Rosaline terus berjalan mengikuti sang pelayannya.
Dia baru sadar bahwa postur tubuh sang pelayan begitu tegap dan berbeda dari pelayan-pelayan istana yang selama ini ia ketahui. Gerak-gerik dari Linette terlihat seperti seseorang yang selalu awas dan sigap.
Langkah keduanya berhenti di sebuah pintu kayu besar.
Linette segera mendorong pintu itu hingga terbuka dan sebuah ruangan gelap menyambut mereka.
Tangan dari sang pelayan menyusuri tembok sampai akhirnya menemukan sebuah sakelar dan menyalakan lampu yang ada di ruangan itu. Di hadapan mereka, terdapat sebuah dapur yang begitu besar, bisa di bilang itu adalah dapur terbesar yang pernah dilihatnya.
“Nona, tunggu di sini, saya akan panggilkan koki istana.”
Rosaline mengangguk dan melihat Linette yang berjalan menjauh.
Ditinggalkan sendiri bukan berarti Rosaline hanya berdiri diam memandangi dapur besar di hadapannya. Muncul sebuah keinginan dari dalam dirinya untuk membuka kulkas besar yang ada di ujung ruangan dan memasak masakan sendiri. Akan tetapi, lebih baik ia tidak menyentuh atau membuat kekacauan di dapur.
Waktu berlalu dan sang pelayan belum kembali juga. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk membuka kulkas dan mengambil beberapa makanan yang ada dan memasak sendiri makanan untuknya sendiri.
Setelah masakannya matang dan Rosaline tengah menyusun makanannya di atas sebuah piring, barulah pintu terbuka. Terlihat Linette beserta seorang pria bertubuh besar masuk. Namun, kedua orang itu terkejut ketika melihat sang putri yang sedang menyusun makanan.
“Y-Yang Mulia!” pekik sang koki istana.
“Nona! Apa yang anda lakukan?”
Ekspresi bingung seketika menghiasi wajah Rosaline. “Memasak. Apalagi?”
“Nona! Anda bisa melukai diri sendiri dengan pisau yang tajam itu!”
Rosaline melirik ke arah pisau yang berada di dekatnya lalu menatap Linette.
“Aku sudah tidak memegang pisau itu…”
Kedua orang itu menghampiri Rosaline dan alangkah terkejtunya mereka ketika mereka melihat hidangan yang dibuat oleh Rosaline.
“Nona? Maafkan kelancangan saya tapi apa selama ini nona diam-diam belajar memasak? Masakan nona terlihat sangat mewah!” ujar koki istana.
Rosaline benar-benar tidak mengerti dengan kedua orang yang ada di hadapannya.
Apa yang begitu spesial dari seorang putri kerajaan yang memasak masakannya sendiri? Rosaline mengangkat piring makan yang berisi makanan yang sudah ia tata sebelumnya, lalu mengambil sebuah sendok emas dan memakan makanannya. Matanya berbinar ketika makanan enak itu masuk ke dalam mulutnya. Berbagai macam rasa meledak di mulutnya.
“E-Enak! Linette, koki istana, apa kalian mau mencobanya?”
“Nona! Kami tidak berhak memakan makanan yang sama dengan anggota kerajaan.”
“Ayolah, kali ini saja?” tawar Rosaline.
Linette dan koki istana saling bertatapan sebelum akhirnya dengan ragu mengambil alat makan baru dan mencicipi hidangan itu.
Setiap suapan membuat keduanya terkejut.
“N-Nona! Ini sangat enak! Apa anda bersedia membagi resep makanan ini dengan saya?”
Air mata mengalir dari mata Linette seusai ia memakan makanan itu, “Nona.. .Saya sangat terharu!”
Ketiga orang yang sedang sibuk dengan makanan tidak menyadari langkah kaki seseorang yang mendekat ke arah mereka dan sebuah suara mengagetkan ketiganya.
“Wangi apa ini?”
Suara seorang pria mengagetkan ketiga orang itu dan mereka langsung menoleh ke arah sumber suara. Di belakang mereka, seorang pria berambut pirang dan tinggi tersenyum ke arah Rosaline dan kedua staf kerajaan.
“Y-Yang Mulia!” pekik sang koki istana.
“P-Pangeran Kane!”
“Kane?”
“Ada yang bisa saya bantu?” Tubuh sang koki istana terlihat gemetaran melihat kedatangan sang pangeran. Seulas senyum hangat terukir di wajahnya sembari ia menggelengkan kepalanya.
“Tidak ada. Aku kemari karena kebetulan aku sedang tidak bisa tidur dan mendengar suara yang berasal dari dapur. Apa yang sedang kalian lakukan? Oh? Rosaline?”
Raut wajah terkejut sang pangeran tidak dapat disembunyikan. Sama seperti Linette, Kane tidak menyangka bahwa Rosaline akan menginjakkan kakinya di dapur istana.
“Apa yang kamu lakukan malam-malam? Bukankah kamu paling tidak ingin makan di malam hari? Terlebih lagi sekarang sudah lewat tengah malam…”
Dengan mulut yang penuh dengan makanan, Rosaline mencoba menjawab tetapi mengingat identitasnya sebagai seorang putri--tidak pantas jika ia melakukan hal itu. Rosaline menelan makanan yang ada di mulutnya sebelum membuka mulutnya untuk berbicara.
“Aku… hari ini tidur terlalu lama sampai-sampai aku tidak sadar jika waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam dan aku sangat lapar jadi mau tidak mau aku mengisi perutku.”
“Bagaimana keadaanmu, adikku? Apa efek minuman kerasnya masih ada? Kamu ini… bagaimana bisa kamu minum meskipun kamu memiliki kondisi seperti itu.”
Nadanya terdengar seperti sedang memarahi Rosaline, tapi cara ia menyampaikan tiap katanya terasa begitu hangat dan lembut. Sungguh sangat ambigu sikap "kakaknya" ini.
“Maaf… Hanya saja aku sepertinya membutuhkan sedikit minuman keras—”
“Untuk menenangkan diri? Apa kamu sebegitu tidak inginnya bertunangan dengan Marques Ralli?”
Kane menatap tajam Rosaline. Namun, dia kemudian berjalan mendekati adiknya dan mengusap kepala Rosaline dengan lembut.
“Tidak apa-apa. Sayangnya, tidak ada yang bisa kita lakukan selain menuruti keinginan ayahanda. Jika Ralli berbuat tidak sopan atau tidak senonoh padamu, maka aku akan melindungimu!”
Sebuah senyuman hangat terukir di wajah sang pangeran lalu tatapan matanya terarah ke piring makanan yang ada di hadapan Rosaline. Tapi, perempuan itu hanya diam saja. Dia takut sekali dengan Kane. Ada hal aneh yang sepertinya disembunyikan pria itu. Namun, Rosaline tidak dapat menemukannya. Bahkan, ingatan dari "Kazuha" tidak bisa membantu sama sekali.
“Hm? Apa itu? Masakan apa yang kamu masak, kepala koki?” Ucapan Kane menyadarkan Rosaline dari lamunannya.
Sontak, dia melirik kepala koki juga.
“Y-Yang Mulia! Saya tidak memasak makanan itu… Tuan Putri yang memasaknya sendiri.”
Raut wajah Kane berubah drastis dan seketika tangannya mencengkram kerah baju dari koki istana tersebut.
“Apa yang telah kau lakukan? Apa kamu mau membiarkan adik kecilku kehilangan sebuah jari karena telah memegang pisau? Apa kamu tahu jika ini adalah pertama kalinya dalam hidup ia memegang senjata tajam? Apa kamu akan bertanggung jawab jika hal buruk terjadi pada adikku? Apa kamu siap mengganti sebuah jari dengan kepalamu?”
Melihat pemandangan itu, Rosaline amat terkejut hingga tanpa sengaja menjatuhkan sendok yang sedang dipegangnya. Sekujur tubuh sang koki gemetaran karena rasa takut dan mulutnya terlihat sedang berusaha mengucapkan sesuatu. Sontak, Rosaline langsung menghampiri Kane dan berusaha membujuknya untuk melepaskan sang koki. “Tidak! Aku sendiri yang memang ingin belajar untuk memasak! Jangan salahkan dia…! Dia tidak bersalah! Aku juga berhati-hati dan aku berjanji aku tidak akan menyakiti diriku sendiri hanya karena ini jadi aku mohon… lepaskan dia.” Kane menatap sang adik dengan tatapan tidak percaya dan perlahan-lahan tangannya melepaskan sang koki istana. Kedua tangannya kini menggenggam tangan adiknya dengan lembut dan tatapan penuh arti ia lontarkan pada sang adik. “Rosaline… Aku hanya tidak dapat mempercayai bahwa kamu telah melakukan hal yang paling tidak ingin kamu lakukan seumur hidupmu… Aku bangga padamu.” Ada yang aneh dari pemuda itu. Sesaat yang lalu, amarah memenuhi san
Pria itu begitu mempesona sampai-sampai Rosaline tidak dapat mengatur jantungnya yang berdebar dengan sangat kencang. Keduanya terdiam sampai akhirnya bibir dari sang duke bergerak dan sebuah kalimat keluar dari mulutnya. “Rose, apa kamu baik-baik saja?” Seketika Rosaline bergerak melepaskan diri dari sang Duke dan dengan canggung ia mundur beberapa langkah. “Maafkan saya, tuan Cal atas kecerobohan yang telah saya perbuat. Permisi!” Karena rasa malunya, Rosaline sampai lupa jika posisinya dalam hierarki kerajaan lebih tinggi dari pria itu. Rosaline bahkan langsung berlari masuk ke dalam perpustakaan. Langkahnya baru terhenti ketika ia melihat seorang pria lain yang tengah berdiri menatap keluar jendela membelakangi sang putri. Postur tubuh yang nyaris sempurna dan rambut perak panjang yang berkilauan, membuat siapapun terpesona hanya dengan melihat dari sisi belakang saja. Seakan menyadari kehadiran Rosaline, sosok itu pun berbalik badan dengan seulas senyum hangat terukir
Melihat sang tunangan yang terbelalak karena hadiah itu, Sylveryn menyunggingkan senyuman ramah sebelum melontarkan sebuah pertanyaan pada gadis itu. “Yang Mulia, ada apa? Anda tidak menyukai hadiah yang telah saya persiapkan?” Gadis itu terdiam dan tangan mungilnya membuka halaman pertama buku itu. Sebuah tulisan tangan nan rapi menyambutnya dan ia membaca tulisan itu. Kepada calon nyonya Ralli. Saya hadiahkan buku ini bagi Anda supaya Anda bisa mengerti bagaimana menjadi seorang istri yang layak dan mau melayani suaminya. “A-Apa ini…” “Oh, Rosaline! Statusmu sekarang adalah calon istriku dan sebagai calon istriku, kamu harus bisa mengerti cara menjadi seorang istri. Kamu harus bisa melepaskan diri dari kekuasaanmu dan juga semua kemegahan yang kamu punya. Kamu akan menjadi istriku dan juga … Pelayanku.” Pria itu lalu tersenyum miring.“Apa? Apa kamu bilang?” Rosaline terkejut setengah mati. Semua image baik milik tunangannya itu luntur dalam sekejap! “Putri, apa Anda tidak
Setelah membersihkan balkon kamar sang putri, Linette kembali untuk membawa nonanya yang tengah berdiri memandangi langit malam masuk ke dalam kamarnya. “Nona, ayo masuk ke dalam. Sudah saatnya untuk tidur.” “Linette.” panggil sang putri. “Ada apa, nona?” “Apa yang akan terjadi jika aku memilih untuk tidak menikahi tuan marques?” “Apa? Apa saya tidak salah dengar, nona?” Gadis itu berbalik badan dan menghadap pelayannya. Salah satu tangannya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Angin malam yang berhembus menyibakkan rambut panjangnya yang cantik dan pemandangan itu mampu membuat siapa pun terpesona. “Kamu tidak salah dengar, Linette.” “Nona! Apa yang anda lakukan?” “Aku? Tentu saja membatalkan pertunangan ini.” Linette mundur selangkah setelah mendengar ucapan dari sang putri. Dalam benaknya muncul berbagai pertanyaan dan ia meragukan apakah sang putri kini sedang berada dalam akal sehatnya. Bagaimana bisa gadis itu tiba-tiba memutuskan untuk membatalkan pertu
“Tentu saja, nona. Kenapa anda bertanya ketika anda sudah tahu jawabannya?” “Hanya memastikan.” Pintu ruangan itu terbuka dan di hadapannya, berdiri seorang wanita paruh baya yang memakai pakaian yang sama dengan Linette. Rosaline menyadari bahwa wanita itu terlihat mirip dengan Linette. “Putri Rosaline. Yang Mulia telah menanti anda di dalam. Silahkan masuk.” Rosaline mengangguk dan melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar sang ratu. Kamar itu jauh lebih luas dari kamarnya dan seorang wanita yang sangat elegan terlihat tengah duduk di sofa mewah yang ada di tengah ruangan sambil membaca sebuah buku. “Yang Mulia, putri anda telah tiba.” “Oh anakku, akhirnya kamu selesai juga! Nyaris aku tertidur karena menunggu.” Linette yang berada di belakang Rosaline membungkuk memberi hormat pada sang ratu. “Ratu Lavinia.” “Linette.” Ratu Lavinia beranjak dari sofa dan berjalan ke arah putri kesayangannya. Tangannya merangkul sang gadis dengan lembut. “Apa kamu sudah siap?” Ro
Sang putri terkejut melihat seorang gadis yang tengah berdiri di hadapan Ratu Lavinia dan tengah berbincang dengan sang ratu. "K-Kamu…" Kedua orang itu menoleh dan gadis yang dilihat oleh sang putri membungkuk memberi hormat sambil melontarkan sebuah senyuman ramah pada Rosaline. "Putri Rosaline. Senang bertemu dengan anda di sini." "Ophelia…" Dalam cerita yang dulu sering dibacakan oleh sang nenek, ada seorang gadis muda yang juga merupakan adik dari Marques Ralli, Ophelia Ralli. Menurut cerita, gadis itu merupakan seseorang yang begitu dibenci oleh Rosaline karena orang yang dicintai sang putri lebih memilih seseorang yang memiliki kedudukan lebih rendah darinya. "Ophelia Ralli, apa kamu sedang mencari gaun juga?" tanya sang ratu. "Benar sekali, Yang Mulia." “Apa kamu datang sendiri?” “Benar, Yang Mulia. Kakak saya sedang sangat sibuk mempersiapkan pernikahannya tetapi ia pasti akan datang ke acara malam ini.” “Putriku sangat tidak sabar untuk acara makan malam na
Semua orang menoleh dan alangkah terkejutnya mereka semua ketika melihat penampilan dari sang putri terlebih lagi ibunya, Ratu Lavinia. “R-Rosaline!” pekik sang ratu. Sang ratu berjalan mendekati Rosaline dan menariknya ke ujung ruangan. “Apa yang terjadi, putriku? Kenapa kamu mengenakan gaun hitam? Apa Linette yang memberikanmu gaun hitam ini? Mana dia?” “Ibu, ini adalah keinginanku sendiri.” “Tapi kenapa? Bukankah tadi siang kamu membeli gaun dengan warna lain?” “Tidak, ibu. Maafkan jika aku berbohong tetapi memang aku yang memilih gaun ini dan ada alasannya.” “Apa alasannya? Tapi ini acara makan malam, sayang. Tidak bisakah kamu ganti terlebih dulu?” “Maafkan aku, ibu. Aku tidak akan menggantinya.” Rosaline berjalan menuju salah satu kursi kosong yang berada di sebelah kakaknya lalu duduk di sana. Kedua mata kakaknya tertuju padanya dan terlihat bahwa ia sangat terpesona dengan penampilan adiknya. Kane bergerak mendekati telinga adiknya lalu membisikkan sesuatu pada
“Astaga!” Rosaline menoleh dan mendapati sosok Callyx yang tengah berdiri sambil menatapnya. Tangannya meraih sesuatu yang menyentuh pundaknya dan ia menyadari bahwa itu adalah jas yang dipakai sang duke ketika ia makan malam. “Apa yang kamu lakukan di sini sendirian?” “Mencari udara segar. Kamu sendiri? Bagaimana bisa kamu menemukanku disini?” Callyx Seibert duduk di sebelah sang putri sambil mengulurkan tangannya dan menyelipkan rambut panjang milik gadis itu ke belakang telinga. “Bukankah ini tempat yang selalu kamu datangi ketika kamu ingin menenangkan diri?” “Benar.” “Omong-omong, apa yang kamu lakukan tadi…” “Pembatalan pertunangan?” Callyx mengangguk, “Benar. Aku tidak menyangka kamu akan melakukan itu.” Rosaline terdiam sambil kembali memandangi pantulan dirinya di air. Di sebelahnya, Callyx terlihat ragu untuk melakukan sesuatu. “Apakah menurutmu itu hal yang tepat?” tanya sang duke. “Tentu saja. Aku sudah memikirkannya dengan matang. Apa yang membuatmu