Home / Romansa / Pesona Suami Wasiatku / 12. Sekretaris Baru, Masalah Baru

Share

12. Sekretaris Baru, Masalah Baru

Author: Suci Komala
last update Last Updated: 2025-10-29 11:35:29

Pagi di lantai 31 terasa lebih sibuk dari biasanya. Karyawan berlalu-lalang dengan langkah cepat, semua fokus. Kecuali satu orang yang masih berjuang hidup dengan printer.

"Astaga, kenapa ini kertasnya nyangkut terus?! Aku cuma mau cetak jadwal meeting, bukan bikin drama!"

Mei Lin berjongkok di depan mesin printer seperti sedang menghadapi monster kuno.

Sementara di ruangan kaca besar tak jauh dari situ, Zhang Yichen memperhatikan diam-diam dari balik kaca bening kantornya.

Ekspresinya tetap datar, tetapi dagunya sedikit bertumpu di tangan.

Chen, berdiri di sampingnya dengan raut muka antara kasihan dan bingung.

"Tuan Zhang … apa saya perlu bantu Nona Mei?"

"Tidak perlu. Biarkan dia beradaptasi."

"Tapi dia sudah … menatap printer itu selama sepuluh menit."

"Artinya dia berusaha."

"Atau hampir menyerah," gumam Chen pelan.

Tak lama, printer berbunyi klik!

Dan ... BLAM!

Tumpukan kertas menyembur keluar, berserakan ke lantai seperti hujan salju putih.

"YA AMPUN! AKU MENANG! Tapi … kenapa semua halaman keluar sekaligus?!"

Semua mata menoleh.

Termasuk Zhang Yichen.

Termasuk Chen.

Dan tentu saja, Mei Lin langsung tersenyum canggung sambil mengangkat dua lembar kertas.

"Nggak apa-apa! Hehehe … printer-nya cuma terlalu semangat kerja"

Chen menatap bosnya dengan ragu. "Sekarang?"

"Sekarang bantu dia!” jawab Yichen cepat.

---

Beberapa jam kemudian Mei Lin duduk di kursi depan ruangan CEO, mengetik laporan. Sesekali menatap jam, lalu menghela napas pelan.

"Oke, catat Mei Lin, ini kerja nyata. Fokus. Jangan kepikiran suami tampan di balik kaca itu."

"Nona Mei." Tanpa Mei Lin tahu Zhang Yichen sedari tadi berdiri di bibir pintu.

Mei Lin menoleh. "Ya, Bos?"

"Kau bicara sendiri lagi."

"Itu … metode fokus versi aku."

"Metode yang sangat berisik."

"Berisik tanda produktif."

"Berisik tanda bencana, mungkin."

"Oh, kau ini nggak pernah puas, ya?" gumam Mei Lin sambil mengetik.

"Aku puas," jawab Zhang Yichen pelan.

"Hah?"

"Dengan hasil kerjamu. Hanya … kurang tenang."

Mei Lin terdiam. Wajahnya langsung merah. "O-oh … maksudmu kerjaanku bagus, gitu?"

"Aku tidak mengulang dua kali."

"Astaga, pujian dari Zhang Yichen! Catat di kalender! Hari bersejarah!"

"Kau ingin aku tarik ucapanku kembali?"

Mei Lin melambaikan tangannya cepat. "Tidak!"

Zhang Yichen kembali masuk ke ruangannya. Sebelumnya, ia meminta agar Mei Lin cepat-cepat mengirim data untuk rapat nanti siang.

---

Siang hari.

Zhang Yichen sedang rapat daring dengan tim luar negeri. Mei Lin berdiri di sisi ruangan sambil mencatat poin penting.

Suasana serius, semua orang fokus.

Sampai ...

MEOWWW

Ruangan hening.

Semua kepala menoleh.

Zhang Yichen melotot.

"Apa itu?"

"Eh … ehm …” Mei Lin panik, bukan apa-apa.

"Itu terdengar seperti …,"

"Aplikasi notifikasi-ku, Tuan Zhang."

"Kucing?"

"Aku suka kucing. Suaranya menenangkan."

"Menenangkan?” Yichen menatapnya datar. "Kau baru saja bikin CEO cabang Amerika hampir tertawa di tengah laporan keuangan."

"Setidaknya mereka jadi rileks?"

Mei Lin menggigit bibir bawahnya. Pendengarannya ia pertajam, bersiap mendengarkan apa yang akan Zhang Yichen katakan selanjutnya.

Chen di pojok ruangan hampir menjerit menahan tawa.

"Nona Mei," kata Zhang Yichen akhirnya. "Mulai besok, tolong ubah nada notifikasi ponselmu."

"Siap, Bos. Akan kuganti dengan … suara sapi?"

"Jangan coba-coba!"

Tawa Chen akhirnya pecah juga, tetapi cepat-cepat ia menutup mulut dengan map saat Zhang Yichen menatapnya tajam.

---

Beberapa jam kemudian Mei Lin duduk di ruang istirahat, membuka kotak bekalnya. Han Wei lewat dan duduk di seberang.

"Hei, Sekretaris Baru. Masih hidup?"

"Masih. Tapi printer hampir membunuhku pagi tadi."

"Hahaha, kau memang unik, Mei Lin. Orang lain takut kerja sama Tuan Zhang, kau malah bisa bercanda dengannya."

"Candaanku justru hampir bikin aku dikeluarkan, tahu."

"Tapi serius deh, aku jarang lihat Tuan Zhang ... tersenyum."

Mei Lin menatap Han Wei bingung. "Tersenyum?"

"Iya. Barusan tadi pas kau ngomel sendiri di depan laptop, aku lewat ... aku lihat dia senyum kecil."

"Senyum kecil?!"

"Yup. Dia pikir kau nggak lihat, padahal jelas."

Mei Lin terpaku. "Tunggu, apa jangan-jangan … dia mulai--"

"Mei Lin."

Sebuah suara dalam tapi lembut memotong kalimatnya.

Mei Lin menoleh ke arah suara. Rupanya Zhang Yichen berdiri di pintu ruang istirahat, tangan di saku, tatapan tenang.

"Rapat tambahan. Sekarang!"

"Eh-baik, Tuan Zhang!"

Saat berjalan keluar, Han Wei berbisik, "Tuh kan, dipanggil terus. Kau kayak magnetnya dia."

"Magnet yang mau meleleh," gumam Mei Lin pasrah.

---

Sore hari.

Setelah rapat panjang, Mei Lin menjatuhkan diri di sofa ruang CEO, kelelahan.

Zhang Yichen menutup laptopnya, menatap gadis itu lama. "Hari pertamamu sebagai sekretarisku … cukup menarik."

"Kau maksud kacau, kan?"

"Aku tidak bilang begitu."

"Tapi maksudmu begitu."

"Mungkin."

Zhang Yichen berdiri dan berjalan ke arahnya. Mei Lin langsung menegakkan badan, gugup.

"Kau tahu,” katanya pelan, "biasanya aku tidak tahan bekerja dengan orang yang terlalu banyak bicara."

"Jadi aku … bikin kau stres?"

"Tidak."

"Oh … jadi aku--"

"Bikin kantorku terasa hidup."

Mei Lin menatapnya, tercengang, tetapi mulai menebak. "Aku tafsirkan sebagai 'Bosku mulai suka denger suaraku'.”

Sang CEO menatapnya, hampir tersenyum. "Bisa jadi."

Mei Lin memalingkan wajah sebelum wajahnya benar-benar menunjukkan ekspresi baper. Bos dingin, tetapi semakin hari semakin seperti kulkas yang mulai defrost.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Suami Wasiatku   15. Hari Libur dan Pertanyaan Keluarga

    Minggu pagi di kota Haicheng terpantau cerah. Untuk pertama kalinya setelah seminggu penuh jadwal kantor dan rapat gila-gilaan, Mei Lin akhirnya bisa tidur tanpa alarm.Namun ternyata ... Ting! Ting!Suara notifikasi.Tangannya meraba mencari keberadaan ponselnya. Matanya setengah terbuka saat melihat satu nama yang tertera. "Ibu? Ada apa, sih?" gerutunya. "Hari ini makan siang di rumah keluarga Zhang. Ingat ya, ditunggu!" Isi pesannya. Mei Lin menggeliat sambil menguap dengan kedua mata yang ia coba buka 100%."Oh, tidak! Liburanku berubah jadi pertemuan politik."Mei Lin bergegas bangun dan memberitahu Zhang Yichen agar turut bersiap. ---Beberapa jam kemudian, mobil hitam Zhang Yichen berhenti di depan rumah utama keluarga Zhang. Nampak pula mobil milik ibu Mei Lin. Mei Lin yang mengenakan dress pastel sederhana tampak anggun, tetapi wajahnya jelas tegang."Kenapa kau kelihatan seperti mau ikut ujian nasional?" tanya Zhang Yichen dengan dahi berkerut. "Karena orang tuaku dan

  • Pesona Suami Wasiatku   14. Antara Laporan, Latte, dan Kesucian Bibir

    Pagi itu Mei Lin dan Zhang Yichen berangkat ke kantor bersama. Agar karyawan tidak curiga, Mei Lin memilih turun di tikungan jalan. "Kau yakin?" tanya Zhang Yichen. Mei Lin menatap suaminya. "Sejujurnya, sih, malas. Aku udah cantik, udah rapi, dan wangi harus kembali berkeringat karena jalan kaki!""Kalau begitu tidak usah turun. Kita lan--""Eh, tidak, tidak!" Mei Lin mengibaskan tangan cepat. "Aku turun saja! Aku tidak mau ada rumor aneh di kantor!"Mei Lin bersiap membuka pintu. Sebelum turun, ia memastikan jika tidak ada karyawan Zhang Grup di sekitar. "Oke, aman!" cicitnya yakin. Mei Lin turun, mobil Zhang Yichen pun melanjutkan perjalanan. Gadis itu hanya bisa menarik napas panjang, pasrah.Sepuluh menit. Mei Lin sudah tiba di lobi dan bergegas menuju lantai 31.Keluar dari lift, Mei Lin disuguhkan dengan aktivitas seperti biasanya. Ada yang baru datang, ada yang membersihkan meja kerja, dan suara printer yang seolah-olah memberi ketukan semangat. "Selamat pagi dunia! Pasti

  • Pesona Suami Wasiatku   13. Setelah Kantor, Masakan Bencana

    Langit Haicheng mulai gelap. Lampu-lampu kota memantul di jendela besar rumah Zhang Yichen. Suara mesin mobil berhenti di garasi, dan beberapa detik kemudian ... "Aku pulang!"Teriakan ceria itu menggema sebelum pintu rumah benar-benar terbuka. Mei Lin muncul dengan rambut sedikit acak, membawa dua tas belanja di tangan, wajah penuh semangat yang sangat tidak cocok dengan ekspresi suaminya yang baru pulang kerja.Zhang Yichen berdiri di bibir pintu, jas masih rapi, dasi belum sempat dilepas. Pria itu sempat berpikir jika Mei Lin meminta izin pulang lebih awal dan minta diantar sopir untuk pulang ke asrama. Nyatanya ... "Kenapa kau tampak seperti baru menaklukkan dunia?""Karena aku beli bahan masakan untuk makan malam!"Mei Lin tersenyum lebar. Bahkan gigi putihnya yang berjejer rapi mampu menyilaukan mata. "Kau … masak?""Tentu saja!""Apakah aku harus memanggil ambulans dulu?""Zhang Yichen! Aku ini bukan ancaman nasional, tahu!"---Dapur rumah kini penuh aroma yang ... sulit d

  • Pesona Suami Wasiatku   12. Sekretaris Baru, Masalah Baru

    Pagi di lantai 31 terasa lebih sibuk dari biasanya. Karyawan berlalu-lalang dengan langkah cepat, semua fokus. Kecuali satu orang yang masih berjuang hidup dengan printer."Astaga, kenapa ini kertasnya nyangkut terus?! Aku cuma mau cetak jadwal meeting, bukan bikin drama!"Mei Lin berjongkok di depan mesin printer seperti sedang menghadapi monster kuno.Sementara di ruangan kaca besar tak jauh dari situ, Zhang Yichen memperhatikan diam-diam dari balik kaca bening kantornya.Ekspresinya tetap datar, tetapi dagunya sedikit bertumpu di tangan.Chen, berdiri di sampingnya dengan raut muka antara kasihan dan bingung."Tuan Zhang … apa saya perlu bantu Nona Mei?""Tidak perlu. Biarkan dia beradaptasi.""Tapi dia sudah … menatap printer itu selama sepuluh menit.""Artinya dia berusaha.""Atau hampir menyerah," gumam Chen pelan.Tak lama, printer berbunyi klik!Dan ... BLAM!Tumpukan kertas menyembur keluar, berserakan ke lantai seperti hujan salju putih."YA AMPUN! AKU MENANG! Tapi … kenapa

  • Pesona Suami Wasiatku   11. Sekretaris Bos Dingin

    Hari Rabu pagi di Zhang Group. Kantor masih sibuk seperti biasa. Karyawan berlarian dengan berkas, printer meraung, dan Mei Lin ... masih kebingungan karena panggilan mendadak ke lantai 31. "Tuan Zhang ingin kau ke ruangannya sekarang," kata asisten Han Wei. "Hah? Aku'kan di marketing? Aku bahkan belum selesai input data!" "Perintah langsung." "Dia nggak bilang aku bikin kesalahan, kan?" "Tidak, tapi nada suaranya ... serius." "Oh Tuhan, aku mau dipecat tiga hari setelah magang." --- Sesampainya di lantai 31, lantai paling dingin dan mencekam di seluruh gedung. Mei Lin melangkah dengan hati-hati. Ruang kerja Zhang Yichen luas, bersih, dan terlalu sunyi. Pria itu duduk di balik meja besar dengan setelan hitam sempurna, wajah fokus pada layar laptop. "Tuan Zhang?" panggil Mei Lin pelan. "Masuk!" "Aku … dipanggil?" "Duduk!" Mei Lin duduk perlahan, menatap pria itu dengan gugup. Setiap detik terasa seperti wawancara masuk neraka. "Kau tahu kenapa aku memanggilmu?" tanya

  • Pesona Suami Wasiatku   10. Antara Bos dan Istri

    Hari kedua magang.Divisi marketing, lantai 30.Mei Lin sudah duduk manis dan bersiap menunggu arahan. Ia bersumpah, tidak ada hal yang lebih menegangkan dari bekerja di perusahaan suaminya sendiri, kecuali harus berpura-pura tidak mengenalnya di depan 300 karyawan lain."Oke, Mei Lin. Kau cuma karyawan magang. Kau bukan istrinya. Jangan manggil dia 'Sayang'. Jangan manggil dia 'Suami'. Jangan tatap terlalu lama. Jangan ...,”"Nona Mei?""YA?! Eh, maksudku, ya, Pak!"Pria yang berdiri di hadapannya bukan Zhang Yichen, melainkan Han Wei --manajer muda divisi marketing, 27 tahun, berwajah ramah dan senyum menular."Kau tegang banget, ya. Santai aja, ini cuma kerja, bukan audisi Miss Universe," katanya sambil tertawa kecil.Mei Lin menatapnya, masih kikuk. "Maaf, aku cuma ... ehm ... grogi. Ini pertama kalinya aku magang di perusahaan besar.""Kalau begitu, anggap saja ini latihan. Aku pembimbing magangmu mulai hari ini.""Kau yang akan membimbingku?""Ya, kenapa?""Nggak, nggak apa-ap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status