Share

Roti Sobek Ryuga

last update Last Updated: 2024-05-23 23:16:32

Esok harinya, Claudia sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia memberanikan diri ke luar dari kamar tamu dan menuju ke satu tempat: kamar Ryuga.

Pria itu sempat menunjukkan kamar yang ditempatinya semalam, “Kalau butuh apa-apa, kamu bisa datang ke kamarku, Claudia.” Kedengarannya tampak wajar, bukan? Tapi Ryuga menambahkan ucapannya, “Tenang saja, Aruna ada di kamar lain.”

Memang bukan salah Ryuga jika Claudia salah menafsirkan ucapan pria itu. Hanya saja ucapan Ryuga terdengar ambigu bagi Claudia.

Jarak antara kamar Ryuga dan kamarnya lumayan cukup jauh. Kamar Ryuga ada di sayap kanan sedangkan kamar Claudia di sayap kiri. Sepanjang jalan ke sana, Claudia mengedarkan pandangannya untuk melihat arsitektur bangunannya yang elegan.

Sesampainya di depan kamar Ryuga, Claudia tidak langsung masuk. Dia menaikkan ponsel, mencari nomor Ryuga lalu meneleponnya. Claudia menunggu, tapi tidak ada jawaban.

“Apa Ryuga masih tidur?” tebak Claudia. Semalam Claudia juga kesulitan tidur karena mengingat pelu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Attar Muntaz
aruna nih yang masuk pasti....
goodnovel comment avatar
Muhammad Fahri
eeheeemm..
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
wahhh Mlah ad Aruna
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pesona Presdir Posesif   Yang Terjadi Malam Itu

    “Aku sedang serius, Mas Ryuga.”Menurut Claudia, perasaannya lebih dari sekadar ‘cemburu’. Atau bisa jadi … bukan, karena sangat tidak bisa dideskripsikan.“Dan tolong jangan libatkan Mas!” Pandangannya lalu turun ke arah perutnya. Sebagai seorang ibu yang baik, dia tidak ingin melibatkan anaknya pada pertengkaran orang tua.Baik pada calon anaknya yang belum lahir maupun Aruna yang saat ini tidak ada di apartemen.Dengan wajah Claudia yang serius, seketika menyadarkan Ryuga bahwa istrinya itu benar-benar sedang tidak bisa digoda seperti biasanya. Ryuga menghela napas lalu menganggukkan kepala. “Oke, baik, Claudia. Kemarin aku bertemu Natasha di rumah sakit,” akuinya.“Kamu boleh marah, tapi tolong dengarkan aku sampai selesai.” Manik hitam Ryuga menatap dalam-dalam Sang istri.Ada sedikit penyesalan dalam benak Ryuga karena tidak langsung memberitahu Claudia.*Yang Terjadi Malam Itu[Tirta: Temui aku di rumah sakit, Ryu.]Sesaat sebelum Ryuga menjalankan mobilnya, dia sempat menerim

  • Pesona Presdir Posesif   Perubahan Emosi

    Claudia tidak menghitung pasti berapa lama dirinya menghabiskan waktu di kamar mandi. Namun, saat dia ke luar dari sana, sosok suaminya itu tidak ada di kamar.Namun, sebagai gantinya pandangan Claudia menangkap sesuatu yang lain.“Bunga Peony?”Persis di atas ranjang tidur, buket bunga Peony tergeletak di sana bersama sepotong catatan yang ditinggalkan.[Aku minta maaf untuk apa yang aku lakukan hari ini di rumah sakit. Maaf, membuatmu takut, Claudia. Rawr.]Demi membaca baris terakhir yang dituliskan Ryuga, sudut bibir cherry Claudia menyunggingkan senyum.Kalau begini, bisa-bisa Claudia cepat luluh. Bibir cherry-nya mengerucut lucu. “Kenapa aku tidak bisa marah pada Mas Ryuga lama-lama?”Usai memeluk buket bunga itu sebentar, Claudia memilih untuk berpakaian terlebih dahulu. Pakaiannya jatuh pada sebuah terusan ibu hamil berwarna biru muda. Selagi menata rambut, dia bertanya-tanya, “Wangi apa ini?”Pasalnya tercium aroma masakan dari luar kamar yang membuat perut Claudia terasa lap

  • Pesona Presdir Posesif   Abaikan Saja

    Sadar jika dirinya butuh ruang untuk menenangkan diri, Claudia tidak memilih pulang ke rumah atau ke mansion keluarga Daksa. Satu-satunya yang bisa dijadikan tempat pelarian adalah … apartemen Ryuga.“Aku pikir di sini akan jauh lebih baik,” pikir Claudia setelah merebahkan kepalanya di atas bantal sofa. “Ternyata tetap mengingat Mas Ryuga.”Terlalu banyak kenangan yang hilir mudik dalam kepalanya. Hampir semuanya kenangan manis. Makan malam pertama keduanya, makan malam romantis, dilamar, Claudia melukis Ryuga, merayakan ulang tahun Ryuga, semua dilakukan di apartemen ini.Claudia mengembuskan napas berat. “Aku menjadikanmu pusat duniaku, Ryu.”Sudut bibir cherry-nya tersenyum. Dia jadi bertanya-tanya, “Apa karena saling mencintai, tanpa sadar kita sudah menyakiti satu sama lain, ya?”Jelas tak ada jawaban. Claudia menundukkan pandangan untuk bisa melihat tonjolan di perutnya. Lalu dia mengusapnya penuh kasih sayang.“Mommy tidak biasanya sekesal ini pada Daddy-mu kok, Mas.” Claudia

  • Pesona Presdir Posesif   Pernikahan Tanpa Cinta

    Claudia menyadari penuh atas apa yang dia katakan barusan. Kedengarannya agak sedikit berlebihan, tapi itulah yang dirasakannya saat ini. ‘Daripada aku semakin kesal, lebih baik aku tidak melihat wajah Ryuga untuk sementara waktu,’ pikirnya. Susah payah Claudia mencoba bangkit dari duduknya dengan menggeser ke samping. Pasalnya Ryuga sama sekali tidak mau menarik diri agar memberikan Claudia ruang untuk ke luar. Tirta dan Valky masih ada di sana, ikut mendengarkan celetukkan Claudia. Pun, Riel dari jaraknya yang tidak begitu jauh, masih ikut memantau. Sadar jika keributan kecilnya dengan Ryuga menjadi tontonan oleh orang terdekat membuat Claudia malu sendiri. “M-maaf atas yang terjadi barusan,” ucap Claudia penuh sesal. Dia meneguk ludahnya. Tidak seharusnya percikan api kecil dalam hubungannya tampak seperti api besar di mata orang lain. “Mas Valky …,” jeda Claudia sambil kembali menatapnya. “Claudia pulang dulu, ya.” Satu alis Ryuga naik dengan sudut bibirnya terangkat, terse

  • Pesona Presdir Posesif   Kehilangan Kendali

    “Pak Ryuga.”Damn.Langkah Ryuga terpaksa terhenti karena seseorang tiba-tiba saja muncul di hadapannya. Kentara jelas ingin menghalangi niatnya untuk menemui Claudia.Ryuga mendengus. Kenapa bisa sosok ini ada di hadapannya sekarang?!“Enyahlah, aku tidak memiliki kepentingan denganmu.” Ryuga berucap ketus dengan kedua alis yang menukik kesal.“Bagus. Tahan Ryuga, Riel!”Tirta menyusul langkah Ryuga bahkan melengos melewatinya untuk segera membawa Valky pergi dari sana.Gigi Ryuga bergemeletuk kesal. Manik hitamnya melihat apa yang tengah Tirta lakukan, dia menghampiri Claudia dan Valky, dan tidak tahu persis apa yang Tirta katakan pada keduanya. Namun, yang jelas Claudia menolehkan wajah ke belakang, istrinya itu terkejut saat bertukar pandangan dengannya.Ryuga mendengus kala Tirta berhasil menarik Valky untuk menjauh. Kemudian Ryuga menatap Riel.“Ini rumah sakit, Pak Ryuga. Sebaiknya–“Sebaiknya kamu tidak ikut campur, Riel.”Sejujurnya, Riel memang tidak seharusnya menghalangi R

  • Pesona Presdir Posesif   Bertemu Mas Valky Asli

    Aish. Menyadari jika apa yang tengah dilakukannya sekarang tampak konyol, Claudia terdiam menatap lobby rumah sakit yang siang itu lumayan lengang. Dia tak menyangka akan datang ke sini tanpa berpikir panjang. ‘Kenapa harus tanya Dokter Tirta segala? Kamu bisa tanya dan konfrontasi Ryuga!’ batinnya merutuki kebodohan. Jika Ryuga memilih menutupi fakta semalam, baru Claudia akan menghadirkan orang lain, dalam hal ini Dokter Tirta. Rasanya kalau seperti ini benar-benar membuktikan jika Ryuga tengah bermain di belakangnya. ‘Kenapa bisa aku berpikir sejauh itu?!’ Puber kedua?! Hanya karena satu malam kemarin, Claudia mengasumsikan jika Ryuga mengalami puber kedua? Ponselnya yang berada di tangan bergetar, menandakan adanya pesan masuk. Sontak Claudia membuka layarnya. [Ryuga: Sudah selesai membeli kadonya, Claudia?] Perasaan Claudia seketika dihantam rasa bersalah. Satu getaran lagi, satu pesan masuk lagi. [Ryuga: Kabari aku secepatnya, Claudia.] Membaca pesan terakhir, Claud

  • Pesona Presdir Posesif   Puber Kedua?!

    Akan tetapi, sekeras apapun Claudia berpikir untuk tidak bersikap berlebihan, dia malah semakin menjadi-jadi. Apalagi setelah mendengar teman-temannya bergosip mengenai sesuatu yang Claudia sangkutkan dengan sikap Ryuga.“Eh eh, tahu nggak Bu Vika katanya lagi dalam proses perceraian dengan suaminya?”Selagi menunggu makanan mereka tiba, Idellia yang baru datang bergabung membuka topik obrolan.Ya, Claudia tengah berada di sebuah pusat perbelanjaan bersama teman-temannya usai mencari kado.“Mulai deh, gosip dari mana?” Setengah penasaran, Zoya menyahut.“Kabarnya ramai tadi di ruang dosen.” Kebetulan Idellia ada kelas pagi sehingga dia tidak bisa ikut bersama teman-temannya yang lain mencari kado untuk hadiah Lilia. Dia baru bisa menyusul setelah jam-nya selesai.“Heh, kenapa malah ditanggapi, sih?” Praya memelototkan matanya.Memang, tak jarang di ruangan dosen banyak memiliki bahan gosip untuk dibicarakan. Akan tetapi, pertemanan mereka sangat menghindari untuk membicarakan orang la

  • Pesona Presdir Posesif   Penolakan Ryuga

    Natasha Blair. Wanita yang berstatus sebagai mantan istri Ryuga sekaligus ibu kandung Aruna membuat Claudia uring-uringan sepanjang malam. Tidurnya sama sekali tidak nyenyak. Bagaimana bisa Claudia tidur nyenyak sementara dia mengetahui Ryuga ternyata bersama Natasha tadi malam?! Sekalipun semalam Ryuga menyusul pulang, tidur di sebelahnya, memeluknya, membisikkannya kalimat cinta, tapi tetap saja perasaan bernama cemburu itu menelusup hadir. Claudia bahkan tidak lagi merasa sedih karena keadaan janinnya. Wajah Natasha kelihatan pucat. Badannya juga tampak kurus dari terakhir Claudia melihatnya satu tahun terakhir. Itu menyita pikiran Claudia. ‘Sebenarnya Natasha kenapa? Kenapa bisa semalam Ryuga ada di sana? Dan kenapa Ryuga harus berbohong segala jika dia menemui mantan istrinya, bukan Dokter Tirta?!’ Keributan di dalam isi kepala Claudia itu tidak berani dia suarakan langsung pada Ryuga. “Makan yang banyak, Clau.” Suara lembut penuh keibuan itu menyadarkan lamunan Claudia.

  • Pesona Presdir Posesif   Dua Peristiwa dalam Semalam

    Beberapa jam setelah ditinggal sendirian, Claudia gelisah. Pasalnya janin di dalam perutnya kembali bergerak, menendang ke bagian area perut bawahnya. Pergerakan itu membuatnya tidak nyaman. Dia sudah bergonta-ganti posisi, tapi tidak kunjung membuat perasaannya membaik. “Kamu baik-baik saja ‘kan?” tanya Claudia, membuka komunikasi dengan janinnya. Dia mencoba untuk ke luar dari kamar. Namun, baru berjalan sebentar, napasnya sudah terasa sesak. Rasanya ada yang tidak beres. Maka, Claudia meraih ponsel dan menghubungi seseorang. Untungnya tidak butuh waktu lama panggilan itu langsung terhubung. “Ya, sayang? Tumben kamu menelpon malam-malam?” Claudia menghela napas lega. “Ibuuuu,” panggilnya pelan. Sejujurnya, dia merasa tidak enak menelpon ibu mertuanya malam-malam begini. Yap, seseorang yang dihubungi Claudia adalah Emma. “Beritahu Ibu, ada apa, hmm?” Di seberang sana, Emma baru saja kembali dari sebuah acara perkumpulan geng sosialitanya. Dia terduduk di sofa usai mengangkat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status