Maaf telat update yaa^^
“Claudia … Claire,” panggil sosok itu mendekat.Sontak Claudia menolehkan wajahnya dan mendapati Sambara serta ada Dirga yang tampak enggan mendekatinya.“Kak Sam,” lirih Claudia yang detik berikutnya dia menundukkan pandangan untuk melihat ke arah Claire.Wanita itu sempat menyeringai sebelum kembali memasang wajah sedihnya. Claudia paham sekarang, Claire sedang berakting di depan Sam.“Claudia please, gue juga ‘kan udah rela mundur dari proyek itu demi lo … demi persahabatan kita. Tapi, kenapa lo bersikeras mau menjauh dari gue?”Ucapan Claire jelas-jelas akan terdengar memojokkan Claudia.“Omong kosong apa yang kamu bicarakan, Claire?” balas Claudia memicingkan mata.“Claire, bangun,” titah Sam berusaha membuat Claire berdiri.Sementara Claire tampak menolak dan makin kuat memeluk sebelah kaki Claudia. Itu sangat tidak nyaman untuk Claudia.“Nggak, Kak Sam! Aku nggak akan bangun sebelum Claudia bilang kalau kita tetap berteman,” pekik Claire yang sudah mengeluarkan air mata.Lalu S
Kabar mengenai Ryuga yang membawa Claudia ke Daksa Company sudah didengar oleh keluarganya. Selain Rudi yang memberitahu, kabar itu juga diberitahukan oleh beberapa bawahan karyawan yang berhasil melapor. Alhasil, Ryuga digoda habis-habisan oleh Emma dan Aruna di meja makan. “Cie udah berani pamer nih ceritanya bawa-bawa Claudia ke kantor segala,” ledek Emma, ibu Ryuga, dengan senyum yang tampak bahagia. Gerakan Ryuga yang sedang mengoles selai pada roti berhenti. Kepalanya hanya menggeleng kecil sebagai responsnya. “Sekarang kalau ada pertemuan atau pesta, ada yang bisa digandeng pergi nih buat nemenin Daddy.” Aruna jelas tak mau kalah. Senyum gadis itu juga tak kalah bahagia dari milik Emma. Mendengar cerita dari Sang Kakek mengenai kehadiran Claudia di kantor Ryuga menjadikan Aruna banyak membayangkan bahkan mengharapkan mengenai keluarga kecil yang bahagia. “Emang kamu udah nggak mau temenin Daddy pergi-pergi lagi kalau ada pesta, Aruna?” Ryuga melirik putrinya itu dengan waj
“Kamu mau ke mana sepagi ini, Bellanca?”Ditodong pertanyaan seperti itu oleh Ratih, Bellanca refleks menyunggingkan senyumnya yang indah.Dia membenarkan posisi dudknya di sofa. Bellanca dengan santai menyahut, “Bertemu Ryuga Daksa.”“Di kantornya?” Ratih menghela napas. Kepalanya menggeleng samar. “Sebaiknya jangan jika kamu tidak ingin diusir keponakanku,” sarannya.Mila Adinda bukan wanita pertama yang diusir Ryuga. Hampir kebanyakan wanita-wanita yang menemui Ryuga di kantornya selalu berakhir dengan pengusiran. Pun, Ratih yakin Bellanca akan mengalami nasib yang serupa.“Kenapa, Tante? Hubunganku dan Ryuga terakhir kali baik-baik saja.”Meskipun itu sudah beberapa tahun lalu, tapi hubungan mereka baik. Apalagi Ryuga selalu melibatkan Bellanca dengan memberinya sponsor secara … cuma-cuma.“Tetap jangan, Bellanca. Ryuga baru saja membawa calon tunangannya kemarin ke kantor,” tegas Ratih. Mengingat itu membuat perasaannya cukup kesal. “Bukan langkah yang tepat tiba-tiba mantan kekasi
‘Bella?’Jangan lupakan jika Ryuga sudah memiliki buntut. Maksudnya, Aruna Lusa Daksa, putrinya.Sudah menjadi rutinitas Ryuga mengantarkan Aruna ke kampus sebelum akhirnya Ryuga pergi ke kantor. Gadis itu dengan gerakan halus menggeser duduknya agar merapat pada Ryuga.Dia penasaran, siapa Bella yang disebutkan Ryuga?“Mmm, aku sudah dengar beritanya dari Riel.”Aruna tak tahu Ryuga sedang membicarakan apa. Namun, yang jelas dia mendengar nama Tante Ratih disebut.‘Wanita mana lagi yang ingin dijodohkan dengan Daddy-ku!?’ Gadis itu membatin sembari melipat tangan di dada.Sejauh ini Aruna sama sekali tidak keberatan Ratih menjodohkan Ryuga dengan berbagai macam wanita. Tapi, masalahnya tak ada satu pun yang berhasil membuat Ryuga tertarik.Beberapa ada, namun tak ada yang sampai ke tahap wanita itu dikenalkan pada keluarga, kecuali Claudia Mada.“Baiklah, aku usahakan bisa datang, Bella,” angguk Ryuga. Ekor matanya baru melirik Aruna sebab gadis itu mendusel ke lengan Ryuga.Pria itu
Sejujurnya, Claudia menyesali perbuatan dirinya yang memutus sambungan telepon begitu saja pada Ryuga saat kewarasan Claudia pulih. Lebih tepatnya, saat pikiran Claudia tengah kosong.Kini Claudia melangkah gontai ke luar dari ruangan dekan. Ya, Claudia sudah di kampus. Dia baru saja menyerahkan proposal mengenai program pameran seni yang sudah dirampungkannya semalam. Bu Yuli sudah membaca keseluruhan dan proposal sudah disetujui.‘Tolong happy sedikit, Clau,’ pintanya membatin.“Sstt, Bu Claudia!” Panggilan itu berhasil membuat Claudia menolehkan kepala ke arah samping kiri.Salah satu mahasiswi yang Claudia secara pribadi itu mendekat ke arahnya.“Bu Claudia lagi sibuk, ya?” tanya gadis itu lagi.“Uhm … udah nggak sibuk,” jawab Claudia ragu-ragu. “Kenapa, Aruna?”Aruna mengangkat ponselnya sebatas bahu. Dia menyalakan layar dan memperlihatkan isinya pada Claudia.“Daddy titip pesan, katanya tolong Bu Claudia nyalakan ponsel,” ucap Aruna dengan polos.Ah, benar juga. Claudia langsun
Semua tampak berjalan normal sampai Claudia kembali ke ruang dosen, dia akhirnya baru melihat Claire lagi setelah kemarin.Padahal setelah bertemu Aruna, Claudia merasa semangat lagi. Namun, begitu netra matanya beradu dengan Claire, Claudia segera membuang muka. Dia tak ingin berinteraksi dengan wanita yang pernah dia anggap sahabat bahkan seperti saudara perempuannya sendiri.‘Abaikan saja, Clau,’ bisiknya dalam hati. Claudia mulai duduk di bangkunya dan mengecek perlengkapan apa saja yang akan dibawa ke kelas hari ini.Namun, ternyata aktivitasnya itu diinterupsi.“Clau, menurut lo cincin gue bagus nggak?”Pertanyaan itu sukses membuat pandangan Claudia naik. Sosok Claire mengangkat tangan kirinya, memperlihatkan cincin familier yang bertengger di jari manisnya. Dan itu mencuri perhatian Claudia.“Peony?” gumam Claudia menyipitkan matanya. Persis seperti cincin berlian Peony-nya yang hilang.“Iya. Mirip punya lo ‘kan? Gue lihat bagus juga, jadi gue tertarik buat beli,” beritahu Cla
Rasa penasaran bisa membunuh Claudia di dalam mobil hanya dengan memikirkan tentang bagaimana mantan kekasih Ryuga. Kira-kira seperti apa wanita yang pernah menjalin kasih dengan Ryuga?“Pak Riel,” ucap Claudia memutus keheningan diantara mereka.Sejujurnya, Claudia sedikit merasa aneh dengan dia duduk di belakang dan Riel sendirian di depan, seolah pria itu sopir yang bekerja padanya.“Ya, Bu Claudia?” Riel menyahut tanpa menoleh.“Saya boleh bertanya soal mantan kekasihnya Ryuga?” Ragu-ragu Claudia mengutarakannya. Dia lalu menambahkan, “T-tapi, kalau kamu nggak mau kasih tahu, nggak apa-apa,” kekehnya canggung.Mendengarnya, Riel menarik salah satu sudut bibirnya. “Apa Anda menonton berita, Bu Claudia?”Samar, Claudia mengerutkan dahi. ‘Kenapa jadi berita? Apa korelasinya?’“Hmm,” piikir Claudia. Kepalanya menggeleng, “Kemarin saya sibuk, jadi nggak sempat menonton TV.” Claudia biasanya menyempatkan waktu menonton TV bersama Larissa, hanya saja dia kemarin sibuk pada proposal.Tubu
“Dan kamu tidak keberatan dengan tingkah wanita macam itu?” Dari nada bicaranya, Bellanca bertanya dengan santai. Dia memangku dagunya dengan satu tangan di atas meja. “Sewaktu kita masih menjadi sepasang kekasih, bukankah kamu benci jika aku bersiap demikian, Ryuga?”Kali ini Bellanca menatap ke arah Claudia, jelas itu tatapan tidak senang.Ditatap seperti itu, Claudia merasa tidak terima. Ingin menjawab, tapi rasanya tidak sopan saja jika menyahut secara langsung.‘Katakan kamu tidak keberatan, Ryuga.” Batin Claudia gemas sendiri melihat Ryuga cukup lama merespons Bellanca.Ryuga menggelengkan kepala, “Selama wanita itu Claudia, aku tidak keberatan.”BLUSHEkor mata Claudia melirik Ryuga. Pipinya memanas. Padahal apa yang diucapkan Ryuga tak lebih dari kebohongan.Lagi-lagi Claudia membatin, ‘Sepertinya ini efek sudah lama menyendiri, mangkanya aku mudah salah tingkah.’Ya, pasti karena itu. Claudia yakin sekali!“Jadi, dia beneran tunanganmu?” Bellanca tampak bersikap menyebalkan.
Kabar mengenai proses persalinan Lilia belum sampai di telinga Claudia. Karena saat ini, wanita yang juga tengah hamil itu masih tampak santai bahkan merasa tidak sabar untuk menghadiri festival di dekat tempat tinggalnya. Dia mengetuk pintu kamar tamu. “Aruna,” panggil Claudia. “Siap-siapnya sudah atau belum?” sambungnya. Claudia sudah siap dengan gaun di bawah lutut berwarna hitam yang dikenakan. Sebelum Ryuga berpamitan pergi karena Aji membutuhkan bantuannya, suaminya itu sudah menyiapkan gaun tersebut dan menaruhnya di tempat yang bisa Claudia jangkau dengan mudah. “Tunggu sebentar, Mom!” Bibir cherry Claudia menyunggingkan senyum ketika pintu kamar di hadapannya terbuka. Namun, dia mengernyit kebingungan mendapati Aruna ke luar dengan menggendong tas ransel pink miliknya. “Na … kita hanya mau ke festival, kenapa kamu membawa ransel segala?” tanya Claudia memperhatikan putrinya lamat-lamat. Ditodong dengan pertanyaan itu, seketika membuat Aruna tidak memiliki pilihan selain
“Jangan mengebut, santai saja, Yel.” Mendengar ucapan perintah itu, Riel melirik wanita yang duduk di kursi penumpang dengan tatapan horror. Bisa-bisanya dalam kondisi genting seperti sekarang, dia menyuruh Riel untuk mengemudi dengan santai?! “Kamu akan melahirkan, Lilia.” Dengan suaranya yang dalam, Riel mengingatkan. Keseluruhan tangannya mencengkram setir erat-erat. Di sampingnya, Lilia memasang wajah tenang. Tampak kesakitan, akan tetapi Lilia menunjukkan seolah sakit yang dia rasakan bukan sesuatu yang besar. “Aku tahu dan aku tidak akan melahirkan di sini kok, aku tidak akan mengotori mobil mewahmu,” kata Lilia. Dia sedikit meringis, “Hanya saja, maaf, celanaku sekarang basah.” Ya, cairan yang tampak membasahi kaki Lilia adalah air ketuban yang pecah. “Apa masalah itu penting?” sindir Riel kentara menunjukkan perasaan kesalnya. Sebenarnya, apa yang ada dalam pikiran Lilia? Riel hanya ingin tiba lebih cepat supaya dia bisa segera ditangani. Melihat ketuban Lilia pecah, Ri
“–Akan tetapi, tolong antarkan aku pergi ke tempat lapangan lari. Aku ingin jalan-jalan pagi.” Riel memukul stir yang dikemudikannya lalu memutar mobilnya ke arah tempat lapangan lari. Bisa-bisanya dia menuruti permintaan Lilia, dan parahnya membiarkan wanita yang tengah mengandung anaknya itu keluyuran sendirian. Sesaat, hatinya dilanda perasaan bersalah. Riel menyadari bahwa semakin hari, setiap minggu, dan beberapa bulan ke belakang sikapnya sangat acuh pada istrinya itu. “Ayo, angkatlah,” gumamnya pelan. Dia memutuskan menghubungi Lilia. Teleponnya aktif. Namun, tidak diangkat. Pikiran Riel terpecah. Sebelum Lilia turun dari mobil, dia sempat menatap Riel seolah ingin mengatakan sesuatu. “Katakan saja.” Berulah saat itu, Lilia mengutarakan pikirannya. Wanita itu mencengkram seatbelt yang sudah terlepas. “Aku serius dengan ucapanku tadi. Ayo berpisah setelah anak ini lahir.” Riel tidak memberikan respons. Manik hitamnya menyorot tajam, mencari kebenaran dibalik pernyataan Li
Ketegangan pagi itu tidak hanya terjadi pada sepasang ayah dan anak, melainkan juga terjadi pada sepasang suami istri di kediaman keluarga Waluyo.“Tidak bisakah kamu membatalkan agar tidak jadi pergi, Yel?”Istri mana yang tidak marah apabila suaminya baru saja pulang beberapa jam, harus kembali pergi meninggalkannya seorang diri … ditambah dengan keadaan hamil besar.Lilia memperhatikan baik-baik Riel yang sudah siap dengan pakaian berkudanya. Ya, Riel akan pergi berkuda bersama rekan-rekan bisnisnya.“Membatalkannya?” ulang Riel lantas menggelengkan kepala. “Itu tidak mungkin. Aku sudah merencanakannya lama dengan teman-temanku.”Setelah Riel kembali untuk menggantikan sang ayah memimpin perusahaan, dia mulai memiliki kesibukan-kesibukan di luar pekerjaan utama sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk menemani Lilia sehingga berujung … mengabaikannya tanpa sadar.“Bagaimana dengan aku, Yel?” tanya Lilia dengan pandangan yang meredup. Perlahan, dia menundukkan pandangan dan mengus
“Daddy!” Sebuah protesan dilayangkan Aruna tepat saat dia diinterograsi Ryuga di ruang tamu bersama Pras. Ya, suara lain itu milik Ryuga. Bukan milik hantu penunggu rumah ataupun kucing jadi-jadian. “Semua yang Daddy tuduhkan pada Kak Pras salah besar,” ucapnya dengan tegas. Aruna sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Namun, ekspresi Ryuga menunjukkan jika dirinya tidak percaya. Kedua alis Ryuga berkedut samar. “Oh, kamu membelanya, Aruna?” Mata besar Aruna memicing menatap ke arah Daddy-nya. Besok-besok, Aruna harus memberikan saran pada Aji untuk memasang CCTV di dalam rumah agar kejadian seperti ini bisa terekam oleh bukti. “Bukan begitu, Daddy …,” geleng Aruna dengan suara yang putus asa. Aruna frustasi. Mencoba menghilangkan ketakutannya, dia berucap, “Mommy mana? Cuma Mommy yang bisa bersikap netral dan tidak kekanakan seperti Daddy.” Aruna tidak peduli lagi jika kemarahan Ryuga bertambah dua kali lipat. Saat Ryuga mengeluarkan tanduk tak kasat mata di kepalanya, Arun
Selang beberapa menit di kamar mandi, Aruna baru ke luar dengan wajah yang sudah tampak lebih segar. ‘Nggak perlu panik, Na. Itu cuma Kak Pras ‘kan? Bukan Kak Sam aktor terkenal?’ batinnya mencoba menenangkan diri. Tidak dipungkiri jika debar itu hadir dalam dadanya saat melihat Pras bersama Aland tadi. Wajahnya dibiarkan setengah basah. Tidak ada poni yang menghiasi dahi Aruna. Rambutnya terurai, sedikit berantakan. Namun, justru itu daya pikat alaminya. Mata besar Aruna celingukan melihat ke arah ruang tamu yang sudah tidak ada siapa-siapa. “Ke mana perginya beruang kembar itu?” Satu alis Aruna naik, keheranan. Yang Aruna maksud dengan beruang kembar itu Pras dan Aland. Rasa-rasanya julukan beruang kembar sudah cocok untuk keduanya. Detik setelah gumaman itu mengudara, knop pintu dibuka dari luar. Satu sosok beruang yang Aruna cari muncul. Dia melangkah masuk dan mengambil asbak kecil yang ada di atas meja. Belum sempat Aruna bertanya, suara berat pemuda di hadapannya lebih du
Ternyata Ryuga benar. Dia sama sekali tidak salah mendengar. “Mas Ryuga?” ulang Ryuga lalu menusukkan ujung lidahnya di salah satu pipi. Dia mengurungkan niat–sebenarnya Ryuga hanya sekadar menggoda Claudia. Mendapati Ryuga yang merangkak mendekatinya, Claudia buru-buru meraih selimut dengan susah payah untuk menutupi tubuhnya yang polos. Setengah dari wajahnya sudah hampir tertutupi selimut, hanya saja Ryuga berhasil menariknya turun sebatas leher. “Ulangi, Claudia,” pintanya dengan suara yang rendah. Claudia menaikkan pandangan, menatap Ryuga, sebab tangan suaminya itu mengangkat dagunya. Seluruh wajah Claudia memanas. Bibir cherry-nya perlahan disentuh Ryuga dengan cara yang sensual. “Baiklah, jika memang Nyonya Daksa ini tidak mau bicara, aku menganggapmu tidak ingin melanjutkan– “Ja-hat!” Mendengar Claudia merutuk, sudut bibir Ryuga tertarik ke atas. Demi apapun, Claudia tampak menggemaskan. Apalagi Claudia yang menghindari kontak mata dengan manik hitamnya. “A–aku masih b
Warning: Mature content! Bagi yg kurang nyaman untuk baca, bisa skip bab ini okayyyy. Thank u … di atas ranjang.Namun, bukan berarti kehadiran calon anaknya yang sebentar lagi akan lahir tidak diinginkan oleh Ryuga. Dia sudah sangat menantikannya.“Lebih turun sedikit lagi, Claudia,” pinta Ryuga berbisik pelan di telinga istrinya itu dengan suaranya yang dalam. Tangannya membelai sisi pinggang atas Claudia yang terasa lembut.Pada kehamilan Claudia yang sudah menginjak tujuh bulan, Claudia tampak lebih berisi di beberapa bagian tubuh, salah satunya di bagian dada. Tangan Ryuga sudah bergeser pada bagian itu. Menekan lalu menggoda cherry di dada Claudia menggunakan dua jarinya.Satu lenguhan pelan mengudara. “Engh~”Dia
Mas RyugaMungkin sudah ratusan kali–oke, bagi Claudia itu berlebihan, rasanya sudah puluhan kali dia merapalkannya baik dalam hati maupun isi pikirannya. Bibirnya terlalu kelu untuk memanggil Ryuga demikian.Lidahnya terlalu kaku. Sisi dalam diri Claudia berbisik, ‘Semua akan terbiasa. Jadi, dicoba dulu, Clauuuu!’“Ryuga dan Aland belum pulang, Clau?”Celetukkan itu membuat Claudia mengerjapkan mata lantas menatap Sang Ayah yang sudah tampil rapi di hadapannya. “Ha? O–oh, belum, Yah. Sepertinya sebentar lagi,” jawab Claudia menduga-duga.Dia mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding yang kini menunjukkan baru pukul tujuh pagi. Sekitar satu setengah jam lalu, Aji mengatakan jika Ryuga dan Aland ke luar untuk lari pagi.Baru Claudia ketahui setelah menikah jika Ryuga akan pergi berolahraga minimal satu kali dalam seminggu. Claudia menolehkan wajahnya lagi ke arah Aji. “Ayah sudah harus pergi sekarang?”Aji menganggukkan kepalanya. “Rasanya ada yang kurang kalau belum Ayah pastikan s