Ampun deh Aruna wkwk
“Tentu saja, Aruna,” aku Claudia.Sekitar tiga detik berlalu, Claudia baru menjawab pertanyaan gadis itu. Dia pun menambahkan, “Kalau belum, tidak mungkin Ibu ada di sini ‘kan?”Jawaban Claudia sangat masuk akal. Dan yang paling penting, Claudia sudah menunjukkan sikap profesionalnya di depan Aruna.Aruna terkekeh, “Benar juga, sih.”Kedua gadis itu saling melemparkan senyum. Berbeda dengan Ryuga yang menunjukkan ekspresi kesulitan. Satu tangannya yang berada di saku celana training hitam menggenggam erat-erat kotak persegi beludru berwarna merah.Ya, Ryuga sudah mengambil cincin berlian yang ada di ruangan kerjanya sebelum benar-benar memutuskan menghampiri Claudia. Ryuga seketika langsung mengeluarkan tangannya.Sepertinya waktunya belum tepat untuk memberikannya pada Claudia. Namun, Ryuga akan berencana memberikannya hari ini.“Jadi pesan ayam dan pizza-nya, Aruna?” Ryuga membelokkan topik.Gadis itu mengangguk kuat-kuat. “Jadi, Dad!”Tak lupa Ryuga juga menanyai Claudia. Suaranya
“Aku menyukaimu, Claudia.”Untuk ketiga kalinya Ryuga mengulangi kalimat yang sama. Namun, melihat Claudia yang belum meresponsnya membuat Ryuga kesal sendiri. Pria itu mengerutkan dahinya samar, “Kamu dengar apa yang aku katakan ‘kan?!”“I—iya, a—aku dengar kok,” jawab Claudia baru membuka suaranya. Kepalanya mengangguk kecil.“Lalu kenapa tidak mengatakan apapun, Claudia?” Suara Ryuga terdengar rendah, nadanya turun satu oktaf. Manik hitam Ryuga tampak mengintimidasi sehingga menambah kegugupan Claudia. Meskipun begitu, Ryuga tak melepaskan tangan Claudia.“Hanya … sedang berpikir saja, Ryuga,” jawab Claudia dengan wajahnya yang polos. Matanya mengedip secara lambat.Claudia berpikir bahwa rasanya seperti tidak nyata. Dua sosok dalam batinnya kembali berbicara dengan pendapat yang berbeda.‘Pikirkan baik-baik, Claudia. Ryuga tidak mungkin menyukaimu begitu saja.’‘Semua sudah jelas, Clau … Alasan Ryuga bersikap aneh padamu dan kamu menganggapnya berlebihan, itu karena Ryuga menyukai
Bel apartemen Claire berbunyi lagi. Sam yang sedang mengobrol dengan polisi perihal kasus tunangannya terdistraksi dengan itu. Jadi, dia meminta izin untuk melihat siapa yang berkali-kali menekan bel dengan tidak sabaran.Begitu melihat layar interkom, Sam sempat mengernyitkan dahi.‘Rasanya wanita itu tampak familier,’ batin Sam. Tak lama, dia pun membuka pintu.Manik coklatnya seketika bertemu dengan wanita yang wajahnya tampak terlihat lelah berdiri di depan pintu.“Bellanca, temannya Claire?”Bukankah sebelumnya Claire mengatakan temannya akan datang?Mendengar pertanyaan Sam, sosok wanita tersebut atau Bellanca menggeleng, tampak menyangkal. Dia bahkan meralat, “Ya, aku Bellanca. Tapi, aku bukan teman Claire … hanya seorang kenalan.”Bellanca tak sabar ingin bertemu Claire. Jadi, dia dengan cepat bertanya, “Bisa bertemu Claire?” Suaranya sama sekali tidak menunjukkan keramahan.Sam menolehkan wajah ke belakang. Keempat polisi itu sedang ada di dalam dan Claire ada di kamarnya. La
Pada akhirnya, Bellanca tak punya pilihan untuk ikut ke kantor polisi untuk diinterogasi.Dilihat dari sudut mana pun, Bellanca memang tetap bersalah. Namun, dia punya hak untuk memberikan kesaksian perihal kebenaran.Apa yang Claire ucapkan tadi bisa mencemari nama baiknya. Pun, wanita sundal alias Claire Lee tidak bisa dibiarkan lepas begitu saja.“Hanhan dan Hadi, bawa Bu Bellanca bersama kalian. Sementara Bu Claire ikut bersama saya.” Pak Deni memberikan perintah.“Siap laksanakan, Pak!”Kedua wanita itu diboyong dengan mobil yang berbeda karena ditakutkan akan beradu mulut kembali. Untungnya polisi-polisi itu memang membawa dua unit mobil.Sebelum masuk ke dalam mobil putih berbaret biru itu, Claire bersumpah dalam hatinya, ‘Kamu akan menyesal telah melakukan ini padaku, Claudia!’Demi apapun, Claire merasa dipermalukan! Beberapa penghuni di unit apartemen lain yang sempat berpapasan dengannya di lobby menatap Claire dengan tatapan yang menurutnya tidak mengenakan. Bahkan berbisi
Claudia sengaja menonaktifkan ponselnya sebelum film-nya dimulai. Setidaknya, selama beberapa jam saat di rumah Ryuga, Claudia tidak akan terdistraksi oleh hal lain.Namun, alih-alih dia menemani Ryuga seperti apa tujuannya hari ini, Claudia malah tertidur saat di tengah-tengah menonton film.“Astaga, ini sudah jam berapa?!” pekik Claudia merasa panik. Dia terbangun setelah hampir dua puluh menit ketiduran. Posisi berbaringnya berubah menjadi posisi setengah duduk.Saat membuka mata dan menyadari sekeliling bukan ruangan TV membuat Claudia otomatis jelalatan melihat isi ruangan. Ini juga bukan kamar tamu rumah Ryuga.“J–jangan bilang ini kamar Ryuga?” ucap Claudia sambil menutup kedua mulutnya karena terkejut.Pandangannya mulai mengedar lagi, dia menemukan beberapa kesamaan antara kamar ini dengan ruangan yang ada di apartemen Ryuga.Di tengah kegiatannya itu, Claudia teringat jelas saat Ryuga jujur mengenai perasaannya. Dan hal itu membuat jantung Claudia berdebar.“Gimana aku berte
Tidak ada yang salah dengan membantu Ryuga. Niat Claudia hanya itu. Tidak lebih dan tidak kurang.Maka setelah tiba di hadapan Ryuga, Claudia langsung menyodorkan tangannya. “Berikan bajumu, Ryuga.”Claudia sengaja hanya mau menatap manik hitam Ryuga. Meskipun itu juga tidak baik untuk kesehatan jantungnya.Dan tanpa babibu lagi, Ryuga memindahkan kaos putih di tangannya pada Claudia.“Maaf membuatmu jadi kesulitan seperti ini,” ucap Claudia merasa tidak enak. Entah kenapa hanya kalimat itu yang terucap dari bibir cherry Claudia.Claudia mulai menggulung lengan kaos di bagian kiri agar tangan Ryuga yang memakai gips bisa masuk terlebih dahulu. Syukurlah kaos putih ini berukuran longgar.“Sekali lagi kamu meminta maaf, aku sungguh tidak akan memaafkanmu, Claudia,” tegas Ryuga tidak main-main.“O-oke, aku tidak akan minta maaf lagi,” ringis Claudia. Lalu, wanita itu maju satu langkah agar lebih dekat. Tadinya dia hendak menyuruh Ryuga untuk menggerakkan tangan kirinya.Namun, netra mata
“Kamar mandinya, Ryuga!” seru Claudia sambil menunjuk ke arah pintu kamar Ryuga. Wanita itu menunjukkan cengiran khasnya yang agak canggung. Cepat-cepat Claudia menurunkan tangannya. “A–aku harus segera ke kamar mandi sekarang!”Tanpa harus menunggu jawaban Ryuga, Claudia langsung ngacir dengan langkah yang terseok-seok. Jika pembicaraan ini terus dilanjutkan, jawaban apa yang harus Claudia berikan?Dia … galau.Meskipun tidak berlari, namun bukan Claudia namanya jika tak tersandung kakinya sendiri.“Aish!!” ringis Claudia sambil merutukki kebodohannya yang hampir terjatuh jika tak cepat-cepat menyeimbangkan dirinya. ‘Hampir saja, Clau!’Di belakang sana Ryuga hanya mendengus menyaksikan kecerobohan wanita itu tanpa berniat menahannya untuk tinggal.“Aku penasaran, sampai kapan dia akan terus menghindar,” geleng Ryuga.Sejurus kemudian, ponsel di atas nakas tempat tidurnya berdering. Jadi, Ryuga bergegas mengambilnya untuk mengangkat telepon tersebut.Nama sekretarisnya tertera di lay
Bohong jika wanita bermarga Lee ini tidak ingin mengamuk saat dimasukkan ke dalam tahanan sel bersama Bellanca yang lebih dulu ada di sana.“Jika kalian melakukan keributan, kalian akan disatukan dibalik sel tahanan bersama wanita lainnya.”Itu pesan Pak Deni sebelum pergi meninggalkan keduanya.“Aish, sialan!” Claire merutuk bahkan tak segan menendang jeruji besi dengan sepatu heels miliknya. Hal itu mengundang kekehan dari bibir Bellanca.“Lucu, heh?!” Tubuh Claire berbalik, menatap Bellanca dengan matanya yang sedikit memerah menahan kesal.Baru kali ini Bellanca melihat tampilan Claire sedikit berantakan dan kacau. Itu tampak menjadi hiburan baginya.Bellanca hanya mengangkat bahunya. Dia tak ingin berinteraksi dengan wanita sundal itu. Rasanya memuakkan dan melelahkan.“Ini semua gara-gara lo, Bellanca!”Dia butuh samsak untuk kejadian ini. Dan Claire memilih Bellanca.Melihat Bellanca tak meresponsnya malah semakin membuat Claire meradang. Wanita itu berjalan ke arah Bellanca. C
Kabar mengenai proses persalinan Lilia belum sampai di telinga Claudia. Karena saat ini, wanita yang juga tengah hamil itu masih tampak santai bahkan merasa tidak sabar untuk menghadiri festival di dekat tempat tinggalnya.Dia mengetuk pintu kamar tamu.“Aruna,” panggil Claudia. “Siap-siapnya sudah atau belum?” sambungnya.Claudia sudah siap dengan gaun di bawah lutut berwarna hitam yang dikenakan. Sebelum Ryuga berpamitan pergi karena Aji membutuhkan bantuannya, suaminya itu sudah menyiapkan gaun tersebut dan menaruhnya di tempat yang bisa Claudia jangkau dengan mudah.“Tunggu sebentar, Mom!”Bibir cherry Claudia menyunggingkan senyum ketika pintu kamar di hadapannya terbuka. Namun, dia mengernyit kebingungan mendapati Aruna ke luar dengan menggendong tas ransel pink miliknya.“Na … kita hanya mau ke festival, kenapa kamu membawa ransel segala?” tanya Claudia memperhatikan putrinya lamat-lamat.Ditodong dengan pertanyaan itu, seketika membuat Aruna tidak memiliki pilihan selain menja
“Jangan mengebut, santai saja, Yel.” Mendengar ucapan perintah itu, Riel melirik wanita yang duduk di kursi penumpang dengan tatapan horror. Bisa-bisanya dalam kondisi genting seperti sekarang, dia menyuruh Riel untuk mengemudi dengan santai?! “Kamu akan melahirkan, Lilia.” Dengan suaranya yang dalam, Riel mengingatkan. Keseluruhan tangannya mencengkram setir erat-erat. Di sampingnya, Lilia memasang wajah tenang. Tampak kesakitan, akan tetapi Lilia menunjukkan seolah sakit yang dia rasakan bukan sesuatu yang besar. “Aku tahu dan aku tidak akan melahirkan di sini kok, aku tidak akan mengotori mobil mewahmu,” kata Lilia. Dia sedikit meringis, “Hanya saja, maaf, celanaku sekarang basah.” Ya, cairan yang tampak membasahi kaki Lilia adalah air ketuban yang pecah. “Apa masalah itu penting?” sindir Riel kentara menunjukkan perasaan kesalnya. Sebenarnya, apa yang ada dalam pikiran Lilia? Riel hanya ingin tiba lebih cepat supaya dia bisa segera ditangani. Melihat ketuban Lilia pecah, Ri
“–Akan tetapi, tolong antarkan aku pergi ke tempat lapangan lari. Aku ingin jalan-jalan pagi.” Riel memukul stir yang dikemudikannya lalu memutar mobilnya ke arah tempat lapangan lari. Bisa-bisanya dia menuruti permintaan Lilia, dan parahnya membiarkan wanita yang tengah mengandung anaknya itu keluyuran sendirian. Sesaat, hatinya dilanda perasaan bersalah. Riel menyadari bahwa semakin hari, setiap minggu, dan beberapa bulan ke belakang sikapnya sangat acuh pada istrinya itu. “Ayo, angkatlah,” gumamnya pelan. Dia memutuskan menghubungi Lilia. Teleponnya aktif. Namun, tidak diangkat. Pikiran Riel terpecah. Sebelum Lilia turun dari mobil, dia sempat menatap Riel seolah ingin mengatakan sesuatu. “Katakan saja.” Berulah saat itu, Lilia mengutarakan pikirannya. Wanita itu mencengkram seatbelt yang sudah terlepas. “Aku serius dengan ucapanku tadi. Ayo berpisah setelah anak ini lahir.” Riel tidak memberikan respons. Manik hitamnya menyorot tajam, mencari kebenaran dibalik pernyataan Li
Ketegangan pagi itu tidak hanya terjadi pada sepasang ayah dan anak, melainkan juga terjadi pada sepasang suami istri di kediaman keluarga Waluyo.“Tidak bisakah kamu membatalkan agar tidak jadi pergi, Yel?”Istri mana yang tidak marah apabila suaminya baru saja pulang beberapa jam, harus kembali pergi meninggalkannya seorang diri … ditambah dengan keadaan hamil besar.Lilia memperhatikan baik-baik Riel yang sudah siap dengan pakaian berkudanya. Ya, Riel akan pergi berkuda bersama rekan-rekan bisnisnya.“Membatalkannya?” ulang Riel lantas menggelengkan kepala. “Itu tidak mungkin. Aku sudah merencanakannya lama dengan teman-temanku.”Setelah Riel kembali untuk menggantikan sang ayah memimpin perusahaan, dia mulai memiliki kesibukan-kesibukan di luar pekerjaan utama sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk menemani Lilia sehingga berujung … mengabaikannya tanpa sadar.“Bagaimana dengan aku, Yel?” tanya Lilia dengan pandangan yang meredup. Perlahan, dia menundukkan pandangan dan mengus
“Daddy!” Sebuah protesan dilayangkan Aruna tepat saat dia diinterograsi Ryuga di ruang tamu bersama Pras. Ya, suara lain itu milik Ryuga. Bukan milik hantu penunggu rumah ataupun kucing jadi-jadian. “Semua yang Daddy tuduhkan pada Kak Pras salah besar,” ucapnya dengan tegas. Aruna sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Namun, ekspresi Ryuga menunjukkan jika dirinya tidak percaya. Kedua alis Ryuga berkedut samar. “Oh, kamu membelanya, Aruna?” Mata besar Aruna memicing menatap ke arah Daddy-nya. Besok-besok, Aruna harus memberikan saran pada Aji untuk memasang CCTV di dalam rumah agar kejadian seperti ini bisa terekam oleh bukti. “Bukan begitu, Daddy …,” geleng Aruna dengan suara yang putus asa. Aruna frustasi. Mencoba menghilangkan ketakutannya, dia berucap, “Mommy mana? Cuma Mommy yang bisa bersikap netral dan tidak kekanakan seperti Daddy.” Aruna tidak peduli lagi jika kemarahan Ryuga bertambah dua kali lipat. Saat Ryuga mengeluarkan tanduk tak kasat mata di kepalanya, Arun
Selang beberapa menit di kamar mandi, Aruna baru ke luar dengan wajah yang sudah tampak lebih segar. ‘Nggak perlu panik, Na. Itu cuma Kak Pras ‘kan? Bukan Kak Sam aktor terkenal?’ batinnya mencoba menenangkan diri. Tidak dipungkiri jika debar itu hadir dalam dadanya saat melihat Pras bersama Aland tadi. Wajahnya dibiarkan setengah basah. Tidak ada poni yang menghiasi dahi Aruna. Rambutnya terurai, sedikit berantakan. Namun, justru itu daya pikat alaminya. Mata besar Aruna celingukan melihat ke arah ruang tamu yang sudah tidak ada siapa-siapa. “Ke mana perginya beruang kembar itu?” Satu alis Aruna naik, keheranan. Yang Aruna maksud dengan beruang kembar itu Pras dan Aland. Rasa-rasanya julukan beruang kembar sudah cocok untuk keduanya. Detik setelah gumaman itu mengudara, knop pintu dibuka dari luar. Satu sosok beruang yang Aruna cari muncul. Dia melangkah masuk dan mengambil asbak kecil yang ada di atas meja. Belum sempat Aruna bertanya, suara berat pemuda di hadapannya lebih du
Ternyata Ryuga benar. Dia sama sekali tidak salah mendengar. “Mas Ryuga?” ulang Ryuga lalu menusukkan ujung lidahnya di salah satu pipi. Dia mengurungkan niat–sebenarnya Ryuga hanya sekadar menggoda Claudia. Mendapati Ryuga yang merangkak mendekatinya, Claudia buru-buru meraih selimut dengan susah payah untuk menutupi tubuhnya yang polos. Setengah dari wajahnya sudah hampir tertutupi selimut, hanya saja Ryuga berhasil menariknya turun sebatas leher. “Ulangi, Claudia,” pintanya dengan suara yang rendah. Claudia menaikkan pandangan, menatap Ryuga, sebab tangan suaminya itu mengangkat dagunya. Seluruh wajah Claudia memanas. Bibir cherry-nya perlahan disentuh Ryuga dengan cara yang sensual. “Baiklah, jika memang Nyonya Daksa ini tidak mau bicara, aku menganggapmu tidak ingin melanjutkan– “Ja-hat!” Mendengar Claudia merutuk, sudut bibir Ryuga tertarik ke atas. Demi apapun, Claudia tampak menggemaskan. Apalagi Claudia yang menghindari kontak mata dengan manik hitamnya. “A–aku masih b
Warning: Mature content! Bagi yg kurang nyaman untuk baca, bisa skip bab ini okayyyy. Thank u … di atas ranjang.Namun, bukan berarti kehadiran calon anaknya yang sebentar lagi akan lahir tidak diinginkan oleh Ryuga. Dia sudah sangat menantikannya.“Lebih turun sedikit lagi, Claudia,” pinta Ryuga berbisik pelan di telinga istrinya itu dengan suaranya yang dalam. Tangannya membelai sisi pinggang atas Claudia yang terasa lembut.Pada kehamilan Claudia yang sudah menginjak tujuh bulan, Claudia tampak lebih berisi di beberapa bagian tubuh, salah satunya di bagian dada. Tangan Ryuga sudah bergeser pada bagian itu. Menekan lalu menggoda cherry di dada Claudia menggunakan dua jarinya.Satu lenguhan pelan mengudara. “Engh~”Dia
Mas RyugaMungkin sudah ratusan kali–oke, bagi Claudia itu berlebihan, rasanya sudah puluhan kali dia merapalkannya baik dalam hati maupun isi pikirannya. Bibirnya terlalu kelu untuk memanggil Ryuga demikian.Lidahnya terlalu kaku. Sisi dalam diri Claudia berbisik, ‘Semua akan terbiasa. Jadi, dicoba dulu, Clauuuu!’“Ryuga dan Aland belum pulang, Clau?”Celetukkan itu membuat Claudia mengerjapkan mata lantas menatap Sang Ayah yang sudah tampil rapi di hadapannya. “Ha? O–oh, belum, Yah. Sepertinya sebentar lagi,” jawab Claudia menduga-duga.Dia mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding yang kini menunjukkan baru pukul tujuh pagi. Sekitar satu setengah jam lalu, Aji mengatakan jika Ryuga dan Aland ke luar untuk lari pagi.Baru Claudia ketahui setelah menikah jika Ryuga akan pergi berolahraga minimal satu kali dalam seminggu. Claudia menolehkan wajahnya lagi ke arah Aji. “Ayah sudah harus pergi sekarang?”Aji menganggukkan kepalanya. “Rasanya ada yang kurang kalau belum Ayah pastikan s