kontan menoleh padanya.

"Emang ada apa di sana?" tanya Yara penasaran.

"Ada alumni teknik yang mampir ke sana. Nggak tau mau ngapain. Gue sempat liat sih tadi. Rame pada nyamperin dia. Katanya sih alumni terbaik di sini yang berhasil memecah rekor sejarah strata satu di fakultas teknik beberapa tahun silam. Dengar-dengar juga dia lagi nyelesein tesis keduanya. Makanya banyak yang penasaran. Heran gue, kok ada ya orang yang punya otak encer begitu. Einsten pasti minder di alam barzah sana."

Penjelasan Galen membuat Ola mengernyit. Bibirnya yang mengapit sedotan teh botol bergerak-gerak. Sementara Yara terlihat begitu tertarik dengan cerita yang baru didengarnya itu.

"Serius? Ganteng nggak?" tanya Yara yang mendadak kepo maksimal.

"Nggak lebih ganteng dari gue sih."

Yara langsung memutar bola mata, nyesel tanya. "Anter gue ke sana deh. Penasaran jadinya gue," ucapnya tersenyum seraya mengetuk-ngetuk jari ke dagu.

"Bakso kita gimana?" tanya Ola, dan secara bersamaan orang kantin mengantar pesanannya.

"Daripada gue nganter lo buat liat orang yang berpotensi jadi saingan kegantengan gue, mending gue makan bakso." Galen langsung menarik satu mangkok begitu mbak-mbak kantin menyajikan tiga mangkok bakso di meja. Dia tidak peduli dengan decakan Yara setelahnya dan memilih fokus menatap gadis cantik di depannya. "Ola, lo jadi balik ke Jakarta sekarang?"

Ola mengangguk. "Iya, jadi. Ini gue lagi nunggu supir papi. Harusnya udah datang satu jam lalu. Tapi ini batang hidungnya nggak kelihatan."

Ola mendesah, sementara dua sohibnya itu sudah terlanjur fokus dengan mangkok masing-masing. Sebenarnya dia malas pulang ke Jakarta. Ini bukan musim liburan, tapi papi menyuruhnya pulang. Dan Ola sangat tahu apa yang akan papi lakukan. Memaksanya ikut makan malam dengan koleganya, lalu memamerkan Ola kepada mereka dengan dalih untuk memperluas koneksi sebelum dia terjun bersama kakaknya di kerajaan bisnis keluarga Jagland. Ola tidak bisa menolak karena papi punya cara ampuh untuk membuatnya menurut. Limit credit card dikurangi, atau parahnya dinon-aktifkan. Papi kejam!

"Girls, kalau kalian mau tau si alumni teknik pemecah rekor sejarah yang sempat dikerubungi para cewek di depan prodi tadi. Ini saatnya," cetus Galen tiba-tiba. "Tapi menurut gue dia B aja sih."

Ola dan Yara yang tengah fokus makan pentol bakso langsung mengangkat wajah, menatap lelaki di depannya dengan alis terangkat. "Di mana?"

"Orangnya lagi jalan ke sini. Tuh!" Galen mengedikkan mata ke arah belakang punggung dua gadis itu.

Serta-merta kedua gadis itu memutar sedikit badan ke arah yang Galen maksud. Dan tatap masing-masing langsung bersirobok dengan seorang pria jangkung berkacamata hitam yang tengah berjalan mendekati bangunan kantin.

Yara sontak terbelalak di tempat. Pentol bakso yang baru saja dia masukkan ke mulut mendadak meloncat dan menggelinding ke lantai saking takjubnya. "Oh My God, Oh My Wow. Gue berasa lagi lihat Leandro Lima versi muda. Seksi banget, Anjir!" jerit Yara tertahan. Rasanya dia kehilangan napasnya selama beberapa saat.

Sementara Ola di samping perempuan itu malah memicingkan mata dan sedikit berdecap. Dia sangat mengenal dan tahu betul siapa pria itu. Pria yang selalu Ola wanti-wanti untuk tidak datang ke fakultas ilmu bisnis. Pria yang Ola tidak ingin ada seorang pun tahu eksistensinya, khususnya para wanita. Karena bagi Ola, pria itu hanya miliknya seorang. Tidak ada yang boleh mengaggumi pria itu selain dirinya. Tidak ada!

"Dia mengarah ke sini nggak sih? Kok gue deg-degan," ujar Yara menahan napas sambil memegangi dada. Dia buru-buru merapikan rambut.

Dan ternyata yang kehebohan bukan cuma Yara, tapi cewek-cewek lain juga. Kantin yang tadinya sepi mendadak ramai. Sialnya, Ola baru menyadari itu.

"Astaga! Dia beneran ke sini!" Kembali Yara menjerit tertahan sambil meremas lengan Ola. Sementara di belakangnya, Galen menggeleng tak habis mengerti dengan kelakuan para cewek itu.

Dengan malas, Ola memutar kembali badannya menghadap Galen. Dia memasang wajah bete akut melihat kehadiran pria itu yang tiba-tiba.

"Lo nggak ikut kehebohan kayak sahabat lo itu?" tanya Galen santai sambil mengunyah baksonya.

"Nggak!" sahutnya ketus, dan kembali fokus pada mangkok bakso yang sempat terbengkalai.

Namun, baru saja Ola mengangkat kembali sendok, suasana mendadak hening. Suara jejeritan Yara yang baru beberapa saat lalu dia dengar pun mendadak tidak terdengar lagi. Dan ketika Ola menatap Galen, dia sedikit heran dengan ekspresi lelaki itu yang malah mematung dengan sendok bakso di depan mulutnya.

"Kita pulang sekarang?"

Ola agak terkesiap ketika suara berat itu mengudara tepat di belakang punggungnya. Dia tahu betul pemilik suara itu. Tidak mau mengundang banyak perhatian, gadis itu segera mengambil selembar uang dari saku celana dan mendorongnya ke dekat Galen.

"Tolong, lo bayarin," ucapnya sebelum beranjak berdiri dengan tergesa mengabaikan muka bengong Yara dan Galen. Sebelum dua orang itu sadar, dia buru-buru melesat pergi.

Kedua sohib Ola itu baru tersadar saat pria di depannya berdeham keras. "Kalian teman Ola?"

Keduanya lantas mengangguk kompak. Yara dengan wajah mupengnya, dan Galen dengan wajah lempengnya tampak tersenyum kaku.

"Saya Bumi. Makasih ya udah jaga Ola. Permisi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (1)
goodnovel comment avatar
Bundanya Ichaekaaksay
............ lumayan,,,awal yg asyik baru read aj Uda baper wkwkkw,,
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Bintang

    "Kamu nggak bosan seumur hidup bareng aku terus? Dari kecil, dari kamu umur lima tahun." Ola menggeleng dan tersenyum kecil mendapat pertanyaan dari suaminya. Dia makin merapatkan diri. "Meski hubungan kita nggak mulus, tapi aku bahagia seumur hidup sama kamu. Justru yang harusnya tanya itu aku. Emang kamu nggak capek ngadepin sifat childish aku dari dulu sampai sekarang?""Sebenarnya sih capek." Jawaban Bumi sontak membuat Ola menjauhkan kepala dan menatap lelaki ituu dengan alis tertaut. "kok gitu?!" Reaksi Ola membuat Bumi terkekeh. Pria itu kembali meraih kepala Ola untuk bersandar di pundaknya lagi. "Nggak dong, Sayang. Kalau capek mana mungkin bisa bertahan sampai anak tiga." Mendengar itu Ola ikut terkekeh dan makin merapatkan diri. Matanya terpejam saat tangan Bumi menyentuh perutnya yang sudah makin besar. "Nggak nyangka anak manja seperti kamu bisa melahirkan anak-anak hebat seperti mereka." "Sekarang aku udah nggak manja lagi loh, Kak." "Iya, sekarang Ola si manja da

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Pelan-pelan

    Jika biasanya Ola liburan ke Eropa bersama keluarganya, kali ini dia memilih destinasi New Zealand. Sesuatu yang tidak dia rencanakan karena terlintas begitu saja. Bumi bilang itu kado kehamilan ketiganya. Ola membuang napas, rasanya jahitan di perut baru saja kering. Membayangkan perutnya akan dibedah ketiga kalinya membuat Ola merinding. "Kamu ibu yang kuat, kamu pasti bisa," ucap Bumi menyemangati dan menenangkan saat Ola gelisah dengan segala pikiran buruk yang ada. "Tapi janji ini yang terakhir ya." "Hu-üm." Kehamilan Ola kali ini tidak seperti kehamilan sebelumnya. Dia menjadi gampang lelah, dan haus. Bahkan morning sick tidak bisa dihindari. Jadi, selama seminggu liburan dia tidak bisa menikmati dengan maksimal. Lebih banyak tinggal di hotel daripada berwisata musim semi. "Aku nggak mau tau, setelah anak ini lahir kamu harus mengajakku ke sini lagi," rengek Ola saat baru keluar dari kamar mandi memuntahkan isi perutnya. Wajahnya memucat, keringat dingin keluar begitu deras

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Dua Garis Merah

    Bumi menyentak tangan Ola yang berdiri di dekatnya hingga wanita itu jatuh di pangkuannya. Niat Ola menghampiri anak-anaknya yang sedang asyik main pasir pantai pun urung lantaran Bumi memeluknya begitu erat. Terlebih dengan iseng pria itu mulai mengendus pundaknya yang terbuka. "Kak, nanti anak-anak liat," tegur Ola ketika tangan Bumi menyelinap ke balik kain pantai yang dia pakai. "Anak-anak lagi sibuk sendiri," sahut Bumi, lantas mengecup lembut punggung Ola. Dia terkekeh ketika tubuh istrinya berjengit. Ola masih begitu sensitif dengan sentuhannya. "Kak, udah. Aku harus temeni anak-anak main." Ola berusaha menyingkirkan tangan Bumi yang masih bergerak naik turun di atas pahanya. Alih-alih berhenti pria itu makin menjadi. Ola sampai melebarkan mata saat merasakan tangan Bumi merambat ke dadanya. Buru-buru dia menjauhkan tangan nakal itu dari sana dan menggeram. "Ada Gyan dan Javas, mereka aman. Kita kembali ke cottage dulu, ya," bujuk Bumi saat Ola berusaha lepas dari kungkung

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Kaki Kecil

    Kaki-kaki kecil berlarian di lantai rumah besar milik Daniel. Suara celotehan anak-anak terdengar meriah di setiap penjuru ruangan. Sesekali suara tangisan saling bersahutan saat mereka saling berebut mainan. Sebentar kemudian tawa-tawa lucu mereka bersusulan. Pemandangan itu-lah yang Daniel inginkan. Menghabiskan masa tua dengan cucu-cucunya yang melimpah ruah. Daniel sedang menikmati teh hangat yang sudah Delotta sajikan saat suara tangisan Vyora--anak kedua Ola--melengking. Hampir saja dia menyemburkan isi mulutnya sebelum bergegas meletakkan cangkirnya kembali. Dengan cepat pria tua itu melangkah mendekati sang cucu yang mukanya sudah memerah. "Hei, hei, cucu kesayangan Opa kenapa?" tanya pria itu sambil menggendong anak perempuan berusia satu tahun itu. "Adek digigit semut, Opa," jawab Vion--anak pertama Ola--seraya sibuk dengan mainan di tangannya. "Digigit semut? Mana coba Opa liat." Vion langsung meninggalkan mainannya lalu menunjuk paha chubbi Vyora yang memerah. "Tuh li

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   136. Dua Kebahagiaan

    Tepuk tangan bersahutan ketika Bumi berhasil memotong pita, tanda dibukanya bengkel baru di Kota Surabaya. Senyum lebar serta ucapan terima kasih dia layangkan. Jabatan tangan bersama pemilik perusahaan otomotif yang bekerjasama dengannya pun terayun erat. Setelah pemotongan pita para tamu yang hadir lantas berkeliling untuk melihat area bengkel. Area bengkel yang luas serta peralatan yang lengkap membuat bengkel ini bisa menampung lebih banyak mobil yang akan diservis. Fasilitas juga ditambah, seperti ruang tunggu yang nyaman juga area play ground. Selain memperkenalkan bengkel baru, mereka juga memperkenalkan tipe mobil keluaran terbaru yang beberapa bulan lalu launching. Banyak promo yang ditawarkan baik dari showroom mau pun bengkel di acara grand opening ini. Ola memilih duduk di sofa lantaran merasa kelelahan. Sejak bangun pagi tadi, sebenarnya dia merasa kurang enak badan. Namun karena ini hari penting bagi Bumi, dia bersikap seolah tidak ada masalah. Sejauh ini dia bisa men

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   135. Terlanjur

    Ola meletakkan satu gelas susu hangat di meja kerja Daniel ketika pria tua itu tengah fokus membaca sebuah dokumen. Daniel mengangkat wajah, dan sontak tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Langkah Ola lantas bergerak ke belakang kursi sang papi dan melihat apa yang yang tengah pria itu baca. "Apa nggak sebaiknya papi istirahat aja?" tanya Ola saat tahu apa yang papinya baca itu sebuah proposal pendirian perusahaan baru milik Bumi. "Papi akan istirahat setelah baca proposal milik suamimu ini. Kenapa kamu nggak tidur?" "Sebenarnya aku sudah tidur. Aku tadi haus jadi kebangun. Terus liat ruang kerja papi lampunya masih nyala." Ola menunduk, lantas mengambil alih proposal itu dari tangan Daniel. "Papi minum susu itu terus pergi tidur." Kepalanya menggeleng ketika mulut Daniel terbuka dan terlihat ingin mengambil kembali proposal tersebut. Ola tidak memberi kesempatan papinya untuk protes. Dia tersenyum menang ketika Daniel tampak menyerah. "Oke, papi akan minum susu buatan my

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status