“Kazuha… Tolong aku…”
Mata gadis itu terbuka dan di hadapannya hanya ada kegelapan.
“Siapa di sana?”
“Jangan sampai kamu berakhir sepertiku…”
“Sepertimu? Siapa kamu?”
Tidak terdengar jawaban dari balik kegelapan itu sampai akhirnya suara seorang gadis yang belum pernah didengarnya terdengar begitu dekat dengan telinganya.
“Nona! Nona!”
“Siapa…?”
Gadis itu membuka kelopak matanya yang terasa berat dan melihat seorang gadis lain berambut hitam panjang mengenakan pakaian pelayan.
“Siapa dia? Apa dia sedang cosplay?”
“Nona! Akhirnya anda bangun juga!”
“Bangun? Apa aku tertidur?”
“Nona! Apa anda lupa? Anda tadi bilang ingin tidur siang tetapi anda tidur sebelas jam!”
“Pukul berapa ini?”
“Dua belas malam.”
“Hah? Dua belas malam?”
Gadis itu beranjak turun dari kasurnya dan ketika ia hendak mencari sendalnya, sejuntai rambutnya menghalangi penglihatannya dan ia menyadari sesuatu yang aneh.
“Merah muda?”
Lalu ia melihat ke arah jemari kakinya sendiri dan menyadari bahwa kuku kakinya telah diwarnai dengan warna merah. Dalam benaknya sebuah pertanyaan muncul, sejak kapan ia mengecat kukunya dengan warna merah? Belum pernah dalam hidupnya ia mengecat kukunya. Menyadari kejanggalan yang ada, gadis itu berlari menuju ke pintu yang ada di ruangan itu dan ketika ia buka pintu itu, ia dihadapkan dengan sebuah kamar mandi yang sangat mewah dan sebuah cermin besar yang terletak di atas wastafel. Gadis itu berjalan mendekati cermin dan alangkah terkejutnya ia ketika ia melihat pantulan dirinya di cermin.
“A-Astaga! Siapa dia?!”
Pantulan seorang gadis dengan wajah yang luar biasa cantik, tubuh mungil, rambut panjang berwarna merah muda yang terurai mengejutkannya.
“Astaga! Siapa dia?”
“N-Nona!”
Pelayan berambut hitam panjang yang tadi membangunkannya kini berada di pintu dengan tatapan khawatir.
“Nona, apa yang terjadi?”
“A-Aku…”
“Bukankah sudah saya peringatkan mengenai tidak meminum minuman keras sedikit pun? Lihat akibatnya!”
“Aku? Minum minuman keras? Kapan?”
Pelayan tersebut merangkul gadis bersurai merah muda itu dengan erat.
“Jika saja nona mau mendengarkanku, pasti tidak akan terjadi seperti ini.”
“Ehm… Apa yang terjadi? K-Kamu siapa?”
Raut wajah pelayan itu seketika berubah bak seseorang yang baru saja melihat hantu. Wajahnya memucat dan kedua tangannya menutup mulutnya sendiri.
“N-Nona…! Apa kamu sungguh melupakan pelayanmu yang telah melayanimu selama lebih dari lima tahun? Apa efek minuman keras sampai seperti ini? Ini saya, Linette!”
“Linette?”
“Benar! Apa nona sama sekali tidak mengingat acara tadi siang?”
Dengan polos, gadis itu menggelengkan kepalanya. Ia benar-benar tidak tahu apa-apa, bahkan ia sendiri bingung dengan identitasnya. Satu hal yang diingatnya adalah ia sedang berjalan di malam hari dan di seberang jalan, ia melihat sesosok pria yang terlihat sangat mirip dengan ayahnya lalu segalanya menjadi hitam dan ketika terbangun ia sudah berada di tempat lain.
“Katakan padaku, apa yang terjadi sebelum aku tidur siang.”
Linette menghela nafas sebelum mulai membuka mulutnya untuk menceritakan apa yang terjadi sebelumnya.
“Sebelum nona Rosaline tidur siang, nona menghadiri acara pertunangan nona dengan Marques Sylveryn Ralli. Akan tetapi, nona tiba-tiba mengambil segelas anggur yang berada di nampan dan langsung meneguknya. Sesaat kemudian nona terlihat sempoyongan dan langsung jatuh tak sadarkan diri. Tuan Duke yang menangkap dan membawa nona kembali ke kamar. Tadi saya sudah mencoba untuk membangunkan nona akan tetapi nona bilang bahwa kepala nona pusing dan nona ingin tidur siang dulu.”
“Lalu aku tertidur selama sebelas jam?”
“Benar sekali. Tuan Marques sangat khawatir dengan anda.”
“Tunggu sebentar. Aku menghadiri pertunanganku dengan tuan Marques tapi yang menangkapku ketika aku terjatuh adalah tuan Duke?”
“Iya, benar sekali. Tuan Duke Seibert yang menangkap anda.”
“Bagaimana bisa? Tunggu sebentar… Aku ini siapa?”
Ekspresi wajah Linette tidak dapat menjelaskan betapa terkejutnya ia mendengar pertanyaan dari sang nona.
“Nona! Apa efek alkoholnya sampai membuat anda lupa ingatan? Apa saya perlu memanggil dokter istana?”
“T-Tidak perlu sebegitunya… Mungkin aku belum sadar sepenuhnya… Jadi tolong beritahu aku.”
Linette merasa ada yang aneh dengan sang gadis akan tetapi itu adalah perintah dan ia harus menaatinya.
“Nona, anda adalah putri Rosaline Annesley Ronchessac. Pewaris tahta kerajaan dan putri kedua dari Yang Mulia Raja dan Ratu.”
Rosaline Annesley Ronchessac? Nama apa itu? Nama yang sungguh sulit untuk diucapkan sampai-sampai di saat sang gadis hendak mengucapkan nama itu, lidahnya terbelit-belit.
“Tunggu dulu… Sepertinya aku pernah mendengar nama itu di suatu tempat…”
Seketika kenangan di masa kecilnya bersama dengan sang nenek terputar di dalam kepalanya. Sewaktu kecil, ada sebuah buku bacaan yang sering neneknya bacakan untuk Kazuha. Buku itu menceritakan tentang seorang putri yang begitu jahat dan ia begitu benci ketika melihat orang lain bahagia sampai akhirnya sang putri menemui ajalnya dengan begitu tragis.
“J-Jangan-jangan… suara yang aku dengar sebelum terbangun di tubuh Rosaline…”
“Nona? Apa yang anda pikirkan?”
Tersadar dari lamunannya, Rosaline menggelengkan kepalanya.
“Bukan apa-apa.” Di saat yang sama, perutnya berbunyi dengan keras sampai membuat sang pelayan tertawa lepas.
Linette bahkan sampai terkejut menatap tuannya itu.
“Astaga, nona! Rupanya anda memikirkan apa yang ingin anda makan? Tunggu di kamar dan aku akan segera mengambilkan makanan yang ada.”
“Tunggu!”
Rosaline menahan tangan pelayannya, “Aku ingin ikut.”
“Tapi nona…”
“Aku… ingin lihat makanan apa yang akan di masak oleh koki istana.”
“Hah? Anda ingin ke dapur?”
Sikap sang putri membuat Linette keheranan karena selama ini sang putri tidak pernah ingin pergi ke dapur karena bagi sang putri.
Dapur adalah tempat yang kotor dan tidak layak didatanginya. Ini adalah pertama kalinya sang putri menginjakkan kakinya di dapur.
Jujur, Linette begitu takut dengan kelakuan Rosaline. Namun, dia tidak punya pilihan lain. “Mari ikuti saya, nona.”
Keduanya kemudian berjalan keluar dari kamar sang putri dan ketika keluar.
Dan, sepanjang perjalanan menuju dapur, Rosaline terlihat terkagum-kagum melihat lorong yang begitu mewah yang belum pernah dilihatnya.
“Indahnya…” gumam sang Rosaline yang sebenarnya dirasuki Kazuha.
Tentu, itu semua diperhatikan sang pelayan. Diam-diam, Linette bergedik ngeri.
“Bukan apa-apa, Yang Mulia. Sebagai teman dari Putri Rosaline, saya hanya mengkhawatirkannya. Itu saja.” “Tenang saja, Duke Seibert. Keluarga Ronchessac tidak mungkin mencelakai anggota keluarga mereka sendiri. Segalanya yang terbaik akan diberikan bagi Rosaline.” Ada rasa lega pada diri Callyx setelah mendengar pernyataan dari Kane. Namun ada berbagai pertanyaan lain yang ada pada benaknya akan tetapi Duke Seibert memutuskan untuk diam dan menyimpan pertanyaan-pertanyaan itu untuk dirinya sendiri. “Terima kasih banyak, Yang Mulia. Sudah sangat larut malam dan mungkin sebaiknya kita berdua beristirahat. Saya juga akan kembali besok.” Callyx menyimpan cangkirnya yang sudah kosong ke atas meja lalu beranjak berdiri dan memberi hormat kepada Sang Pangeran. “Selamat malam, Yang Mulia.” “Selamat malam, Duke Seibert.” Setelah sang Duke pergi meninggalkan tempat itu, Kane membunyikan loncengnya dan seorang pelayan datang menghampirinya. “Yang Mulia.” “Tolong bereskan semuanya.” “Ba
Di depan kamar itu, Callyx tengah berdiri sambil melihat ke arah Kane yang berjalan keluar. Menyadari keberadaan Callyx, Kane menghampiri Callyx sambil menghela nafas. “Yang Mulia. Bagaimana keadaan Putri Rosaline?” sapa Callyx sambil memberi hormat. “Callyx. Dia sudah tertidur. Terima kasih banyak untuk segalanya.” “Sungguh kehormatan bagi saya, Yang Mulia. Maafkan saya jika saya memiliki rasa penasaran yang begitu tinggi namun bolehkah saya tahu apa yang terjadi?” Kane tersenyum, “Bagaimana kalau kita bicarakan itu sambil minum teh?” Mendengar ajakan itu, Callyx menganggukkan kepalanya dan ikut bersama Kane menuju ke ruang tamu. Sepanjang perjalanan, Callyx terdiam memikirkan keadaan Rosaline dan juga apa yang sebenarnya terjadi. Kane membuka pintu ruang tamu dan masuk ke dalam diikuti oleh Callyx. Keduanya berjalan menuju sofa yang berada di dekat jendela besar yang menghadap ke arah tebing dan juga lautan biru yang begitu indah. Bulan bersinar dengan begitu terang di mal
Ruangan kerja Kane dipenuhi dengan cipratan darah yang memenuhi ruangan dan di depan meja kerja Kane, berdiri seorang gadis dengan rambut hitam panjang. “S-Siapa kamu?!”Sosok tersebut menoleh dan mata Rosaline terbelalak dibuatnya. “L-Linette?” “N-Nona?!” Linette terlihat sedang mengenakan gaun hitam dengan sedikit corak putih pada gaun tersebut dan setelah dilihat lebih teliti, pakaian yang dikenakan Linette merupakan baju pelayannya yang telah tercabik-cabik dan juga corak putih merupakan celemek yang sudah disobek. Pakaiannya dipenuhi dengan cairan berwarna merah yang merupakan darah. “A-Apa yang terjadi?!” teriak Rosaline. Sang putri jatuh terduduk di lantai, terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Callyx yang berada di belakangnya dengan sigap menangkap tubuh sang gadis. Kedua matanya terbelalak dengan penuh ketidakpercayaan. “Tuan, tolong bawa nona pergi dari sini.” pinta Linette. Mendengar permintaan Linette, Callyx menggendong tubuh mungil Rosaline dan mem
Sebuah senyuman hangat, rambut pirang dan juga mata hijau bak permata. Itulah yang dilihat oleh sang putri. Lengan sang pangeran melingkar pinggang mungil sang gadis. “K-Kane?!” “Ada apa, Rosaline? Kenapa kamu terlihat begitu marah? Apa kamu tahu suaramu terdengar sampai ke ruang kerjaku?” “M-Maafkan aku…” Kane melirik ke belakang tubuh adiknya dan mendapati gadis yang tengah terduduk di lantai sambil menangis. “Itu…” Rosaline menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. “Linette menghilang.” “Menghilang? Kemana? Bukankah seharusnya dia yang bertanggung jawab sepenuhnya untuk mengurusmu?” “Iya, aku dibuat kesal olehnya dan aku memintanya untuk pergi beristirahat saja… Namun pagi tadi, aku diberitahu bahwa ia tidak pernah kembali ke kamarnya untuk beristirahat dan tidak ada yang tahu dimana keberadaannya. Namun aku melihat dia dan dari gerak-geriknya, aku sangat yakin bahwa gadis itu mengetahui sesuatu mengenai hilangnya Linette akan tetapi ia tidak mau berbicara.”
Anak pertama dari raja dan ratu? Dirinya? Sepertinya ada yang salah dengan pelayannya. Sudah sangat jelas bahwa Kane adalah kakak dari Rosaline yang berarti Kane adalah anak pertama dari sang pemimpin kerajaan. Tidak mungkin dirinya adalah anak pertama. Jika memang benar seharusnya Kane yang memanggilnya kakak. Semua ini terlalu tidak masuk akal bagi sang putri. “Linette, sebaiknya kamu beristirahat.” “N-Nona?” “Mungkin kamu kelelahan, omonganmu tidaklah masuk akal sama sekali.” Raut wajah terkejut bercampur dengan kecewa terlihat di wajah sang pelayan. Linette menatap ke arah sang nona tanpa mengatakan apapun lalu ia membungkukkan badannya sebelum berjalan keluar dari kamar itu. Di sisi lain, Rosaline meragukan perkataan Linette namun jika ia mengingat ekspresi wajah dari sang pelayan, ia terlihat sangat yakin dan hal itu membuat sang putri mempertanyakan pernyataan Linette. Ia berjalan menuju lemari yang berada di kamarnya dan matanya menyusuri judul-judul buku yang ada di dal
“Rosaline…”Wajah sang putri terlihat begitu cantik di malam itu. Jemari sang duke bergerak menyusuri garis wajah dari gadis itu dan berakhir di bibir ranum milik sang dara. Rosaline mematung dengan wajah semerah tomat.“Terima kasih.” ucap sang pria secara tiba-tiba.“Untuk apa?”“Karena kamu mau membantuku untuk mengungkapkan kebenaran. Sejujurnya, aku tidak menyangka kamu akan berkata seperti itu. Maafkan aku, Rose tetapi belakangan ini aku merasa kamu berbeda… Seakan-akan kamu bukanlah Rosaline yang aku kenal.”Perkataan dari Callyx mengejutkan Rosaline. Apakah s