"Leon? Ya Tuhan! Apa kamu yang sudah merawanin aku?" Dari tiga orang pria yang bersamanya semalam, kenapa harus Leon? Pria yang sangat Aletta benci!'Ah! Masih tersegel rupanya,' gumam Leon dalam hati. Ia tergoda untuk membuat wanita itu semakin ketakutan, sebagai balasan karena wanita itu telah menyemburkan isi perutnya ke pakaian Leon."Tenang saja! Aku janji, aku akan bertanggung jawab!" jawab Leon sambil mengibas tangannya dengan santai.Seketika Aletta menjadi panik karenanya,"Aaarggghhhh!" Teriak Aletta sekencangnya sambil meremas erat selimut di depan dadanya, hingga Leon bergegas menghampirinya dan menutup mulutnya,"Sstt diamlah! Kamu mau seisi hotel ini terbangun?"Aletta menggigit telapak tangan Leon hingga pria itu meringis dan melepaskan bekapannnya, Aletta memanfaatkan itu untuk mendorong Leon hingga pria itu terjatuh dari tempat tidur lagi,"Kamu jahat! Apa kamu pikir aku sama murahannya dengan wanita-wanitamu? Kamu jahat!" teriak Aletta sebelum menarik selimutnya yan
'Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kenapa aku bisa mabuk sih? Dan akhirnya buaya darat itu mengambil keuntungan dariku! Ya Tuhan! Kalau sampai Suster Mary tahu, habislah aku!' umpat Aletta yang tengah berdiri di bawah pancuran shower. Ia menggosok tubuhnya dengan sabun untuk menghilangkan jejak Leon dari kulitnya.Gerakannya terdiam saat Aletta teringat ciuman terakhirnya dengan pria itu. Ia menyentuh bibirnya yang masih merasakan lembutnya bibir Leon saat melumat bibirnya tadi, lalu bulu kuduknya kembali meremang seiring dengan kembalinya akal sehatnya,'Aku bahkan membiarkannya menciumku lagi! Astaga, aku pasti sudah gila karena membiarkan pria yang sangat aku benci itu menciumku!' Aletta berhenti menggosok tubuhnya saat sebersit pikiran yang melintas membuat jantungnya berdebar dengan kencang,"Bagaimana kalau aku hamil? Huaa! Aku masih muda, aku belum mau hamil!" tangisnya seketika pecah, "Apalagi mengandung anak buaya darat itu, aku tidak mau!" lanjutnya masih terus terisak."Aletta, kamu k
"Kenapa kamu terus menghindariku? Kamu masih marah padaku?" tanya Leon. Dua hari sudah malam paling buruk di hidup Aletta itu berlalu. Dan Aletta memang sengaja menghindari Leon. Tiap kali ia melihat pria itu, ia selalu teringat pada dosa besar yang telah ia lakukan, meski di luar keinginannya.Sekarang, mereka sedang dalam perjalanan kembali ke Paris. Dan sialnya, Aletta kembali duduk berdekatan lagi dengan Leon, dengan kursi yang terpisah dari yang lainnya. Tidak ada yang mau bertukar tempat dengannya.Jadi, nyaris setengah perjalan sudah mereka lalui, dan Aletta sama sekali tidak bicara dengan Leon. Fokusnya hanya ke luar jendela jet pribadi itu saja."Seharusnya aku yang marah padamu, karena kamu telah merayuku hingga aku berhasil tidur denganmu. Aku yang telah kamu manfaatkan untuk mewujudkan mimpi-mimpimu itu," lanjut Leon, ia berpura-pura kecewa, dan berhasil menarik perhatian Aletta padanya, meski dengan wajah dongkolnya."Terus saja menyalahkan aku! Siapa yang tidak mabuk ma
Leia mendekati meja Aletta yang sejak kepulangannya dari Venice, lebih sering termenung tanpa sebab itu, "Melamun lagi? Apa sih yang selalu kamu lamunkan itu?" tanyanya."Oh, tidak ada apa-apa. Hanya memikirkan panti saja, kamu sudah mau ke kampus?""Ya, Leuis sudah menungguku di parkiran, aku berangkat sekarang ya. Kalau Leon mencariku, bilang aku sudah ke kampus bersama Leuis!"Aletta mengangguk, "Kamu kembali jam berapa?" "Hanya satu kelas saja, karena sebenarnya mata kuliahku telah selesai, hanya mengulang satu pelajaran ini saja sambil mengerjakan skripsi, kenapa?""Umm, sebenarnya aku mau pulang, tapi karena kamu sedang keluar jadi aku menunggumu kembali saja," jawab Aletta."Kamu sakit?" Leia menempelkan punggung tangannya ke kening Aletta, suhu badannya terasa normal."Tidak, aku hanya ingin pulang cepat saja.""Leuis sudah berada di bawah jadi kamu tidak bisa izin dengannya. Tapi kamu bisa mendatangi ruangan Jean atau Leon, kamu bisa izin dengan salah satu dari mereka. Ata
"kenapa Aletta bisa jatuh? Jangan-jangan kamu mau berbuat yang tidak-tidak dengannya ya?" cecar Leia saat dokter yang menangani Aletta tadi telah keluar dari ruang rawat itu.Untungnya secara keseluruhan tidak ada yang mengkhawatirkan, sekarang mereka hanya tinggal menunggu Aletta siuman saja."Dia lari begitu saja, dan terpeleset di anak tangga," jelas Leon.Pria itu menarik kursi dan duduk di samping hospital bed Aletta, ia menatap sendu wanita itu, "Aku hanya menggodanya saja.""Pantas saja Aletta langsung kabur, dia sangat membencimu, Leon! Dan kamu malah menggodanya? Silahkan goda wanita lain tapi jangan sahabatku itu!" geram Leia, yang baru merasa tenang saat Leuis merangkul dan mengusap lembut pundaknya."Aku hanya becanda, Leia! Aku juga tidak tertarik dengan kurcaci ini!" sungut Leon.Dengan langkah kesal, Leia menghampiri Leon dan menarik lengannya untuk memaksanya berdiri,"Kalau begitu kenapa kamu duduk di sini? Pulang saja sana biar aku yang menjaga Aletta!"Leon menepis
"Aletta hamil atau tidak kau tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu itu!!"'Astaga! Ini namanya senjata makan tuan,' erang Leon dalam hatinya.Leon mendelik ke arah Aletta yang tengah mengangkat dagunya dengan gaya menantang. Terlanjur dipermalukan, dan juga daddy Elrick telah bertitah untuk menikahkan mereka, maka mau tidak mau Leon harus menyetujuinya.Karena kalaupun ia menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada mommy dan daddynya itu, semua akan percuma. Mereka akan tetap menikahkannya dengan Aletta, karena Aletta wanita yang polos. Terlebih lagi mommy Ana telah menegaskan, kalau sampai Leon mengganggu gadis yang masih polos, mommy Ana akan menikahkannya dengan wanita itu.
Aletta tengah menatap pantulan dirinya di depan cermin sambil menyisiri rambutnya saat Suster Mary masuk, dan meraih sisir dari tanganya untuk membantunya merapikan rambutnya itu,"Akhirnya kamu menikah juga," ujar suster Mary sambil tersenyum lembut pada pantulan diri Aletta di cermin.Mereka baru saja menyambut keluarga Leon yang datang untuk melamar Aletta. Tentu saja suster Mary dibuat kaget karenanya. Pasalnya selama ini Aletta tidak pernah sekalipun mengenalkan teman prianya pada suster Mary, lalu tiba-tiba datang seorang pria beserta keluarganya untuk melamarnya.Dan bukan sembarang pria, tapi putra dari salah satu orang paling berpengaruh di negaranya."Ya, aku juga tidak menyangka akan menikah secepat ini," desah Aletta,'Apalagi dengan buaya darat itu, manusia berjiwa sesat itu,' lanjutnya dalam hati."Mungkin pria itu lah yang dikirim Tuhan dari surga untuk membantumu, Sayang.""Atau Tuhan mengirimnya untuk menarikku ke lubang neraka ... " desah Aletta lagi. Ya, pasti seper
"Wah, aku tidak menyangka kau bisa bersikap seromantis itu, Leuis!" seru Leon sambil menepuk pundak Leuis. Selepas pertunangan pria itu dengan Leia di salah satu hotel mewah milik keluarga Adipramana.Leuis menarik Leia lebih merapat padanya, "Demi wanita yang sangat aku cintai ini, sudah pasti aku akan melakukan apapun meski diluar kebiasaanku.""Kalian akan tinggal di mana setelah menikah nanti?" tanya Aletta.Alih-alih menjawab Aletta, Leuis malah balik bertanya pada Leia,"Kamu mau tinggal di mana, Sayang?" "Aku akan tinggal dimanapun kamu akan tinggal, Leuis," jawab Leia sambil tersenyum menggoda.'Aaahhh ... Sweet sekali sih mereka,' batin Aletta. Ia turut bahagia dengan sahabatnya itu."Kenapa kau tiba-tiba bisa berubah sedrastis itu, Leuis? Awalnya kau mati-matian menolak menikahi Leia, bahkan tidak segan-segan membandingkan adikku itu dengan mantan wanitamu," cecar Leon memutuskan kontak mata Leia dan Leuis.Sambil mendesah pelan, Leia beralih menatap kakak laki-lakinya itu