Home / Romansa / Pesona Suami Wasiatku / 13. Setelah Kantor, Masakan Bencana

Share

13. Setelah Kantor, Masakan Bencana

Author: Suci Komala
last update Last Updated: 2025-10-30 07:10:46

Langit Haicheng mulai gelap. Lampu-lampu kota memantul di jendela besar rumah Zhang Yichen.

Suara mesin mobil berhenti di garasi, dan beberapa detik kemudian ...

"Aku pulang!"

Teriakan ceria itu menggema sebelum pintu rumah benar-benar terbuka. Mei Lin muncul dengan rambut sedikit acak, membawa dua tas belanja di tangan, wajah penuh semangat yang sangat tidak cocok dengan ekspresi suaminya yang baru pulang kerja.

Zhang Yichen berdiri di bibir pintu, jas masih rapi, dasi belum sempat dilepas. Pria itu sempat berpikir jika Mei Lin meminta izin pulang lebih awal dan minta diantar sopir untuk pulang ke asrama. Nyatanya ...

"Kenapa kau tampak seperti baru menaklukkan dunia?"

"Karena aku beli bahan masakan untuk makan malam!"

Mei Lin tersenyum lebar. Bahkan gigi putihnya yang berjejer rapi mampu menyilaukan mata.

"Kau … masak?"

"Tentu saja!"

"Apakah aku harus memanggil ambulans dulu?"

"Zhang Yichen! Aku ini bukan ancaman nasional, tahu!"

---

Dapur rumah kini penuh aroma yang ... sulit dijelaskan. Bawang, kecap, dan sesuatu yang sepertinya tidak seharusnya dimasukkan ke panci sup.

Zhang Yichen duduk di meja makan, menatap tenang sambil membaca laporan di tablet. Setiap beberapa detik, suara 'sssshhhhh!' atau 'klontang!' terdengar dari dapur, disusul dengan gumaman Mei Lin.

"Aduh! Itu bukan garam?! Kenapa warnanya aneh .… Oke, tenang, Mei. Tidak ada yang bisa menghentikan juru masak handal seperti ... AAAH, minyaknya nyiprat!"

Zhang Yichen menatap pintu dapur yang sedikit terbuka. "Kau baik-baik saja?"

"Tentu saja!"

"Kau yakin?"

"Aku cuma kehilangan sebagian alis. Hal kecil."

Zhang Yichen diam, mencerna ucapan sang istri. Akhirnya berdiri dan menghampiri. "Aku bantu."

"Tidak! Ini kejutan romantis! Duduk dan tunggu dengan sabar!"

"Kejutan atau ancaman, aku belum bisa bedakan."

---

Tiga puluh menit kemudian, Mei Lin muncul dengan wajah penuh kemenangan sambil membawa nampan.

"Tadaaa! Sup jagung spesial ala Mei Lin!"

Warna sup-nya agak ... mencurigakan. Sedikit keabu-abuan, dengan potongan sesuatu yang entah sayur, entah korban eksperimen kuliner.

"Kau yakin itu jagung?” tanya Zhang Yichen hati-hati sambil menunjuk yang katanya sup di dalam mangkuk.

"Tentu! Jagung organik!"

"Dari planet mana?"

"Cih. Kau ini nggak romantis banget."

Mei Lin duduk di seberang suaminya penuh harap. "Ayo, coba dulu. Aku sudah masak sepenuh hati."

Zhang Yichen menatap sendok, lalu menatap wajah istrinya yang memancarkan semangat 100%.

Dengan napas pelan, ia mencicipinya.

Dan langsung berhenti gerak.

Wajahnya datar.

Sangat datar.

"Bagaimana rasanya?" tanya Mei Lin cemas.

"Unik."

"Unik gimana?"

"Aku tidak tahu apakah lidahku baru mengalami trauma, atau ini bentuk cinta yang baru."

Mei Lin langsung menutup wajah dengan tangan. "Astaga, jangan bilang rasanya separah itu!"

"Aku tidak bilang parah."

"Tapi kau juga tidak bilang enak."

"Aku menghargai niatnya."

"Itu artinya parah."

Mei Lin mengambil sendok dan mengaduk sup itu. Semula, ia yang semangat untuk makan, malah tak selera melihat karyanya sendiri. Kuah hitam karena kecap dan bawang goreng yang gosong.

Gadis itu menatap Zhang Yichen sambil senyum yang sangat dipaksakan. "Sup gosong, nih. Hehehe .... Tiba-tiba, perutku kenyang."

Zhang Yichen akhirnya tertawa kecil, tawa yang langka dan tulus. "Kau benar-benar aneh."

"Hei, itu pujian atau ejekan?"

"Tergantung hari ini aku lelah atau tidak."

"Kau lelah?"

"Sedikit."

Suasana tiba-tiba jadi tenang.

Mei Lin menatapnya, pria yang selama ini tampak tak tersentuh, tapi di rumah … ternyata juga manusia biasa.

"Kalau begitu, mulai besok aku yang siapkan makan malam setiap hari," kata Mei Lin mantap.

"Aku belum siap mental untuk itu."

"Aduh, percaya deh. Masakan pertamaku memang gagal, tapi percobaan kedua akan jadi legenda!"

"Legenda bisa berarti dua hal. Luar biasa, atau tragis."

"Kau mau taruhan?"

"Aku tidak berjudi dengan nyawa."

Mei Lin memutar bola mata, lalu tertawa kecil. "Ya ampun, bos dingin ini kalau di rumah suka banget nyindir."

"Aku hanya melatih kesabaran."

Mereka berdua tertawa pelan.

Untuk pertama kalinya, meja makan yang biasanya hening itu terasa ... hidup.

Saat mencuci piring bersama, Zhang Yichen sempat berkata pelan tanpa menatap.

"Mei Lin."

"Ya."

"Jaga sikapmu di kantor. Jangan terlalu ... terbuka pada siapa pun."

"Maksudmu Han Wei?"

"Maksudku semua orang."

Mei mengernyit. "Kenapa? Kau takut mereka jatuh cinta padaku?"

"Tidak. Aku takut mereka tahu aku sudah melakukannya lebih dulu."

Mei Lin terdiam. Lagi, ia mencerna kata demi kata yang meluncur dari mulut suaminya.

Air dari keran masih mengalir. Dan di tengah sunyi kecil itu, wajahnya memerah tanpa bisa disembunyikan.

"Zhang Yichen … kau sadar nggak, barusan kau bilang sesuatu yang bisa bikin cerita drakor gitu?"

"Aku serius."

"Jangan bilang gitu pakai nada serius, nanti aku beneran baper!"

Zhang Yichen hanya menatap Mei Lin sekilas, senyum tipis muncul di wajahnya. "Kalau begitu, jangan dengarkan."

"Telat!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Suami Wasiatku   15. Hari Libur dan Pertanyaan Keluarga

    Minggu pagi di kota Haicheng terpantau cerah. Untuk pertama kalinya setelah seminggu penuh jadwal kantor dan rapat gila-gilaan, Mei Lin akhirnya bisa tidur tanpa alarm.Namun ternyata ... Ting! Ting!Suara notifikasi.Tangannya meraba mencari keberadaan ponselnya. Matanya setengah terbuka saat melihat satu nama yang tertera. "Ibu? Ada apa, sih?" gerutunya. "Hari ini makan siang di rumah keluarga Zhang. Ingat ya, ditunggu!" Isi pesannya. Mei Lin menggeliat sambil menguap dengan kedua mata yang ia coba buka 100%."Oh, tidak! Liburanku berubah jadi pertemuan politik."Mei Lin bergegas bangun dan memberitahu Zhang Yichen agar turut bersiap. ---Beberapa jam kemudian, mobil hitam Zhang Yichen berhenti di depan rumah utama keluarga Zhang. Nampak pula mobil milik ibu Mei Lin. Mei Lin yang mengenakan dress pastel sederhana tampak anggun, tetapi wajahnya jelas tegang."Kenapa kau kelihatan seperti mau ikut ujian nasional?" tanya Zhang Yichen dengan dahi berkerut. "Karena orang tuaku dan

  • Pesona Suami Wasiatku   14. Antara Laporan, Latte, dan Kesucian Bibir

    Pagi itu Mei Lin dan Zhang Yichen berangkat ke kantor bersama. Agar karyawan tidak curiga, Mei Lin memilih turun di tikungan jalan. "Kau yakin?" tanya Zhang Yichen. Mei Lin menatap suaminya. "Sejujurnya, sih, malas. Aku udah cantik, udah rapi, dan wangi harus kembali berkeringat karena jalan kaki!""Kalau begitu tidak usah turun. Kita lan--""Eh, tidak, tidak!" Mei Lin mengibaskan tangan cepat. "Aku turun saja! Aku tidak mau ada rumor aneh di kantor!"Mei Lin bersiap membuka pintu. Sebelum turun, ia memastikan jika tidak ada karyawan Zhang Grup di sekitar. "Oke, aman!" cicitnya yakin. Mei Lin turun, mobil Zhang Yichen pun melanjutkan perjalanan. Gadis itu hanya bisa menarik napas panjang, pasrah.Sepuluh menit. Mei Lin sudah tiba di lobi dan bergegas menuju lantai 31.Keluar dari lift, Mei Lin disuguhkan dengan aktivitas seperti biasanya. Ada yang baru datang, ada yang membersihkan meja kerja, dan suara printer yang seolah-olah memberi ketukan semangat. "Selamat pagi dunia! Pasti

  • Pesona Suami Wasiatku   13. Setelah Kantor, Masakan Bencana

    Langit Haicheng mulai gelap. Lampu-lampu kota memantul di jendela besar rumah Zhang Yichen. Suara mesin mobil berhenti di garasi, dan beberapa detik kemudian ... "Aku pulang!"Teriakan ceria itu menggema sebelum pintu rumah benar-benar terbuka. Mei Lin muncul dengan rambut sedikit acak, membawa dua tas belanja di tangan, wajah penuh semangat yang sangat tidak cocok dengan ekspresi suaminya yang baru pulang kerja.Zhang Yichen berdiri di bibir pintu, jas masih rapi, dasi belum sempat dilepas. Pria itu sempat berpikir jika Mei Lin meminta izin pulang lebih awal dan minta diantar sopir untuk pulang ke asrama. Nyatanya ... "Kenapa kau tampak seperti baru menaklukkan dunia?""Karena aku beli bahan masakan untuk makan malam!"Mei Lin tersenyum lebar. Bahkan gigi putihnya yang berjejer rapi mampu menyilaukan mata. "Kau … masak?""Tentu saja!""Apakah aku harus memanggil ambulans dulu?""Zhang Yichen! Aku ini bukan ancaman nasional, tahu!"---Dapur rumah kini penuh aroma yang ... sulit d

  • Pesona Suami Wasiatku   12. Sekretaris Baru, Masalah Baru

    Pagi di lantai 31 terasa lebih sibuk dari biasanya. Karyawan berlalu-lalang dengan langkah cepat, semua fokus. Kecuali satu orang yang masih berjuang hidup dengan printer."Astaga, kenapa ini kertasnya nyangkut terus?! Aku cuma mau cetak jadwal meeting, bukan bikin drama!"Mei Lin berjongkok di depan mesin printer seperti sedang menghadapi monster kuno.Sementara di ruangan kaca besar tak jauh dari situ, Zhang Yichen memperhatikan diam-diam dari balik kaca bening kantornya.Ekspresinya tetap datar, tetapi dagunya sedikit bertumpu di tangan.Chen, berdiri di sampingnya dengan raut muka antara kasihan dan bingung."Tuan Zhang … apa saya perlu bantu Nona Mei?""Tidak perlu. Biarkan dia beradaptasi.""Tapi dia sudah … menatap printer itu selama sepuluh menit.""Artinya dia berusaha.""Atau hampir menyerah," gumam Chen pelan.Tak lama, printer berbunyi klik!Dan ... BLAM!Tumpukan kertas menyembur keluar, berserakan ke lantai seperti hujan salju putih."YA AMPUN! AKU MENANG! Tapi … kenapa

  • Pesona Suami Wasiatku   11. Sekretaris Bos Dingin

    Hari Rabu pagi di Zhang Group. Kantor masih sibuk seperti biasa. Karyawan berlarian dengan berkas, printer meraung, dan Mei Lin ... masih kebingungan karena panggilan mendadak ke lantai 31. "Tuan Zhang ingin kau ke ruangannya sekarang," kata asisten Han Wei. "Hah? Aku'kan di marketing? Aku bahkan belum selesai input data!" "Perintah langsung." "Dia nggak bilang aku bikin kesalahan, kan?" "Tidak, tapi nada suaranya ... serius." "Oh Tuhan, aku mau dipecat tiga hari setelah magang." --- Sesampainya di lantai 31, lantai paling dingin dan mencekam di seluruh gedung. Mei Lin melangkah dengan hati-hati. Ruang kerja Zhang Yichen luas, bersih, dan terlalu sunyi. Pria itu duduk di balik meja besar dengan setelan hitam sempurna, wajah fokus pada layar laptop. "Tuan Zhang?" panggil Mei Lin pelan. "Masuk!" "Aku … dipanggil?" "Duduk!" Mei Lin duduk perlahan, menatap pria itu dengan gugup. Setiap detik terasa seperti wawancara masuk neraka. "Kau tahu kenapa aku memanggilmu?" tanya

  • Pesona Suami Wasiatku   10. Antara Bos dan Istri

    Hari kedua magang.Divisi marketing, lantai 30.Mei Lin sudah duduk manis dan bersiap menunggu arahan. Ia bersumpah, tidak ada hal yang lebih menegangkan dari bekerja di perusahaan suaminya sendiri, kecuali harus berpura-pura tidak mengenalnya di depan 300 karyawan lain."Oke, Mei Lin. Kau cuma karyawan magang. Kau bukan istrinya. Jangan manggil dia 'Sayang'. Jangan manggil dia 'Suami'. Jangan tatap terlalu lama. Jangan ...,”"Nona Mei?""YA?! Eh, maksudku, ya, Pak!"Pria yang berdiri di hadapannya bukan Zhang Yichen, melainkan Han Wei --manajer muda divisi marketing, 27 tahun, berwajah ramah dan senyum menular."Kau tegang banget, ya. Santai aja, ini cuma kerja, bukan audisi Miss Universe," katanya sambil tertawa kecil.Mei Lin menatapnya, masih kikuk. "Maaf, aku cuma ... ehm ... grogi. Ini pertama kalinya aku magang di perusahaan besar.""Kalau begitu, anggap saja ini latihan. Aku pembimbing magangmu mulai hari ini.""Kau yang akan membimbingku?""Ya, kenapa?""Nggak, nggak apa-ap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status