Home / Urban / Pesona sang Biduan / Penagih Hutang

Share

Penagih Hutang

Author: alfatihsronan
last update Huling Na-update: 2022-02-01 11:12:32

Awan mendung bergelayut menyelimuti kota Lubrica, pertanda sebentar lagi akan turun hujan, pantas saja udara malam tadi begitu panas.

Tiara bergegas mengambil beberapa potong pakaian yang sudah dijemurnya tapi hanya separuh kering saja, semua pakaian sudah dirapikan, saatnya Tiara untuk mengerjakan sebagian pekerjaan ibunya, berbelanja bahan kue.

Sebelum hujan turun ia pun bergegas ke warung Bukde Mayang, hanya warung itu saja yang terdekat yang menjual bahan kue lebih lengkap dibandingkan warung lain, karna jika harus membeli ke supermarket jaraknya lumayan jauh dan itu mengeluarkan ongkos yang lebih banyak.

"Bukde, ini bahan pesanan ibu," ucap Tiara sambil memberikan secarik kertas berisi daftar belanjaan bahan kue. 

"Tiara kamu dari mana saja kok Bukde baru liat kamu?"

"Saya baru dari puncak liburan sama teman-temanku."

"Bukan itu maksud Bukde, kamu berhenti nyanyi sudah lama?" tanya bukde Mayang penasaran.

"Oh ... Itu Bukde, 'gak juga sih baru aja," jawab Tiara datar, tidak membahas persoalan dirinya dengan Erwin.

"Kenapa Tiara, ada masalah?" Tiara terdiam sebentar lalu menjawab pertanyaan bukde Mayang.

"Tidak kok Bukde hanya saja saya kadang capek aja kalau harus nyanyi sampai larut malam," ungkap Tiara namun tetap menyembunyikan persoalan yang terjadi.

ia menjaga perasaan bukde Mayang bagaimanapun Erwin mantan bosnya adalah adiknya.

Bukde Mayang mengangguk, ia mengerti dengan apa yang Tiara sampaikan karna ia dulunya juga seorang biduan panggung, "Semoga kamu cepat mendapat pekerjaan lagi ya Tiara."

"Iya Bukde terima kasih."

Setelah semua barang belanjaan selesai dikemas Tiara pamit pulang.

Sampai di rumah ia kembali sibuk membuat adonan kue untuk ibunya.

"Tok ... tok ... tok," Suara ketukan pintu.

"Bu Ratri!, ... buka pintunya!" Teriak seseorang dari luar.

"Iya siapa ya!?, ... tunggu!" seru Tiara yang tengah mengaduk adonan di ruang tengah.

"Saya Rustam ibu kamu di mana saya mau menagih hutang!" 

Mendengar siapa yang datang Tiara segera ke depan membuka pintu untuknya.

Rustam adalah seorang rentenir, semua orang susah di kota itu mengenalnya dan tau kalau ia sangat kejam apalagi ketika menagih hutang.

"Silahkan masuk Bang!" kata Tiara menyambut Rustam.

"Tidak usah, saya hanya butuh dibayar!, mana ibu kamu!?"

"Maaf Bang Ibu saya belum pulang."

"Terus utangnya bagaimana?, hari ini sudah lewat sepuluh hari bunganya banyak loh," sambil melirik nakal ke arah Tiara.

"Gimana ya bang?" Tiara nampak kebingungan.

"Kalau begitu saya akan menunggu di sini."

"Kalau abang mau menunggu silahkan, saya mau kedalam dulu ada pekerjaan yang saya harus selesaikan," Tiara meninggalkan Rustam yang masih berdiri di depan pintu teras rumahnya.

Ada perasaan yang menggelitik Tiara ketika melihat lirikan mata pria seperti itu.

Ia sekarang sudah banyak tahu sifat laki-laki model seperti itu. Tiara gelisah menunggu Ibunya, inilah salah satu alasan mengapa ia begitu keras ingin bekerja hanya agar ia dapat membantu meringankan beban utang ibunya.

Sambil mengaduk adonan kue Tiara berpikir bagaimana cara agar penagih yang ganjen itu bisa secepatnya pergi.

Tiara keluar dan menemui kembali si Rustam, "Bang, mungkin Ibu saya masih lama bagaimana kalau saya membayar bunganya dulu?"

"Aduh Tiara yang manis, bagaimana bisa kamu hanya membayar bunganya saja!, ... Hahh!" Rustam membentak.

"Tidak bisa!, utang Ibu kamu sudah terlalu lama bayarnya pun sering menunggak," seru Rustam dengan nada yang lagi-lagi membentak.

"Setelah saya membayar bunga, saya berjanji akan melunasi secepatnya," ucap Tiara sedikit memohon pada Rustam.

"Hahh! ... uang dari mana?, kamu mau membayarnya dengan apa?" Jawaban Rustam menohok.

Kata Rustam ada betulnya juga, kalaupun ia akan membayarnya, uang dari mana sedangkan Tiara saat ini sudah tidak bekerja.

Tiara yang sedang berbincang dengan Rustam tanpa tahu kalau para ibu tetangganya silih berganti memandangi mereka berdua dengan pandangan sinis seraya berbisik ada juga yang tersenyum-senyum seperti mengejek, mereka tahu bahwa Rustam datang untuk menagih utang ibunya yang sudah lama.

Di tengah negosiasi tingkat tinggi antara Tiara dan Rustam, Bu Ratri muncul, ia baru saja pulang sambil membawa bungkusan kecil dari kertas yang di pegangnya dikedua tangan.

Rustam tersenyum-senyum melihat orang yang ditunggunya tiba, "Ahay akhirnya, ... orang yang ditunggu sudah muncul, 'halo Ibu apa kabar?' saya sungguh senang melihat ibu sudah datang,"  sambut Rustam dengan senyum terselubung seperti ingin mencari muka di depan Bu Ratri.

"Langsung saja ke intinya, saya datang untuk menagih hutang ibu yang sudah lama tidak dibayarkan dan saya sudah menunggu di sini begitu lama."

"Saya akan membayar separuh dulu, dan sisanya lagi saya minta waktumu satu minggu lagi," ucap ibu Tiara yang membuat Rustam mengerutkan kening.

"Hahh Separuhnya!?, dengan waktu yang sudah begitu lama anda hanya membayar separuhnya saja?, ... tidak bisa! sungguh tidak bisa!" jawab Rustam sambil memainkan gantungan kunci di tangannya.

"Begini, ... saya mau membantu ibu melunasi utang dengan cepat," ujar Rustam sambil melirik nakal ke arah Tiara yang masih berdiri dibalik pintu.

"Utang ibu saya akan anggap lunas, dengan kesepakatan kalau ...."

"Kalau apa ... ?" Sela Bu Ratri seraya menatap tajam ke arah Rustam.

"Bu Ratri dengar dulu saya bicara." 

"Kalau Ibu mau menyetujui, saya ingin menjadikan Tiara sebagai Istri, bagaimana Bu?"

Tiara dan Ibunya tersentak kaget muka mereka menjadi geram tanda penolakan atas apa yang baru saja diucapkan Rustam. 

"Sekarang juga kamu pergi dari sini!, atau saya akan memanggil warga untuk mengusir kamu," ujar Bu Ratri dengan suara tinggi karena marahnya.

"Utang Ibu bagaiamana?" kata Rustam yang sudah terlihat pucat mendengar ancaman Bu Ratri.

"Seminggu lagi kamu ke sini, saya akan melunasi semua sisanya cepat pergi sebelum kesabaran saya hilang, cepaaatt ... !"

Sepertinya Bu Ratri tidak main-main Rustam tanpa banyak bicara lagi langsung tancap gas meninggalkan Tiara dan ibunya yang sudah dalam keadaan emosi tingkat tinggi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Agungs Yud
rustam dasar otak mesum tengkulak
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pesona sang Biduan   Bujuk rayu tuan Gilbert

    Sebuah hubungan cinta harus berjalan bersama, jika di dalamnya ada tujuan yang berbeda maka ia harus saling memahami dan tebuka, bukan saling menutupi dan saling menyalahkan. Begitu pula yang harus dlakukan oleh Tiara dan Erick, ada sesuatu hal yang tidak berjalan semestinya diantara mereka, membuat hubungannya yang baru saja seumur jagung seakan terombang ambing tak tentu arah. "Memiliki hubungan itu ribet ya," ucap Tiara. "Ribet seperti apa maksud kamu, gak juga kok kalau kamu dan Erick saling memahami, dan mau saling terbuka," sahut Frida. "Aku?, ... Apa yang aku tutupi darinya Frid?, apa aku saja yang harus memahaminya sementara dia?" sahut Tiara. Frida terdiam mendengar Tiara mulai tersulut emosi, ia biasanya akan menenangkan jika sahabatnya itu mulai meninggikan nada suaranya. Mobil mereka melaju membelah jalan kota, suasana sudah mulai tampak lengang, tak banyak lagi kendaraan yang berseliweran seperti biasanya di jam-jam itu. Sementara Erick dan Maria serta teman-temann

  • Pesona sang Biduan   Apakah ini cinta yang salah?

    Tiara dan Frida urung menjalankan rencananya melihat Erick yang tengah duduk bersantai dengan Maria di sebuah meja tepat di depan panggung. "Jadi mau gimana lagi, kita harus menjalankan rencana lainnya, ayo silahkan mba Tiara," kata Frida seraya menunjuk ke arah panggung. Tanpa melihat sedikitpun ke arah mereka Tiara langsung menggebrak panggung. Erick terhenyak menyaksikan Tiara, ia tak menyangka sedikitpun jika kekasihnya itu yang menjadi biduan di live musik cafe malam itu. "Pantas saja Tiara gak mau aku ajak, dia ternyata nyanyi di sini." Erick bergumam. Ia tak dapat menyembunyikan rasa heran di depan Maria, "Erick kamu kok terlihat heran seperti itu, kamu kaget kalau Tiara itu nyanyi di sini?" "Gak, ... Aku cuma kaget saja tiba-tiba bertemu dia di sini," sanggah Erick sedikit ingin menutupi dari Maria, tak terjadi apa-apa di antara Tiara dan dirinya. "Daripada harus membicarakan dia, kita bernostalgia saja dengan kenangan kita, bagaimana?" Rayu Maria. "Nostalgia yang sep

  • Pesona sang Biduan   Tiara panik mengetahui Erick akan datang

    Malam hari tiba, terlihat cerah secerah hati Tiara yang sudah kasak kusuk mempersiapkan diri sembari menunggu dijemput Frida. Bu Ratri hanya nampak tersenyum melihat anak gadisnya terlihat sibuk di depan cermin tak hentinya menatap wajahnya melihat riasan yang dipakainya. Tak lama kemudian Frida datang menemui Tiara di kamarnya yang tengah sibuk itu. "Udah beres kan dandannya?" tanya Frida. "Gimana menurut kamu udah bagus kan?" "Iya gitu aja gak usah lama, ingat tempatnya di puncak loh!" kata Frida. "Yuk kita berangkat sekaramg!" Tiara dan Frida berangkat bersama menuju cafe M&M tempat Tiara akan menyanyi dan untuk pertama kalinya di cafe ini. "Kamu santai aja dong, kok seperti pertama nyanyi saja kamu," kata Frida melihat Tiara terlihat sedikit gugup. "Iya nih, gak tahu aku kok sedikit gugup ya, apa karna lama gak nyanyi ya?" "Kamu sih, aku ajak nyanyi ke acara kampusku kamu tolak, makanya sekarang jadi grogi kelamaan gak manggung." Mobil yang dikendarai Frida sudah melam

  • Pesona sang Biduan   Maria yang menyimpan cinta masa lalu

    "Tiara bagaimana jika pamanmu tidak terima dengan pengakuan kita padanya tentan rumah ini yang sudah dijual," "Terserah dia saja bu, kali ini aku tidak akan takut dengan ancamannya, kita sudah lama diperlakukan semena-mena olehnya, dia harus berpikir bahwa Tiara sudah berubah sekarang," jawab Tiara dengan semangat."Dan aku rasa mba Maria akan sepenuhnya membantu dalam masalah ini, ibu jangan khawatir," kata Tiara kembali membuang segala ketakutan ibunya."Kamu angkat dulu telpon kamu," ucap Bu Ratri mendengar ponsel yang berdering.[Halo Tiara, maaf ya kalo aku ganggu kamu malam-malam takutnya kalau nunggu besok aku bisa lupa] kata Maria.[Ada apa ya mba?][Besok kamu bisa mulai nyanyi di cafe hari ini semua persiapan panggung sudah siap][Ok mba aku akan mulai besok] kata Tiara begitu senang mendengar kabar dari Maria."Ibu mulai besok aku bisa kerja di cafe mba Maria, aku senang banget loh bu," "Ibu juga senang mendengarnya nak, semoga saja kamu betah di sana, apa Frida sudah tah

  • Pesona sang Biduan   Pesan singkat dari Erick

    Tiara masih menatap tajam pria paruh baya yang ada di hadapannya, seorang kakak dari ayahnya, satu-satunya keluarga yang ia miliki tapi memiliki hati begitu tega perlakuannya terhadap Tiara dan ibunya."Ayo duduk jangan berdiri seperti itu di hadapanku, semakin memperjelas bahwa kau tak pernah di ajari sopan santun dari orang tuamu," kata Novo yang begitu menyakitkan.Tiara masih saja terdiam, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya, hanya tatapannya yang semakin tajam ke arah Novo, sorot matanya berapi-api.Tidak seperti Bu Ratri yang masih terlihat tenang menghadapi keadaan ini, ia memberi isyarat agar Tiara menurutinya untuk duduk di sampingnya.Dengan wajah kaku Tiara menurutinya dan mulai angkat bicara, "Paman Novo, aku menganggap paman sebagai seorang pengganti dari ayahku namun aku ternyata salah," kata Tiara."Seorang ayah tidak pernah membuat anaknya jatuh ke dalam kondisi yang begitu sulit seperti ini, paman sungguh tega mengusir kami dari rumah yang ayah bangun dari

  • Pesona sang Biduan   Mulut manis paman Novo

    Setelah melakukan rembuk bersama, Tiara dan Frida beranjak meninggalkan cafe menuju kantor polisi untuk menemui Maria yang sedang menjadi saksi sebuah kasus. Sampai di sana Tiara dan Frida oleh petugas tidak di perbolehkan menemui Maria, karna sesuatu hal. "Mba Maria sedang jadi saksi atas kasus apa pak!?" tanya Frida kepada salah seorang petugas. "Maria menjadi saksi atas kepemilikan barang terlarang, jadi untuk sementara beliau belum bisa menemui siapapun." Tiara dan Frida tersentak mendengar apa yang diucapkan petugas itu, terlebih Tiara yang sepertinya harus mengurungkan niatnya untuk minta tolong padanya. "Kamu kan lebih mengenal dekat mba Maria bahkan pernah di ajak ke apartemennya, dia itu orangnya seperti apa sih, kok bisa jadi saksi segala?" tanya Frida pada Tiara. "Waktu di ajak kemarin sih hanya pesta kecil saja, dan ada beberapa teman bisnisnya di sana yang pesta mabuk malam itu," jelas Tiara. "Tuh kan, mungkin teman-teman bisnisnya itu yang jadi pemilik barang terl

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status