공유

Bertemu Lagi!?

last update 최신 업데이트: 2024-02-02 12:36:07

Keesokan harinya, Claudia berangkat kerja dengan menumpang motor Vespa merah milik Dirga. Lumayan untuk menghemat pengeluaran karena kampus Dirga sekarang menjadi tempat kerja Claudia.

Ya, Claudia akan menjadi seorang dosen!

“Perlu gue anterin ke dalam nggak, Mbak?” tanya Dirga saat mereka sampai dan Claudia sedang menyerahkan helm padanya. 

Claudia pun langsung menggeleng, “Nggak perlu, Mbak tahu kok ruangan prodi di mana.”

Detik berikutnya, saat berbalik ke arah kampus, Claudia memiringkan kepalanya sedikit. Dia tampak bingung.

Kok … kayaknya beda, ya?’ batin Claudia dalam hati, berubah jadi tidak yakin karena menyadari area kampus yang sebelumnya sedang dalam perbaikan telah selesai, membuat tempat tersebut agak berbeda dari kali terakhir dia berkunjung.

Melihat kebingungan Claudia membuat Dirga mendengus tidak percaya. “Kalau nggak tahu, jangan pura-pura sok tahu. Daripada nyasar, mending gue an–”

“DIRGAAAAA!”

Ucapan Dirga terpotong oleh suara melengking dari arah kiri. Baik Dirga maupun Claudia kompak menoleh.

Terlihat seorang gadis muda nan cantik mendadak menubruk dan menggandeng lengan Dirga mesra, membuat ekspresi pemuda itu berubah dingin. “Aruna,” panggil Dirga dengan alis tertaut. 

“Pagi, Dirgaku sayang!” balas gadis bernama Aruna itu.

Aruna, Claudia mengenali nama tersebut. Itu adalah nama pacar Dirga yang sering diceritakan oleh ibu pemuda tersebut!

“Jangan kayak gini,” tegur Dirga dingin kepada sang kekasih seraya menepis tangan Aruna.

Claudia sedikit mencibir melihat bagaimana cara Dirga merespons Aruna. Namanya pacar, kok dikasarin begitu? Harusnya senang dong disapa mesra?

“Ish, galak banget sih,” balas Aruna. “Tapi nggak apa-apa, masih ganteng.” Gadis itu tertawa kecil.

Setelah membalas santai kekasihnya, Aruna melirik ke arah Claudia, tampak penasaran. “Umh, kamu siapanya Dirga?” 

Ditodong pertanyaan seperti itu oleh Aruna membuat Claudia refleks tersenyum. “Nama saya Claudia, dosen baru di sini. Kebetulan tinggal di kamar loteng rumahnya Dirga.”

Mendengar itu, Aruna langsung terbelalak dan menarik pandangan tidak sopannya. “O-oh, maaf, Bu, hehe,” cengir Aruna. Tadinya, dia pikir Claudia adalah gadis yang sedang berusaha merebut Dirga-nya, tapi ternyata dia salah!

Claudia tersenyum. “Nggak apa-apa. Ibu paham perasaan kamu. Jadi pacar bocah ganteng ini pasti membuatmu was-was, ya?” candanya, membuat Aruna tertawa. 

Melihat Aruna begitu manis dan juga berstatus sebagai kekasih Dirga, Claudia pun bertanya, “Kamu berangkat naik apa ke sini?” Itu bukan hanya pertanyaan basa-basi, melainkan karena Claudia merasa tak enak. “Apa gara-gara Ibu numpang Dirga, kamu jadi nggak dijemput dia?”

Dirga memutar bola matanya. “Mana ada. Memangnya gue sopir sampai harus anter Aruna tiap hari?” balasnya ketus membuat Claudia melotot, memperingatkan pemuda itu untuk jaga mulut kepada wanita.

Aruna tertawa, lalu berkata, “Gapapa, Bu, hehe. Aku memang biasanya ke sini bareng sopir kok, sekalian bareng sama Daddy juga yang tiap pagi ke kantor.” Dia menunjuk ke satu arah, membuat Claudia ikut menoleh.

Di arah yang ditunjuk Aruna, Claudia melihat sebuah mobil hitam masih terparkir setelah mengantarkan gadis tersebut. Seorang pria baru saja masuk ke dalam mobil, sepertinya itu sopir yang tadi membukakan pintu untuk Aruna. 

Namun, melihat mobil itu, Claudia mengerutkan dahi.

Ini perasaanku … atau mobil itu familier?’ batin Claudia seraya terus memerhatikan mobil tersebut. ‘Seperti pernah lihat ….

Akan tetapi, karena tidak kunjung bisa mengingat di mana dan siapa dari kenalannya yang punya mobil serupa, Claudia menggelengkan kepala. ‘Claudia, Claudia, soal mobil orang aja dipikirin. Nggak penting! Fokus sama hari pertamamu kerja!’ batinnya.

Akhirnya, Claudia pun menengok ke arah Dirga dan Aruna. “Ya sudah, sisa lima belas menit. Cepat kalian masuk kelas,” peringatnya.

Kedua sejoli itu menurut dan mereka pun masuk kampus, menuju tempat tujuan masing-masing.

Di saat Claudia berjalan meninggalkan tempat tersebut, di dalam mobil hitam gelap yang tadi sempat Claudia perhatikan, sepasang mata hitam menusuk milik seorang pria tengah memperhatikan gerak-geriknya.

Sudut bibir pria itu melengkung membentuk seringai tipis yang menggoda. “Siapa yang menduga kita akan bertemu lagi di sini … Claudia?”

**

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (26)
goodnovel comment avatar
Mary Angel
Udah tua dong berarti Ryuganya… anakny udah mahasiswi...
goodnovel comment avatar
Dalila Real
bahaya' ini,alaram bahaya berbunyi dua sdh menemukan Claudia
goodnovel comment avatar
Trimuntari Darwin
awal benci tar jd bucin lanjut thor
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Pesona Presdir Posesif   Ajakan Kencan Terakhir

    “Kamu tidak perlu tahu.”Saat kalimat itu meluncur dari bibir Garvi, pria itu tersenyum ringan. Tapi senyum itu menyiratkan sesuatu. Dalam gerakan tenang, dia mengambil jaketnya, berdiri, dan menatap Karina untuk yang terakhir kalinya.“Yang perlu kamu tahu, Karina … aku tidak tertarik. Sudahi saja pertemuan ini.” Dia berucap tegas.Bukan Garvi tak menyayangi Aruna. Tapi jika dia menuruti rencana Karina, Garvi yakin dia bukan hanya akan menghancurkan adiknya, melainkan dia juga akan menyakiti seseorang yang sudah lama mengisi kekosongan di dalam dirinya.Tanpa sepatah kata lagi, Garvi melangkah pergi. Di belakangnya, Karina mengepalkan tangan. Bibirnya bergetar, menahan rasa kalah yang pahit.“Jadi karena ada wanita lain?” desisnya pelan.Suaranya terdengar hampir seperti ancaman. “Lihat saja apa yang akan aku lakukan!”****Di rumah Ryuga, suasananya mendadak sepi. Itu karena saat tidur siang tiba, Diana sudah membawa Gara ke kamar atas permintaan bocah laki-laki itu sendiri.“Ya amp

  • Pesona Presdir Posesif   Pertemuan Garvi dan Karina

    Mau bicara apa soal Aruna?”Itu bukan lagi suara Ryuga yang berada di apartemen, melainkan Garvi yang baru saja tiba di salah satu cafe. Kalau bukan karena nama Aruna disebut dalam panggilan telepon dari Karina, dia tidak akan menemuinya dan berakhir meninggalkan Diana.Sesaat Garvi merasa kesal karena tiba-tiba saja Karina bisa mendapatkan nomor ponselnya. “Duduk dulu baru kita bicara … soal Aruna,” kata Karina, mempersilakan sambil mendongakkan kepala untuk menatap pria super tinggi di hadapannya.Garvi hanya mendengus pelan tapi tak ayal duduk berhadapan dengan Karina. Tapi, sebelum itu Garvi sempat melepaskan jaket kulit yang dipakainya, memperlihatkan dia dalam balutan kaos santai.Jujur saja, penampilan Garvi tampak sesuai dengan kriteria pria yang Karina sukai. Dia nyaris tidak berkedip menonton tindakan kecil Garvi barusan.Namun, cepat Karina mengendalikan diri. “Terima kasih sudah mau datang,” ujarnya. Suaranya dikendalikan, tidak terlalu manis. Tapi, senyumnya tidak bisa

  • Pesona Presdir Posesif   Pertanyaan Iseng

    “Kita harus membahas ini dengan Aruna,” gumam Claudia. “Tapi … jangan besok, aku masih ingin melihat senyum cerah putriku.”Cepat atau lambat, persoalan ini memang harus dibahas dan menemukan jawaban. Entah itu berakhir seperti yang Ryuga dan Sandra inginkan atau justru sebaliknya.‘Apapun keputusan Aruna, aku akan mendukungnya!’Keadaan menjadi hening. Baik Ryuga maupun Claudia masih terlena oleh kejadian tadi. Tapi, Claudia tidak ingin membuat suasana tidak nyaman ini berlarut-larut.Lantas Claudia menatap Ryuga sambil mengulum senyum. Tiba-tiba melintas sebuah pemikiran di dalam kepalanya. Jari-jari tangannya masih tenggelam di antara helai rambut Ryuga.“Mas Ryuga,” panggil Claudia dengan suara yang lembut.Ryuga menyahut tak kalah lembut. “Mmm?”Biasanya Ryuga akan bersikap tak acuh, tidak peduli orang berkata apa terhadapnya. Tapi, jika itu menyangkut Aruna, semua akan terasa berbeda. Aruna … menjadi kekuatan sekaligus kelemahan baginya.Batin Ryuga bertanya-tanya, kesalahan apa

  • Pesona Presdir Posesif   Bukan Anak Kecil Lagi

    "Aku sudah memberitahu Diana, Mas Ryuga." Beberapa menit lalu, Claudia menerima balasan dari Diana. Wanita itu mengabarkan bahwa tak masalah menjaga Gara seharian, bahkan sempat menyisipkan cerita soal Gara yang sedang menyusun Lego bersama Aland. Kadang-kadang Aland bisa bersikap manis, jika sikap tengilnya tidak diaktifkan. Ryuga mengangguk. “Sebagai gantinya, besok dia aku izinkan tidak masuk bekerja.” Dia tahu hari libur Diana telah terganggu. Meskipun sudah meninggalkan kediaman Azzata, Ryuga tidak langsung pulang ke rumah. Sebaliknya, dia mengajak Claudia singgah sebentar ke apartemen. Jelas tidak ingin membawa perasaan tidak nyaman masuk ke dalam rumah. Claudia masih sibuk dengan ponselnya ketika Ryuga tiba-tiba merebahkan kepala di pahanya. “Ada apa … Mas Ryuga?” Pertanyaan itu mengudara bersamaan dengan gerak spontan tangannya yang mengusap rambut suaminya. Claudia menyingkirkan ponsel ke samping dan memilih memberi waktu sepenuhnya untuk pria di pangkuannya. Mata Ryug

  • Pesona Presdir Posesif   Pendekatan Tipis

    Suara Diana yang naik satu oktaf membuat Gara menoleh dengan terkejut.“Aunty cuci tangan di kamar mandi aja ya, Gara.” Sadar jika dia membuat bocah laki-laki itu terkejut, Diana berusaha bersuara dengan nada normal.Akan tetapi, rona kemerahan di pipinya belum kunjung memudar.Tanpa menunggu balasan dari Garvi, Diana cepat-cepat berbalik dan melangkah ke arah kamar mandi, berusaha menyelamatkan dirinya sendiri dari aksinya yang tidak sengaja melihat Garvi dan sayangnya … aksinya itu tertangkap basah!‘Dia terlalu percaya diri! Padahal aku hanya melihatnya, bukan memperhatikan!’ batinnya kesal.Gara masih berdiri di atas bangku kecilnya sambil menatap ke arah kepergian Diana. Lalu dia mengalihkan tatapannya pada Garvi. Ekspresinya seperti sedang menelaah sesuatu yang tidak biasa.“Uncle, Aunty Diana kelihatan marah.”Sejujurnya Garvi ingin sekali meralat Gara. Dia ingin berkata bahwa itu bukan karena Diana marah, melainkan karena … salah tingkah.Namun alih-alih menjelaskan, dia hanya

  • Pesona Presdir Posesif   Menjaga Gara atau Om-nya?

    Suasana sepi dan menegangkan di kediaman Azzata sangat bertolak belakang dengan nuansa rumah keluarga Daksa sore itu. Aroma jeruk yang baru saja dikupas berpadu dengan gelak tawa ringan dari ruang keluarga. “Ini sebenarnya yang perlu dijaga dan ditemani siapa? Gara atau Om-Om-nya?” gumam Diana, setengah geli melihat pemandangan di hadapannya. Dua pria dewasa yang tidak lain dan tidak bukan Aland dan Garvi tampak lebih sibuk menyusun tumpukan Lego. Padahal Lego itu milik Gara. Alih-alih Gara yang sibuk bermain, malah Aland dan Garvi yang saat ini saling menyikut karena salah mengambil potongan warna Lego. Sementara di atas sofa, Gara duduk manis di sebelah Diana. Bocah itu mengunyah potongan jeruk yang baru saja dikupas dengan telaten oleh wanita yang sejak tadi memperhatikannya dengan senyum tipis. “Lagi, Gara?” tawar Diana sambil mengupas satu buah jeruk lainnya. Bocah kecil itu menggeleng pelan. “Sudah dua, Aunty,” jawabnya sambil mengangkat dua jari mungilnya yang masih belepot

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status