"Kamu datang sendiri? Di mana Leia?" tanya Leuis saat melihat Leon memasuki ruang kerjanya.
"Hari ini Leia tidak masuk, sedang tidak enak badan katanya," jawab Leon sambil duduk santai dengan kedua kaki yang ia naikkan ke atas meja.
Dari balik meja kerjanya, Leuis menatap kedua kaki yang saling menopang itu tanpa ada keinginan untuk menegur Leon sama sekali, ia tidak mau membuang kata-katanya dengan percuma, adik angkatnya itu tidak akan mau mendengarkan.Sejak Leon kerja di perusahaannya, Leia memang selalu berangkat bareng Leon. Dan Leia tidak pernah lagi mendatangi unit Leuis. Adiknya itu selalu pulang malam dan beralasan makan di tempat Aletta pada Leon dan sepupu-sepupunya. Dan paginya selalu beralasan Aletta sudah membawakan sarapan pagi untuknya."Apa kau tidak memiliki minuman?" pertanyaan Leon mengalihkan perhatian Leuis padanya, pria itu memberikan tatapan menegurnya pada Leon,"Sudah dua hari kau di sini dan kerjamu hanya duduk santai saja seperti itu, apa yang bisa kau pelajari kalau hanya berdiam diri saja seperti itu!" keluhnya."Aku bisa mempelajari cara menjadi CEO yang cool sepertimu. Pembawaanmu saat di kantor terlihat berwibawa sekali, Leuis. Tidak jauh beda dengan Daddy, aku tidak yakin kalau aku bisa menjaga wibawaku seperti kalian, terutama dengan adanya wanita cantik di sekitarku," aku Leon dengan santai sambil terus menggigiti tusuk giginya."Saat kau telah diserahkan tanggung jawab, dengan sendirinya kau akan bisa beradaptasi nantinya. Dan kau harus tetap menjaga wibawamu pada bawahanmu, supaya mereka mampu menghormatimu dan menjaga sikap mereka di depanmu.""Terdengar membosankan! Aku bukanlah tipe pria yang gila hormat. Dan aku tidak suka jika ada yang mendatangiku dan memujiku setinggi langit hanya demi memuluskan rencana mereka. Aku pasti akan mati karena bosan."Leon menurunkan kedua kakinya, lalu melangkah mendekati rak buku Leuis, matanya menyusuri barisan buku yang terlihat rapi dan tebal itu. Mengusap raknya yang sedikit berdebu, lalu meniup debu itu dari ujung jarinya, seperti meniup kapas.
"Apa tidak ada yang membersihkan ruangan ini?" tanya Leon sambil beralih ke rak yang lainnya. Ia tipikal pria yang tidak hanya menyukai wanita bersih, tapi juga pecinta kebersihan. Apalagi di tempat ia akan menghabiskan banyak waktu di dalamnya.
"Hanya sekretarisku dan Leia saja yang aku izinkan masuk ke ruangan ini. Belakangan ini banyak sekali pekerjaan yang menyita waktu Dean, jadi sepertinya sekretarisku itu tidak sempat membersihkannya," jawab Leuis tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar laptopnya.
"Untuk apa Leia ke ruanganmu? Bukannya kalian harus bersikap tidak saling mengenal?"
"Terkadang saat sedang jenuh, Leia sering mneyelinap masuk ke sini. Untuk membaca buku katanya."
Leon mendekati meja kerja Leuis, lalu menarik kursi dan duduk di depan kakak angkatnya itu. Ia belum selesai mengungkapkan semua keluh kesahnya,
"Kau masih ingat tiap kali kita ikut Daddy ke acara yang diadakan rekan bisnisnya? Berapa kali dalam satu acara dua atau tiga orang menghampiriku. Mereka memujiku dengan segala macam pujian yang bisa membuatku terbang hingga ke langit ke tujuh, yang ujung-ujungnya meminta aku untuk mengenalkan mereka pada Daddy, atau memintaku untuk menceritakan proyek yang akan mereka kembangkan pada Daddy, aku sampai muak mendengarnya," keluhnya."Kau tetap harus belajar menahan diri, karena saat kau jadi CEO nanti, semua pengalamanmu itu tidak akan ada apa-apanya lagi. Kau harus memiliki Emotional Intelligence yang tinggi. Lebih dari sekedar keterampilan mengatur orang, tapi juga kesadaran yang kuat tentang memahami diri sendiri dan juga orang lain," jelas Leuis. Ia paham betul akan hal itu."Mau semuak apapun kau dengan rekan bisnismu nanti, kau harus tetap bisa menahannya selama kerja sama kalian menghasilkan profit yang besar untuk perusahaan," lanjutnya."Apa kau tidak bosan setiap hari berkutat di ruangan ini?" "Tidak setiap hari aku berada di sini, Leon. Ada saatnya aku harus ke luar untuk berbagai keperluan, atau sekedar makan siang dengan klien," jawab Leuis masih terus berkutat dengan laptopnya.Besar keinginan Leon untuk menutup lap top itu agar Leuis bisa fokus padanya. Namun ia memiliki ide lain, yang pastinya akan lebih menyenangkan untuknya,
"Bagaimana kalau sekarang kita keluar? Anggap saja aku salah satu klienmu!" saran Leon sambil menyeringai lebar.'Dan mencari teman wanita untuk menghabiskan hari ini,' lanjutnya dalam hatii.
"Tidak bisa, aku sedang mempersiapkan proyek di Venice nanti!"'Oh ayolah, Leuis! Aku benar-benar bosan di ... "Kata-kata Leon terhenti saat melihat Deandra melenggang masuk mendekati meja kerja Leuis dan berdiri di samping pria itu. Wanita itu setengah menunduk untuk membisikkan sesuatu ke telinga Leuis, hingga memperlihatkan sebagian gunung kembarnya yang nyaris mencuat keluar.Leon tidak dapat mengalihkan matanya dari pemandangan indah di depannya itu, hingga Deandra kembali berdiri lalu memberikan Leon senyuman terbaiknya sebelum keluar dari ruangan.Luar biasa seksi dan menggoda!
Mata Leon terus terarah pada wanita itu, terutama pada bagian bokongnya yang terlihat penuh dan menggoda, hingga wanita itu menghilang di balik pintu barulah ia bersiul dengan kencang,"Pantas saja kau betah berdiam di sini. Akupun akan betah kalau memiliki sekretaris seseksi itu! Siapa namanya? Kenapa kemarin dia tidak datang?" tanyanya."Deandra," jawab Leuis sekenanya.Leon mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah Leuis, matanya berbinar penuh tanda tanya, yang mengingatkan Leuis pada mata Leia saat rasa ingin tahu wanita itu begitu tinggi,"Apa yang dia bisikkan tadi? Nomor kamar untuk malam ini?""Bukan urusanmu!" Leon kembali menyandarkan punggungnya ke kursi, ia sendiri pun yakinLeuis jauh berbeda dengannya. Bahkan kakak angkatnya itu masih tetap perjaka di usianya yang sudah kepala tiga."Apa aku boleh mendekatinya?" tanyanya."Hanya kalau Deandra bersedia, kalau tidak menjauhlah darinya. Aku tidak mau kinerjanya memburuk hanya karenamu!" jawab Leuis dan Leon tergelak,"Apa kau meragukan kemampuanku dalam mendekati wanita?""Ya! Buktinya seorang kurcaci bisa menjatuhkanmu dengan begitu mudah!" ledek Leuis.Seringaian di wajah Leon menghilang, gelak tawanya berubah menjadi geraman kesal,"Kenapa kau membahas itu lagi? Sial! Kau benar-benar merusak moodku hari ini!" sungutnya.'Dan moodku jauh lebih buruk darimu! Apalagi setelah mendengar apa yang dibisikkan Deandra tadi!' batin Leuis."Aku ada urusan sebentar!" seru Leuis sambil berdiri."Aku ikut!""Untuk apa? Ini masalah bisnis bukannya travelling! Kau di sini saja aku hanya sebentar!""Sekretarismu tidak ikut kan?" tanya Leon."Tidak, aku akan memintanya untuk menemanimu di sini!" jawab Leuis."Dean, tolong temani sepupuku itu. Antar dia mengelilingi kantor kita!" perintahnya saat melewati Deandra."Oui, Monsieur!"Deandra memberikan tatapan menggodanya pada Leon,
"Mau mulai darimana, Monsieur Euginius?"
Leon dan Aletta duduk bersisian di tepi hamparan luas tanah lapang tempat beberapa anak panti tengah bermain sepak bola. Sudah lama mereka duduk di sana sambil membahas langkah mereka kedepannya. Baik mengenai rumah tangga mereka dan juga lainnya.“Baiklah, aku akan kembali bersamamu ke Jakarta. Tapi aku minta satu hal padamu dan aku harap kamu mengizinkannya.” Aletta mencoba bernegosiasi dengan suaminya.“Apa syaratnya itu, Sayang?” tanya Leon.“Aku mau Chateau peninggalan orangtuaku dijadikan rumah baru untuk anak-anak panti. Di sana lebih layak dan luas untuk mereka tempati. Ada banyak ruang yang dapat mereka gunakan untuk tempat mereka belajar, bermain atau berkarya. Perpustakaan di sana juga jauh lebih layak dengan koleksi buku terlengkap, dibandingkan dengan di sini. Banyak koleksi buku Papá yang bisa mereka baca. Dan aku juga yakin kalau baik Papá maupun Mamá tidak akan keberatan dengan ide aku ini.”“Kenapa kamu harus izin padaku mengenai hal itu, Sayang? Chateau itu adalah mil
“Jadi kamu dan Tante Amber yang membawaku keluar dari labirin itu?” tanya Aletta pada Justin.Kesehatannya sudah kembali pulih, dan sore nanti ia sudah boleh keluar dari rumah sakit. “Ya, kebetulan saat itu aku sedang mencarimu untuk mengajakmu bermain di danau seperti biasanya, dan salah satu pelayan mengarahkanku ke labirin itu. Menurut mereka kamu sedang bermain dengan orangtuamu di sana,” jawab Justin.“Tante Amber juga ikut ke labirin?”“Ya, tidak biasanya Mommy mau ikut panas-panasan. Ternyata saat itu Mommy sudah merasakan ada yang janggal di labirin itu saat melihat beberapa pria mendekati labirin. Mommy merasa tidak mengenali mereka.”Justin mendesah sebentar sebelum kembali melanjutkan,“Dan untungnya juga supir keluargaku belum meninggalkan tempat dia menurunkan kami. Jadi setelah mengeluarkanmu dari labirin itu, kami dapat membawamu langsung ke tempat yang aman. Sebuah panti asuhan terpencil dengan pemandangan yang luar biasa Indah.”“Terima kasih. Kalau tidak ada kamu da
“Ya, prioritas utamaku saat ini adalah membuatmu bahagia. Kamu dan juga anak kita ini!” Meski nada suaranya terdengar tegas, namun sentuhan ringan Leon di perut Aletta membuat istrinya itu bertanya-tanya, yang pastinya langsung menyuarakan pertanyaan itu dengan nada sumringah,“Apa aku sedang hamil sekarang?”Untuk sesaat Leon mengerjapkan kedua matanya dengan bingung karena perubahan suasana hati Aletta yang tiba-tiba itu,“Hamil?” ulangnya.“Kamu tadi menyebut kata anak sambil mengusap lembut perutku ini. Apa di dalam sini ada janin anak kita yang sedang berkembang? Apa itu yang menjadi penyebab aku kehilangan kesadaranku?”“Oh, tidak. Bukan itu. Astaga … Kita baru melakukan hubungan intim kurang dari dua minggu yang lalu, Sayang. Kamu tidak mungkin hamil secepat itu. Kalaupun kamu hamil, dokter yang melakukan pemeriksaan padamu tadi pasti sudah akan mem beritahukannya padakiu lebih dulu,” ralat Leon dengan cepat.Saat itu juga wajah sumringah Aletta berubah menjadi sendu kembali,
“Cepat pergi!” Terdengar perintah tegas papá Aletta sebelum Aletta melihat raut sedih bercampur ketakutan di wajah mamanya, saat dengan tubuh yang gemetar hebat perlahan mamanya balik badan hingga mata mereka saling terkunci.Ingin rasanya Aletta menghampiri mamánya dan membantu papánya menghalau serangan demi serangan dari pria asing itu, namun apa daya kedua kakinya seolah terpaku di lantai. Aletta terlalu syok hingga tidak dapat melakukan apapun, bahkan hanya untuk berkedip sekalipun.Hingga akhirnya dengan kedua bola mata yang melebar dan mulutnya yang gemetar memanggil nama Aletta tanpa suara, Aletta melihat benda tajam yang menembus bagian depan tubuh mamánya hingga darah segar mengenai wajah Aletta saat benda tajam itu menghujam semakin dalam.“Mamá!” Aletta berteriak histeris di dalam hatinya, karena kata-kata itu seolah tidak dapat mengalir keluar dari dalam tenggorokannya. Mau sekuat apapun Aletta berusaha mengeluarkan suaranya itu.“Letta, kita harus pergi!” seru seseoran
“Apa aku sudah boleh menghajarnya?” tanya Leon dengan tidak sabar. Sejak tadi ia berusaha sabar saat mendengar semua penjelasan Justin.“Silahkan hajar! Atau semua video mesummu dengan Deandra akan tersebar luas! Beberapa anak buahku telah menerima pesanku dengan sangat jelas untuk menyebarkan semuanya jika dalam satu jam aku tidak keluar dari sini dalam keadaan aman!” ancam Leon.Terang saja cengkraman tangan Leon di kerah kemejanya semakin menguat hingga Peter terbatuk-batuk akibat dari tertekannya jalur pernapasannya,“Kau mengancamku? Apa kau pikir dengan ancaman murahan seperti itu akan membuatku takut? Kau salah! Aku tidak peduli dengan reputasiku yang tercemar, saat ini tujuanku hanya satu, membumihanguskan semua yang telah menyakiti Letta, dan semua yang telah berani menyengtuh istriku itu! Persetan dengan reputasiku!” tegasnya.Justin menepuk pundak Leon untuk menyadarkannya, “Leon sabar. Kau bisa membunuhnya! Apa kau mau memberikan kematian yang Mudah untuknya?”“Justin be
Karena kebahagiaannya yang sebenarnya adalah berada bersama orang-orang yang ia cintai, orang-orang yang mencintainya tanpa syarat, seperti halnya orang-orang yang berada di dalam panti, yang tidak ada satupun dari mereka yang akan menyakitinya dengan sangat dalam, seperti yang telah keluarganya dan juga Leon lakukan padanya.Teringat pada perselingkuhan Leon dengan Deandra membuat Aletta menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata,“Lakukan apa yang ingin kalian lakukan.”Tepat pada saat itu terdengar keributan dari arah tangga menuju ruang bawah tanah itu, membuat tidak hanya mata Aletta, Leon dan Justin saja yang mengarah ke sana, tapi juga semua mata anak buah mereka.Dan yang lebih mengejutkan lagi untuk Aletta adalah kedatangan Deandra yang tengah dibekuk oleh Dritan, lalu menyusul di belakang mereka seorang pria tua yang tengah dipaksa masuk oleh Leuis dan beberapa anak buahnya.“Leon, Leon tolong selamatkan aku. Aku tidak ada hubungannya sama sekali dengan pria tua itu!” p