"Jadi bagamaimana Mom, Dad? Apa aku boleh pindah Apartement?" tanya Leia setelah mereka duduk kembali di kursinya. Sahabatnya itu akhirnya bisa mengeaskan lagi permintaannya pada orangtuanya.
"Memang kamu mau pindah ke mana, Leia?" tanya Tante Ana.
"Di dekat kantor, di Arondisemen ke - 13, dekat dengan tempat Aletta tinggal juga, Mom, " jawab Leia.
Kedua mata tante Ana beralih menatap Aletta,
"Aletta, apa kamu mau menemani Leia tinggal di Apartment itu?" tanyanya.
"Umm, aku tidak bisa meninggalkan adik-adikku, Tan. Tapi mungkin dua hari dalam satu minggu aku bisa bermalam di Apartment Leia," jawab Aletta.
"Aku tidak bisa membayangkan seorang kurcaci mampu mengurus kurcaci lainnya," celetuk Leon dengan nada mencemoohnya.
Pria itu masih merasa kesal karena dua kantong latto-lattonya masih terasa ngilu hingga saat ini, akibat dari perbuatan Aletta di depan toilet tadi.
"Leon! Di mana sopan santunmu!" tegur tante Ana sambil mendelikkan kedua matanya, sebelum kembali menatap Aletta,
"Tolong maafkan kelancangan putra Tante itu, Aletta," pintanya.
"Tidak apa-apa, Tan. Aku sudah menanganinya," balas Aletta dan mengabaikan geraman Leon.
"Apa dulu kamu selalu bolos saat belajar bela diri, Leon?" tanya Om Rick yang langsung mendapatkan perhatian dari putranya itu,
"Tidak sekalipun aku pernah bolos, Dad," jawab Leon.
"Lalu kenapa wanita yang kau panggil kurcaci itu bisa menjatuhkanmu dengan mudah?"
Semua mata kini tertuju pada Leon, termasuk juga Aletta yang cekikikan geli saat melihat pria narsistik itu menjadi salah tingkah, Leon menyempatkan dirinya memberikan tatapan menusuknya pada Aletta, sebelum beralih ke mommy dan daddynya,
"Darimana Daddy tahu? Jangan bilang kalau kurcaci itu yang memberitahu Daddy! Aku hanya lengah saja saat itu, Dad." sangkal Leon sebelum kembali memberikan tatapan tajamnya pada Aletta, yang langsung menjulurkan lidah padanya,
"Bukan Aletta yang memberi tahu kami, Leon. Dan mau sampai kapan kamu akan merubah sifat burukmu itu? Apa setelah terkena penyakit kelamin kamu baru berhenti bersenang-senang? Atau menunggu wanita lain menampar adikmu lagi?" cecar tante Ana.
Kali ini bukan hanya wajah Leon saja yang memerah, tapi juga Leuis dan Leia. Ternyata niat mereka untuk merahasiakan kejadian itu dari daddy Elrick dan mommy Aliana tidak berhasil.
"Apa kalian pikir kalian bisa menyembunyikan hal terkecil sekalipun dari kami?" lanjut tante Ana, seolah menjawab segala pertanyaan tak terucap mereka.
"Maaf ... Tapi aku bisa pastikan hal seperti itu tidak akan terjadi lagi," janji Leon sambil membentuk jarinya dengan huruf V.
"Kami tidak becanda, Leon. Mulai bulan depan kamu akan mulai memegang anak perusahaan Daddy di kota ini, jadi stop bersenang-senang, mulailah fokus pada pekerjaanmu. Meski kamu anak kami, tapi kami tetap bersikap profesional, dan akan menggantikan posisimu dengan tenaga profesional kalau kamu tidak berkompeten. Kami akan selalu menilai hasil kerjamu!" tegas Om Rick.
"Kamu contohlah kakakmu Leuis, dia bisa mendirikan perusahaannya sendiri sekaligus mengawasi anak perusahaan Mommy dan Daddy," tambah tante Ana.
Leon mengerang pasrah, ia menyandarkan badannya ke sandaran kursinya,
"Bagaimana kalau aku belajar di perusahaan Leuis dulu seperti Leia?" tanyanya mencoba bernegosiasi.
Leon hanya belum siap mengemban tugas berat itu, tidak saat keinginannya untuk bersenang-senang masih terlalu besar. Tidak bisakah ia menikmati masa mudanya terlebih dahulu? Masa muda yang tidak akan pernah bisa diulang itu.
"Ok, satu bulan ini kamu bisa belajar banyak dari Leuis, apa kamu keberatan, Leuis?" tanya tante Ana.
"Sama sekali tidak, Mom. Aku bisa memasukkan Leon ke dalam team Venice nanti, kebetulan kami kekurangan orang di sana," jawab Leuis.
"Aku setuju!" seru Leon dengan cepat. Bagaimanapun Venice juga dipenuhi dengan para wanita cantik, tentu saja Leon tidak akan melewatkannya.
"Ya sudah, sekalian kau juga bisa ikut menjaga Leia, jadi kami tidak perlu menugaskan bodyguard selama kalian bersama di sana," ujar om Rick.
"Sekalian saja Aletta ikut untuk menemani Leia dan Aurora, bagaimana? Bukankah Aletta juga bekerja di perusahaanmu, Leuis?" saran tante Ana, seketika itu juga Leia menatap Aletta dengan sumringah,
"Ya benar, kamu ikut saja, yaa," pintanya dengan wajah memelas.
"Tapi, aku tidak bisa meninggalkan adik-adikku, suster Mary pasti akan sangat repot nantinya."
"Kamu jangan mengkhawatirkan itu, kami akan menugaskan beberapa orang untuk menjaga adik-adikmu!" seru om Rick.
"Nah, kamu dengarkan? Please ikut ... " rengek Leia.
Aletta mengetahui dengan pasti motif Leia memohonnya ikut ke Venice, semua karena Leuis dan Aurora. Leia sudah menceritakan semuanya kalau wanita itu telah jatuh cinta pada kekasih sepupunya sendiri, dan ia berusaha untuk menepiskan perasaan itu dengan mendekatkan dirinya pada pria yang dijodohkan dengannya, Guzmân.
Perlahan Aletta mengangguk, selama adik-adiknya ada yang mengawasi, ia bisa pergi dengan tenang.
"Yey!" pekik Leia sambil memeluk Aletta, layaknya anak kecil yang baru saja dikabulkan keinginannya.
"Kamu tidak sesenang itu saat tahu aku akan ikut tadi, Leia," desah Aurora dan Leia merasa tidak enak hati.
Ia segera melepaskan pelukannya dari Aletta, lalu berdiri dan memutari meja untuk mencapai kursi Aurora sebelum mencondongkan badannya untuk memeluk sepupunya itu,
"Tentu saja aku juga senang kamu ikut, Aurora. Kita bisa berburu pria italy yang seksi dan menarik itu seperti dulu, ya kan?"
Aurora menyeringai lebar sambil menatap mata Leia,
"Sekarang aku tidak sedang sendiri, Leia. Aku bersama Leuis. Sebaiknya kamu dan Aletta yang bersenang-senang, sebelum kalian memiliki kekasih," kekeh Aurora yang kembali memperburuk mood Leia itu, meski begitu Leia tetap menyunggingkan senyumnya saat berkata,
"Ah ya, kamu benar. Semoga saja Leuis melamarmu di sana. Lamaran di atas gondola sepertinya akan sangat romantis,"
Leia mengalihkan tatapannya ke Leuis yang juga tengah menatapnya itu,
"Bukan begitu Leuis?" tanyanya.
"Kalau itu maumu ... " Leuis beralih menatap Aurora,
"Aurora," lanjutnya dengan suara dingin yang membekukan hati Leia.
Aletta menepuk lembut punggung tangan Leia untuk menguatkannya, saat sahabatnya itu kembali duduk di kursinya. Leia yang membalik tangannya untuk meremas tangan Aletta dengan kuat menandakan, kalau dia tengah menenangkan dirinya agar tidak mengalirkan airmatanya lagi.
"Aku akan ikut denganmu ke Venice. Aku tidak akan membiarkan sahabatku melewatkan kesedihannya sendiri," bisik Aletta yang semakin menguatkan Leia. Sahabatnya itu pun mulai menyunggingkan senyumannya,
"Terima kasih, Letta. Kita akan bersenang-senang di sana."
"Kamu datang sendiri? Di mana Leia?" tanya Leuis saat melihat Leon memasuki ruang kerjanya."Hari ini Leia tidak masuk, sedang tidak enak badan katanya," jawab Leon sambil duduk santai dengan kedua kaki yang ia naikkan ke atas meja.Dari balik meja kerjanya, Leuis menatap kedua kaki yang saling menopang itu tanpa ada keinginan untuk menegur Leon sama sekali, ia tidak mau membuang kata-katanya dengan percuma, adik angkatnya itu tidak akan mau mendengarkan.Sejak Leon kerja di perusahaannya, Leia memang selalu berangkat bareng Leon. Dan Leia tidak pernah lagi mendatangi unit Leuis. Adiknya itu selalu pulang malam dan beralasan makan di tempat Aletta pada Leon dan sepupu-sepupunya. Dan paginya selalu beralasan Aletta sudah membawakan sarapan pagi untuknya."Apa kau tidak memiliki minuman?" pertanyaan Leon mengalihkan perhatian Leuis padanya, pria itu memberikan tatapan menegurnya pada Leon,"Sudah dua hari kau di sini dan kerjamu hanya duduk santai saja seperti itu, apa yang bisa kau pel
"Ini divisi kesekretariatan, dimana Nona Leia bekerja!" seru Deandra saat mengajak Leon berkeliling sesuai dengan perintah Leuis.Kehadiran pria itu membuat semua mata tertuju padanya, terutama mata kaum hawa, bahkan ada yang dengan terang-terangan bertanya pada Deandra langsung,"Madame, apa pria tampan itu karyawan baru di sini?" "Wah, aku bakal tambah rajin nih ke kantor!"Dan banyak lagi pertanyaan serta pujian yang dialamatkan pada leon. Sadar akan daya tariknya yang ditimbulkan pada lawan jenisnya itu, Leon menyebarkan senyuman menggodanya pada mereka, hingga memicu keributan akibat bermacam reaksi dari karyawan wanita, membuat suasana kantor yang tadinya hening menjadi riuh seketika."Bukankah itu Leon? Putra kedua Mr. Rick?" tanya salah satu karyawan."Benarkah?" tanya yang lainnya."Ya, aku sering melihat fotonya di berita skandalnya dengan beberapa artis atau model papan atas!""Waahh ... Anak sultan kenapa nyasar ke kantor kita?"Melihat suasana yang menjadi tidak terkenda
"Aletta bekerja di satu divisi dengan Nona Leia. Dan ingat, atas permintaan Mr. Rick langsung, anda harus berpura-pura tidak mengenal Nona Leia selama bekerja di sini!"Leon merapikan kembali kemeja dan jasnya yang berantakan akibat tangan Deandra tadi, meski ia tidak bisa menyelamatkan rambutnya yang tidak kalah berantakannya. Sebenarnya Leon sangat menyukai wanita liar seperti Deandra, tapi entah kenapa sejak Aletta lewat tadi ia langsung kehilangan minatnya.Dan Aletta itu sepertinya senang sekali mengganggu kebersamaan Leon dengan wanitanya. Ia harus menuntut penjelasan dari Aletta, ia tidak percaya kurcacinya itu berada di sana secara kebetulan. Ia sangat tidak mempercayai sebuah kebetulan, semua pasti telah direncanakan.Ruang kesekretariatan yang semula mulai senyap kini kembali riuh saat Leon masuk. Ia mengabaikan tatapan penuh minat karyawan wanita padanya, fokusnya hanya satu, Aletta. Ia terus melangkah menuju meja wanita itu.Namun tidak seperti wanita lainnya, setelah mel
Aletta duduk tenang di kursinya. Tangannya yang memegang pena mencentang perlengkapan yang akan ia dan tim Venice lainnya bawa. Setelah bersiteru dengan para seniornya kemarin hanya karena masalah Leon, tidak ada satu pun dari senior wanitanya itu yang mengajak Aletta bicara. Mereka hanya meletakkan bertumpuk-tumpuk berkas untuk Aletta fotocopy, dan langsung meninggalkan meja Aletta begitu saja.Aletta yang terbiasa sendiri, tentu saja tidak mengambil pusing itu semua. Tidak ada ruginya dimusuhi oleh wanita yang hanya memandang pria dari segi fisiknya saja, dan mengabaikan kenyataan seberapa redflagnya pria itu.Terlalu fokus dengan pekerjaannya, Aletta tidak menyadari kedatangan Leon, pria yang sangat ingin ia hindari. Dan seperti sebelumnya, pria itu langsung duduk di meja Aletta, dan merebut pena Aletta agar mendapatkan perhatiannya.Meski penampilan Leon sangat sempurna dengan kemeja putih brandednya, yang dipadukan celana panjang dari brand yang sama dengan kemeja putihnya itu, A
Setelah melalui perjalanan selama kurang lebih satu setengah jam via jet pribadi milik keluarga Leon, akhirnya mereka sampai di Venice. Apartment mereka berada tepat di jantung kota Venesia, hanya beberapa langkah saja dari Basilica San Marco, juga beberapa langkah dari Rialto bridge.Jembatan itu menjadi ikonik kota Venesia, yang telah berusia lebih dari 400 tahun. Jembatan pertama yang membuat warganya bisa menyeberangi Grand Canal dengan hanya berjalan kaki. Jembatan yang juga dinobatkan sebagai salah satu jembatan terkenal di dunia, yang semakin terkenal sejak Hydro Man mengamuk di kawasan jembatan itu, di salah satu scene film Spider-Man.Aletta, Leia dan Aurora tinggal di unit Apartment yang sama, "Leia, kamu mau sekamar denganku atau Aletta?" tanya Aurora sambil berdiri di sisi Leia yang tengah memandangi Grand Canal di depan balkon kamarnya, atau yang wanita itu pikir itu adalah kamarnya.Karena sejak sampai di unit Apartment dengan dua kamar itu, Leia langsung memasuki kama
Tidak ada jalan besar di Venesia, hanya ada jalan kecil dan sempit. Gang yang hanya bisa dilewati oleh orang-orang bukan kendaraan. Satu-satunya alat transportasi di sana hanyalah gondola dan vaporetto, sejenis water bus atau taksi air sebagai transportasi publik. Mereka sudah menyebrangi beberapa kanal dan menelusuri sejumlah gang sempit, hingga mereka kelelahan dan bersantai sejenak di kafe. Aletta mendesah pelan saat duduk di salah satu kursi di kafe itu. Ia tidak bisa duduk bersama dengan Leia dan Guzmân, apalagi duduk bersama bossnya Leuis. Jadi ia memilih meja lain, meja yang hanya terisi satu kursi saja supaya si pria narsistik nan tengil itu tidak mendekatinya lagi. Leon tadi tertinggal jauh dari mereka karena matanya terlalu sibuk jelalatan, apalagi kalau ada yang bening-bening. Entah pria itu bisa menemukan mereka atau tidak, itu bukan urusan Aletta. Tapi sepertinya dewi fortuna belum berpihak padanya, karena saat Aletta sibuk membolak-balik buku menu, suara yang kini tid
"Diam! Aku sedang menyelamatkanmu!” geram Leon pelan sambil terus berharap sekumpulan pria tadi melepaskan mereka. Bukan karena Leon takut, tapi ia sedang tidak ingin berkelahi dan membuat wajah tampannya terluka."Menolongku apa? Dasar buaya! Kamu telah merenggut paksa ciuman pertamaku tadi! Aku tidak akan menerimanya! Turunkan aku sekarang juga!" raung Aletta berontak."Kalau kamu tidak mau menerimanya, kamu bisa kembalikan lagi ciuman itu padaku!" balas Leon dengan santai."Dalam mimpi! Turunkan aku, berengsek!”Setelah masuk ke gang lainnya, Leon baru menurunkan Aletta, dan kembali menghindar saat wanita itu melayangkan pukulannya,"Kamu tidak bisa melawanku, kurcaci!" ledek Leon, setelah membekuk Aletta kembali, ia melirik ke belakangnya dan mulai bisa bernapas lega, karena para pria tadi tidak mengikuti mereka.Tapi rasa lega berubah menjadi marah, saat teringat nyawa wanita di depannya ini tadi nyaris saja melayang sia-sia, seandainya saja Leon tidak datang tepat waktu.Perutny
"Untung maps itu mengarahkanmu ke jalan yang tercepat, Aletta. Karena Jalan-jalan kecil menuju Rialto Bridge ini seperti labirin dengan berbagai cabang, yang jika salah arah kamu bisa saja sampai ke lorong yang makin mengecil yang ternyata mengarah ke jalan buntu," ujar Guzmán, calon suami pilihan orang tua Leia.Mereka tengah melalui jalan sempit yang dipadati dengan pertokoan, baik yang menjual barang-barang branded internasional, maupun produk kerajinan dan oleh-oleh khas Venesia, untuk mencapai ke tengah Rialto Bridge itu."Guzmán benar, Letta. Sebenarnya tanpa maps pun banyak petunjuk jalan yang menunjukkan arah ke Jembatan Rialto. Tapi, kita tidak pernah tahu apakah arah tersebut adalah jalan yang tercepat atau justru membuat kita memutari labirin ‘toko’ ini," lanjut Leia.'Bukan maps yang mengarahkanku ke jalur tercepat itu, tapi Leoan. Dan di mana pria itu sekarang?' ralat Aletta dalam hatinya.Apakah ia telah bersikap terlalu kasar pada Leon? Bagaimanapun juga, pria itu adal