Share

Kabur

last update Last Updated: 2024-02-02 12:26:06

Sial, sial, sial!’ maki Claudia dalam hati sambil menutup wajah. Dia tidak menyangka rencana untuk melupakan patah hatinya malah berujung kekacauan. 

Sekarang, Claudia sudah berada di dalam taksi. Setelah tadi tahu dirinya salah orang, Claudia tanpa pikir panjang langsung kabur dari hotel. Dia tidak lagi berpamitan dengan Ryuga karena malu setengah mati mengenai seluruh kesalahpahaman ini.

Tentu saja, Claudia tidak pergi begitu saja. Dia meninggalkan beberapa lembaran uang di atas nakas untuk Ryuga. Anggap saja sebagai bentuk permintaan maaf karena telah menyangka pria itu sebagai gigolo.

Namun, setelah dipikir-pikir lagi. Untuk apa ya dia kasih uang ke Ryuga!? Kan ‘jasa’ pria itu juga tidak Claudia pakai!?

Bodoh kamu Claudia, bodoh! Nggak sadar apa kamu sendiri sudah rugi bandar karena harus bayar lebih si Mami!’ gerutu wanita itu seraya menangis dalam hati.

Ya, walau dirinya tidak jadi menggunakan jasa anak si Mami, Claudia tetap harus membayar penuh sesuai dengan perjanjian awal, bahkan dengan sedikit tambahan karena Mami beralasan anaknya itu sakit karena kelamaan menunggu Claudia. 

Claudia sempat ingin nego, tapi Mami malah mengancam akan menyebarkan data pribadinya. Alhasil, Claudia tidak ada pilihan selain membayar Mami sampai-sampai tabungan daruratnya habis!

“Nona, kita sudah sampai,” ucap sopir taksi, menyadarkan Claudia yang sedari tadi meratapi nasib.

“O-oh, iya. Makasih, Pak.” 

Turun dari taksi dan masuk ke dalam rumah, Claudia menggertakkan gigi. Dia terus memikirkan rekeningnya yang sekarang kosong melompong.

“Ini salah Pak Ryuga! Kenapa juga dia mau-mau aja pas aku ajak!? Haduuh!” gerutu Claudia.

“Siapa itu Pak Ryuga?” 

Sebuah suara yang mendadak terdengar di tengah kegelapan sontak membuat Claudia melompat. “Ah!” 

Claudia menoleh cepat, melihat seorang pemuda bertubuh jangkung sedang berdiri tegak dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam hoodie. Sepasang manik hitamnya yang misterius terlihat memerhatikan dirinya lurus.

“Dirga?!” seru Claudia kaget.

Dirga Disastra, itulah nama pemuda berparas tampan yang sekarang sedang menatap Claudia dengan pandangan menyelidik. Dirga merupakan teman masa kecil adik Claudia sekaligus putra dari pemilik kamar loteng yang Claudia sewa saat ini. 

“Mbak dari mana?” tanya Dirga lagi dengan wajah dingin, membuat wanita itu merasa sedikit terintimidasi. 

“Dari … dari ….” Claudia cepat-cepat membelokkan topik. “Kamu dari tadi di sini?”

Dirga memicingkan mata. “Gue nanya, kenapa malah ditanya balik?” balasnya seraya menghampiri Claudia. “Tadi baru datang sebentar ke pesta pertunangan Bang Sam, Mbak malah langsung menghilang. Gue kira Mbak sakit, tapi ternyata malah baru pulang sekarang,” tuturnya. “Sekarang, jawab. Habis dari mana?”

Rentetan pertanyaan dari Dirga membuat Claudia tersenyum tak berdaya. 

Sesuai ucapan pemuda itu, malam ini memang malam pesta pertunangan Sambara, sepupu Dirga sekaligus pujaan hati Claudia sejak dulu. Namun, karena terlalu sakit melihat Sambara berada di atas panggung berdampingan dengan wanita lain, Claudia memutuskan pergi lebih awal untuk bertemu dengan gigolo pesanannya.

Siapa yang menyangka semua kacau karena pria bernama Ryuga? Dan jelas … kekonyolan yang terjadi tidak bisa dia ceritakan pada Dirga, bukan?

Memikirkan itu, tangan Claudia pun meninju kecil sisi lengan Dirga. “Khawatir nih ceritanya, Dir?” Mengalihkan topik dengan menggoda pemuda itu.

“Ck, apa sih? Gue cuma nanya.” Dirga membuang wajah. “Kalau bukan karena semua orang tadi nanyain Mbak ke gue, buat apa gue peduli?”

Awh, adik kecil yang manis. Khawatir, tapi malu mengakui.

“Iya deh iya, Dirga. Mbak percaya,” sahut Claudia terkekeh pelan. Tangannya kali ini mendarat di puncak kepala Dirga dan mengacak poni pemuda itu. “Tapi, besok aja ya Mbak ceritanya. Mbak mau istirahat,” ucap Claudia.

Diacak-acak rambutnya, Dirga langsung menepis tangan Claudia. “Ya kalau nggak mau cerita, nggak usah cerita. Pake acak-acak rambut orang segala.” Pemuda itu berbalik dan melangkah ke kamarnya. “Jangan lupa besok hari pertama Mbak kerja di kampus!”

BRUK!

Pintu ditutup kencang, membuat Claudia mengernyit. “Elah … udah gede kenapa jadi galak banget sih?” gerutunya. “Ya sudahlah, yang penting masalah malam ini kelar semua …,” gumam wanita itu dengan lemah.

Seperti yang Dirga bilang, besok adalah hari penting yang tak boleh Claudia lewatkan. Jadi, Claudia memutuskan tak memikirkan hal lain lebih lanjut dan segera tidur. 

Namun, tanpa sepengetahuan Claudia, masalah tidak semudah itu selesai. Akibat ulahnya yang kabur dari ruang hotel tanpa berpamitan, sekelompok pria berpakaian hitam dipanggil oleh atasan mereka untuk berkumpul di depan sebuah ruang hotel.

“Pak Presdir,” panggil seorang pria yang mengenakan kemeja putih dan kacamata hitam, tampaknya dia adalah asisten pribadi pria tersebut, juga perwakilan para pria berjas hitam di luar ruangan.

Dipanggil demikian, pria dengan jubah malam yang menampakkan tubuh atletisnya itu menoleh. Ternyata, pria itu Ryuga!

Dengan gelas wine di tangan kiri dan kaki yang disilangkan, Ryuga memanggil sang asisten, “Riel.”

“Ya, Pak.” Riel menunduk sopan.

“Saya tahu kamu sudah dengar apa terjadi.” Ryuga sudah menjelaskan semuanya di telepon tadi, jadi dia ingin langsung ke inti pembicaraan.

“Benar, Pak.”

Ryuga bangkit dari duduknya, lalu menghadap ke arah jendela besar hotel. Dia bisa menangkap pantulan dirinya di kaca, juga kasur yang sempat menjadi tempat dirinya dan Claudia bergumul panas beberapa saat lalu.

Bayangan itu membuat wajah Ryuga menjadi semakin dingin. “Bagaimanapun caranya, cari gadis yang bersamaku tadi sampai dapat.” Dia mencengkeram erat gelas wine di tangannya dan menatap Riel dengan tatapan tajam, “Aku tidak menerima kegagalan.”

Mendengar nada bicara Ryuga yang dingin dan penuh ancaman, Riel tahu tuannya itu bersungguh-sungguh perihal kalimatnya. Alhasil, dia langsung membalas, “Baik, Pak!” 

Pria itu pun gegas melaksanakan perintah Ryuga dan menyuruh para pengawal untuk mencari tahu segala informasi tentang gadis yang menyinggung sang atasan.

Sementara itu, Ryuga melirik beberapa lembar uang di tangan, benda yang ditinggalkan Claudia karena merasa bersalah. ‘Menghinaku seperti ini … jangan harap kamu bisa kabur, Claudia!’

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (21)
goodnovel comment avatar
SRI JUWITA KATILI
𝚐𝚛𝚎𝚐𝚐𝚐𝚎𝚎𝚝𝚝𝚝
goodnovel comment avatar
Trimuntari Darwin
moga mereka jadian biar awalnya memalukan tp bisa bikin clair iri
goodnovel comment avatar
Yuni Fatikah
kan..jdi kepoin Claudia kn Ryuga...benih2 cinta mulai datang............
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pesona Presdir Posesif   Bonus Bab Diana Garvi Part 2

    “Putar balik, aku bilang!” Diana mengulang perintahnya. Kali ini nada suaranya agak sedikit naik. Kakinya bergerak gelisah, menghentak-hentak lantai mobil. “Argarvi, please …,” panggilnya lirih. Suaranya terdengar nyaris putus asa. Garvi mencondongkan tubuh. Tangannya terjulur ke arah sabuk pengaman Diana, hendak melepasnya. Tapi, refleks, Diana menahan pergelangan tangan pria itu. Lantas pandangan mereka terkunci. “Hanya sarapan,” ucap Garvi pelan. “Apa yang salah?” tanyanya seraya mengerutkan dahi. Perlahan, Garvi menarik tangannya untuk digenggam. Seolah tengah meyakinkan, dia mengangkat tangan Diana ke arah bibirnya untuk dikecup singkat. Diana membuka mulut, tapi tidak tahu harus mengatakan apa. Yang berhasil dia lakukan adalah menarik tangannya dari Garvi. Kenapa pria itu sekarang jauh lebih berani bertindak setelah Diana menyetujui untuk berkencan? “Bukankah kamu tahu sedikit banyak tentang orang tuaku?” Ditodong pertanyaan seperti itu, Diana menggigit bibir bawahnya. Lag

  • Pesona Presdir Posesif   Bonus Bab Diana Garvi Part 1

    Kencan pertama Diana dan Garvi dimulai.Pria yang dua tahun lebih muda darinya itu mengabari sejak semalam kalau dia akan menjemput Diana pagi-pagi sekali. Padahal ini masih hari kerja dan jam belum menunjukkan pukul enam pagi, tapi Garvi sudah berhasil menyeretnya masuk ke dalam mobil.“Sarapan apa dan di mana?” tanya Diana sambil memasukkan anting terakhir ke daun telinganya. Suaranya masih terdengar mengantuk saat sudah duduk di mobil pria itu. Jam masuk kerjanya pukul delapan pagi. Biasanya, Diana baru akan bangun pukul enam dan bersiap. Tapi, sekarang sepagi ini dia punya agenda kencan.“Kamu tetap tidak mau memberitahu tempat tujuannya?”Diana menatap Garvi penuh selidik. Batinnya menaruh rasa curiga, ‘Dia tidak berniat menculikku ‘kan?’“Kalau aku beritahu sekarang, kamu pasti tidak setuju dan menolak pergi.” Pria itu melirik Diana sekilas dan tersenyum penuh arti.Jelas hal itu mengundang kecurigaan. Diana langsung menembak saja, “Hotel, ya?”Mendengarnya, Garvi setengah tert

  • Pesona Presdir Posesif   Bonus Bab Aland Anjani

    Satu minggu setelah kepindahannya ke apartemen studio, Anjani lebih banyak menghabiskan waktu di sana. Dia sedang mempersiapkan langkah awal untuk membangun bisnisnya yang sudah diimpikan sejak lama. Ya, alih-alih bergabung di perusahaan, Anjani Ruby ingin membuka usaha studio kreatif. Setelah perceraian orang tuanya dan kini memilih hidup sendiri, Anjani tentu harus mempertanggung jawabkan itu. Dia hanya boleh merepotkan dirinya sendiri, tidak dengan orang lain. “Lebih baik dicoba daripada aku menyesal tidak pernah mencobanya sama sekali,” pikir Anjani. Dia pun sempat terpikirkan, “Selagi aku masih sendiri.” Jadi … kenapa tidak? Maksudnya, Anjani belum menikah. Dia masih sangat muda untuk melakukan banyak hal. Dan berbisnis adalah salah satu yang ingin dia lakukan dengan hobi dan minatnya. Untungnya, dia memiliki seseorang yang mendukungnya. Tiba-tiba gadis itu melirikkan mata ke arah jam dinding. Sudah jam sebelas lewat, itu artinya– KLIK Dari arah pintu, seseorang masuk ke da

  • Pesona Presdir Posesif   T___T

    Sesaat Aruna terdiam. Dia mengerutkan bibirnya dan menganggukkan kepala. “Keberatan!”Protesannya mengundang kedua alis Ryuga menukik tajam, “Kalau keberatan, kenapa meminta izin segala, Aruna?”Karena sudah dipastikan dia tidak akan mengizinkan. Baginya, cukup perasaannya yang terluka akibat ucapan kurang ajar Sandra.Gadis itu lalu meringis pelan dan meraih tangan Ryuga dalam waktu bersamaan. Mata besarnya menatap lurus ke arah Daddy-nya itu.“Sekarang, giliran Daddy yang mendengarkan Aruna, ya,” pintanya dengan nada suaranya yang lembut.Sudut bibir Ryuga terangkat, membentuk senyuman kecil melihat tingkah Aruna saat ini. Dia mengedikkan dagu. “Apa yang harus Daddy dengarkan darimu?”“Begini, Aruna juga tahu secara tidak langsung kalau Tante Sandra tidak menyukai Pras memiliki hubungan dengan Aruna.” Dia meneguk ludahnya dalam lantas mencoba tersenyum walau hatinya menangis.Siapa yang tidak bersedih berada dalam posisi tersebut?Lebih sedihnya, Aruna seolah tak diberikan kesempata

  • Pesona Presdir Posesif   Detik Menuju Akhir

    Aji Hartanto. Beliau adalah ayah dari Aland Mada. Kini, dia menatap Anjani kurang lebih sama dengan ekspresi yang tak jauh berbeda dari saat pertama kali dia mengetahui keinginan Ryuga untuk menikahi Claudia. Tatapannya kaku dan tidak ramah, padahal Aji adalah mantan kepala desa.Ditatap seperti itu, siapa yang tidak ingin kabur?Anjani gelagapan, “O-oh nggak, Om. Itu, anu … aku nggak enak aja, takut mengganggu,” jawabnya sedikit tergagap di tengah degup jantungnya yang berdebar hebat.Dia pernah mendengar sosok Aji di mata Aruna. Teman dekatnya itu pernah mengatakan, “Aki Aki emang kelihatan galak. Tapi, aslinya perhatian. Asmaku pernah kambuh karena cuaca dingin di sana. Terus Aki Aji sampai manggil bidan atau dokter.”Yang menjadi masalah adalah tidak mungkin ‘kan Aji akan memperlakukan Anjani sama persis dengan Aruna? Kalau dia jelas adalah cucunya, Anjani hanya orang lain.Gadis itu melirik ke sekeliling sofa. Tak ada Aland. Pun, Garvi. Anjani menebak jika perkumpulan keluarga in

  • Pesona Presdir Posesif   Sosok yang Disegani Anjani

    Mobil yang dikendarai Garvi baru saja berhenti di halaman rumah. Aruna tak sabaran membuka pintu mobil saat melihat Emma dan Cherrish sudah berdiri di ambang pintu.Cherrish, bocah perempuan itu langsung berlari kecil setelah mendengar suara mobil, mengira itu mobil milik Ryuga. Tapi, langkahnya lebih dulu dihentikan Emma yang segera menggendongnya.“Na!” Suara kecil itu berseru nyaring dari arah pintu depan.“Hwaa, Cherrish!” seru Aruna senang, dia langsung menghampiri.Tangannya terulur, ingin sekali menggendong adiknya. Tapi, urung saat menyadari dia baru saja datang dari luar dan belum sempat bersih-bersih.“Pipinya ya ampun ... merah kayak tomat!” Aruna merasa gemas, ingin sekali mencubit pipi adiknya.Cherrish mengulurkan tangan kecilnya, meminta untuk digendong.Melihat itu Aruna tertawa lalu menggeleng pelan. “No, no. Mbak ganti baju dulu, baru bisa gendong kamu.”Meskipun jarang bertemu, tapi Aruna sering melakukan panggilan video. Jadi, Cherrish hapal dengan wajahnya. Ditamb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status