Share

Bab 3. Wajahnya Mirip Dia

"Astaga!! ... Kenapa aku bisa kesiangan seperti ini?" Tiba-tiba aku terkejut saat terjaga, karena dari balik kaca jendelaku terlihat sudah terang di luar sana.

"Rena ... Rena bangun!" Kutepuk-tepuk lembut pipi istriku yang masih terlelap.

Kenapa susah sekali dia dibangunkan. Selalu begitu istriku ini setiap pagi. Padahal sudah lebih dari setahun aku menikahinya. Namun tak pernah ada perubahan.

Melihat jam dinding yg menunjukkan pukul tujuh pagi. Aku bergegas meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. Kupercepat mandiku dan langsung menuju lemari.

Tak mau berlama-lama akupun lanjut mencari-cari pakaian kerjaku. Kenapa tidak ada di lemari? Ya ampun Renaa! Belum satupun pakaian kerjaku di setrika olehnya.

"Rena ... !" Istriku tersentak mendengar teriakanku.

"Apa sih, Mas? Ngagetin aja," ketusnya seraya menggeliatkan tubuhnya.

"Tolong setrikakan pakaianku. Aku sudah terlambat!"

"Aah, Aku ngantuk, Mas. Kamu aja yang setrika sendiri ya! Itu tuh di sana baju-bajunya," sahutnya santai dan tak merasa bersalah, seraya menunjuk keranjang yang berisi penuh pakaian di sudut kamar. Tak sedikitpun dia bangkit dari kasur.

Aku segera menghampiri keranjang itu dan mengacak-acak isinya. Semua baju kerjaku masih kusut dan berantakan. Betapa kesalnya hatiku. Namun entah kenapa sampai saat ini aku tak pernah bisa marah padanya. Rena selalu bisa mencari-cari alasan setiap aku protes dengan sikapnya ini.

Namun, kasian juga istriku itu. Ia sepertinya kelelahan melayaniku semalaman. Biarlah kali ini aku menyetrika pakaianku sendiri. Ah, bukan kali ini, tapi hampir tiap hari. Berkali-kali aku menghempas napas kasar.

Rena sudah lama meminta Asisten rumah tangga padaku. Tapi kita belum berhasil mendapatkannya. Selalu saja dia merasa tidak cocok. Wanitaku ini maunya asisten rumah tangga yang cekatan tapi sudah tua, agar aku tidak tergoda katanya. Ada-ada saja.

"Maas, nanti makan siang pulang nggak?" tanya Rena setelah aku rapi berpakaian.

"Kenapa? pasti minta di bawakan makanan ya?" tanyaku seraya mencolek hidungnya.

Ia mengangguk dan tersenyum manja.

"Ya nanti aku pesankan online." Rena bersorak gembira dan kembali merebahkan tubuhnya yang semakin lebar itu.

"Aku berangkat, Ya." Aku kecup keningnya dan beranjak keluar menuju mobil. Mengingat hari yang sudah makin siang, aku melajukan mobil menuju kantor dengan kecepatan tinggi.

Entah mengapa aku bisa bertahan hidup dengan wanita seperti Rena hingga lebih dari setahun. Rena wanita manja dan senang bergelimang harta. Aku terpaksa berkerja keras siang dan malam demi memenuhi kebutuhan wanita itu.

Ya, Mau tidak mau Aku harus bisa menjalankan hidup dengan Rena walau sebenarnya aku lelah. Namun, pengorbananku untuk bisa bersama dengan Rena adalah sangat besar. Atas permintaannya, Aku sampai harus melepaskan Lidia, Mantan istriku dulu.

Lidia seorang wanita sederhana dan selalu mengurusku dengan baik. Mantan istriku itu tak pernah sekalipun mengeluh ataupun meminta macam-macam. Jangankan perhiasan, sepotong baju saja ia tak pernah minta. Dia selalu menerima berapapun yang aku beri.

Karena terlena akan kecantikan Rena, dengan kejamnya aku menceraikannya di saat dirinya sedang terpuruk karena sakit.

Ah, Lidia ... di manakah kamu kini?

Setelah melewati perjalanan panjang yang cukup melelahkan karena macet, akhirnya aku tiba di area gedung perkantoran tempat aku bekerja. Dengan setengah berlari aku pun bergegas masuk ke dalam gedung berlantai lima itu.

"Suf, buruan di tunggu Bos di ruang meeting!" Aku tersentak ketika baru saja sampai di kantor.

"Memangnya ada meeting hari ini?" tanyaku cemas

"Iyaa, mendadak tadi pagi. Buruan sana!" Rudi mendorong badanku agar segera menuju ke ruang meeting.

Dengan langkah lebar aku bergegas naik ke lantai atas tempat ruang meeting berada.

Tok tok tok

"Masuk!"

"Terlambat lagi, Yusuf?" Pak Sami menatap tajam padaku persis ketika pintu kubuka.

"Ma-maaf, Pak," sahutku tertunduk. Semua mata tertuju padaku.

"Kenapa? Kesiangan lagi, hah? Laki-laki botak setengah baya itu melotot. Dadanya kembang kempis menahan amarah.

"Setahun belakangan ini kedisipilinanmu begitu buruk, Yusuf. Kalau begini terus, bisa rugi perusahaan," lanjutnya dengan setengah berteriak.

"Maaf, Pak." ujarku tertunduk.

"Mulai besok Anda bertanggung jawab di bagian operasional lapangan."

"Baik, Pak," sahutku. Lalu menuju salah satu kursi yang masih kosong.

Bagian lapangan sebenarnya menyenangkan. Karena akan berhubungan langsung dengan para model-model cantik dan terkenal. Aku yang selama ini berada di belakang meja, hanya mendengar saja celotehan menyenangkan para teman-teman yang bertugas di lapangan

"Produk baru kita kali ini akan memakai model artis wanita muslimah yang sedang naik daun. Karena tahun ini target omzet yang harus kita capai adalah 100M." Jelas Pak Sami.

"Perusahaan tertarik dengan model cantik berhijab bernama Darasifa. Model terkenal itu sangat tepat untuk membawakan produk kecantikan kita. Tapi kita selalu kesulitan untuk mendapatkan kontraknya."

"Saudara Yusuf, kamu bertanggung jawab untuk hal ini. Bagaimanapun caranya anda harus bisa mendapatkan Darasifa sebagai brand ambassador produk perusahaan kita."

"Sa-saya, Pak?" sontak aku terkejut saat namaku di sebut.

"Iya betul Anda Saudara Yusuf. Jabatan anda akan naik jika ini berhasil. Tapi kalau gagal, siap-siap anda akan kehilangan pekerjaan ini selamanya," Pak Sami menatapku seraya tersenyum menyeringai seolah meremehkan.

"Saya mohon untuk kerjasama yang baik dari semua team demi tercapainya target tersebut. Tentunya nanti akan ada apresiasi dari perusahaan berbentuk bonus, jika bisa melebihi target. Sekian meeting hari ini."

Setelah laki-laki botak itu keluar, aku segera menghampiri Rudi yang hendak keluar juga dari ruang meeting ini. Kamipun melangkah bersama ke ruanganku.

"Rud, aku nggak tau model yang namanya Darasifa itu seperti apa orangnya. Kasih liat fotonya, dong."

"Hahahaha ... makanya gaul, Bro! Jangan bini aja di kekepin di rumah. Masa model terkenal yang lagi viral-viralnya itu kamu nggak tau , sih? Rudi terbahak-bahak meledekku.

"Cantik banget memang ya, Rud?"

"Bukan cantik lagi, Bro. Ini luar biasa cuantik buuaaanggett. Adeeeemmm banget hati kalau lihat wajahnya. Mana orangnya katanya baik dan lembut."

"Beneran, nih? mana fotonya cariin dong!"

"Yaelah, tinggal buka ponsel canggih tuh yang di kantong. Ketik deh namanya, muncul fotonya. Masa gitu aja manager nggak paham, sih? Hahahaha ..."

Aku langsung tepuk jidat menyadari kebodohanku. Mungkin karena tidak sarapan aku jadi telat mikir begini.

Segera aku buka ponselku. Membuka aplikasi yang di maksud Rudi tadi. Lalu kuketik nama model itu, Darasifa. Tak lama muncullah foto-foto seorang wanita berhijab dengan berbagai model pakaian muslimah.

Hei, tunggu sebentar. Aku kok seperti sangat familiar dengan wajah wanita ini. Mirip siapa ya? Rasanya nggak asing untukku.

Astaga! wajah ini mirip sekali dengan dia. Apa mungkin Dia ...?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status