Share

Petaka Di Lorong Kampus
Petaka Di Lorong Kampus
Penulis: SunnyBells09

Bab 1. Bertemu Seno

 “Renata Kusuma Wardhani.”

Renata menoleh kesana kemari saat mendengar seseorang memanggil namanya secara lengkap, namun tak dilihatnya siapapun disana, dia pun kini berjalan cepat kearah toilet, dan mencari sosok seseorang yang mungkin saja mengenalnya, namun kembali nihil, tak dilihatnya satu orang pun disana. Akhirnya Renata menganggap itu hanyalah ilusinya sendiri dan kembali menuggu sahabatnya keluar dari toilet, namun dia merasakan udara di sekitarnya menjadi lebih dingin.

“Sial, tau gini tadi gue bawa jaket dari rumah, padahal cuacanya cerah, ga ada tanda-tanda mau hujan, kenapa dingin begini ya?” gumamnya seorang diri.

Renata terus merutuki dirinya yang mau saja mengantar dan menunggui Yoke yang sedang menuntaskan hajatnya di toilet, Renata melihat ada kursi panjang di lorong itu, dia pun kemudian melangkah dan duduk dengan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, tak berapa lama matanya pun terasa berat oleh kantuk yang mendadak menyerangnya.

“Renata.”

Sayup-sayup kembali Renata mendengar seseorang memanggil namanya, dengan berat dia membuka matanya dan memandang sekeliling, Renata dan Yoke datang ke kampus terlalu pagi hari itu, karena mereka berdua sangat bersemangat dengan hari pertama mereka sebagai mahasiswi baru.

“Renata, kamu Renata kan?”

Kali ini Renata tersentak kaget karena tidak menyangka akan sosok yang tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapanya. Masih bengong antara bingung dan terkesima akan ketampanan sosok tersebut Renata beberapa kali mengerjapkan matanya. Renata masih dengan posisi duduk di kursi panjang, memandang sosok tersebut yang jadi terlihat tinggi menjulang karena posisinya yang berdiri.

“Kk-kamu tau darimana namaku? Kamu siapa?”

Sosok laki-laki yang usianya diperkirakan beberapa tahun diatas Renata tersenyum seraya mengulurkan tanganya.

“Kenalin aku Seno Wijaya, panggil aja Seno,” ucap pemuda tersebut, Renata menyambut uluran tangan sambil berdiri dengan mengucapkan namanya.

“Ouw! Tangan kamu dingin banget,” Ucap Renata kemudian sambil menarik tanganya dan mundur menjauh dari hadapan Seno.

“Masa sih? Mungkin karena tadi aku habis pegang es.”

“Oh begitu, kamu tau darimana namaku?”

“Itu, dari name tag kamu”

Renata menunduk dan melihat sendiri penampilan dirinya, memakai rok hitam selutut, kemeja lengan panjang berwarna putih, kaus kaki putih panjang dan sepatu hitam serta kalung name tag besar bertuliskan namanya.

“Oh iya, aku lupa.” Renata berucap sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Kamu lagi ngapain disini sendirian? Emang ga takut?” Seno kembali bertanya sambil tetap menatap wajah Renata intens dan membuat Renata merasa jengah yang akhirnya memalingkan wajahnya ke arah lain.

“Lagi nunggu temen, tadi dia ke toilet minta di temenin, jadinya aku disini deh nungguin dia, lagian kan ini udah pagi, ya kali ada hantu keliaran di pagi hari,” ucapnya masih tetap menatap ke arah lain.

“Emangnya kamu pikir hantu keliaranya malam doang? Pagi engga?”

“Ya, konon kabarnya sih hantu cuma ada pas malam hari doang kak.”

“Kamu tuh ya, kalo ngomong tuh jangan sambil melengos gitu.”

“Abis kaka ngeliatnya kaya gitu, aku jadi risih kak.”

Seno tertawa renyah membuat Renata memberanikan diri menatap ke wajah Seno, karena suaranya yang terdengar enak di telinga, dan wajah Seno juga enak dipandang. saat Seno menghentikan tawanya dan balas menatap Renata, mata Seno terlihat sangat jauh, semakin Renata menatap matanya semakin dia merasa tersedot ke sebuah ruang yang sangat dalam, dan itu membuat Renata bergidik ngeri.

“Kak Seno semester berapa? Ambil jurusan apa?” Renata berusaha mengusir perasaan janggalnya dengan pura-pura bertanya.

“Aku semester tujuh, fakultas teknik, kamu sendiri ambil jurusan apa?”

“Aku juga ambil teknik.”

Renata berusaha memberikan senyuman manisnya walaupun dengan pandangan yang menghindari mata Seno yang selalu menatapnya intens.

“Kamu cantik kalau sedang tersenyum begitu.” Seno balas tersenyum sambil matanya tak henti terus memandang wajah Renata.

“Iyah, sudah tau.” suara Renata dibuat seketus mungkin, dia tak ingin terlihat salah tingkah hanya karena di bilang cantik oleh Seno.

Renata mengusap-usap lenganya sendiri untuk mengusir hawa dingin yang dia rasakan sejak tadi, dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Belum nampak juga sahabat yang di tunggunya. Udara dingin ditambah suasana kampus yang sepi dan juga kehadiran sosok Seno di hadapanya, entah mengapa membuat Renata memikirkan ucapan Yoke tadi saat mereka menikmati minuman hangat di kantin.

“Re, kalo sepi gini ko keliatanya serem ya kampus kita, apalagi di bagian belakang sini,” ucap Yoke sambil menyeruput susu panas pesananya. Mereka berdua sengaja hanya memesan minuman karena memang sudah sarapan di rumah masing-masing sebelum berangkat ke kampus.

“Huss... jangan ngomong gitu Ke, ga bae, nanti ada hantu ganteng yang iseng nyamperin kita gimana?”

“Ihhh lo mah Re, suka ngadi-ngadi kalo ngomong, jangan sampe deh hantu ganteng datengin gue, biarpun ganteng tapi kalo hantu mah gue ngibrit juga.”

“Ah dasar penakut loh, kalo hantunya ganteng mah ga papa kali, buat latihan punya pacar, kan kita udah setua ini belum pernah pacaran Ke.”

“Kita? Lo aja kali, gue mah udah tiga kali ganti pacar, nah lo masih betah ngejomblo sampe sekarang.”

“Itu karna gue punya prinsip Ke, ga mau asal milih cowo, ujung-ujungnya cuma dijadiin mantan doang, apalagi sampe diselingkuhin kaya kisah lo sama Rizal.”

Mereka berdua pun tertawa bersama, entah menertawakan apa, mungkin juga menertawakan Renata yang tak kunjung dapat pacar atau Yoke yang selalu diputusin pacarnya setelah beberapa minggu jadian.

“Aduh Re... perut gue ko sakit ya, anterin ke toilet dong.”

“Makanya kalo sarapan tuh jangan banyak-banyak, tambah lagi minum susu lo.”

“Ya emang porsi makan gue kan segitu Re, namanya juga lagi diet.”

“Diet apaan yang sarapan aja malah nambah?”

“Itu kan sesuai petunjuk dietnya Re, disitu di tulis makanlah secukupnya.”

“Nah itu lo baca, jadi makan secukupnya dong Ke.”

“Ya kan secukupnya gue Re, kalo belom cukup ya nambah lah.”

Renata hanya menepuk dahinya mendengar kalimat yang di lontarkan sahabatnya tersebut, dan dia pun mengalah dengan mengantarkan Yoke ke toilet kampus.

Renata menyudahi lamunanya kala sebuah tangan melambai di depan wajahnya, “Renata... kamu melamun?”

“Oh, eng ..., mm-maaf, iya ga sengaja melamun,” ucap Renata dengan memperlihatkan barisan giginya yang tersusun rapi.

“Kamu tersenyum tapi auramu berwarna merah, kamu sedang kesal.”

“Eh? Sok tau kamu.”

Seno terlihat hanya tersenyum menanggapi ucapan ketus Renata, tanpa sengaja Renata kembali menatap mata Seno, mata yang teduh, hitam dan dalam. Kembali Renata merasa dirinya tersedot kedalam ruang gelap dan jauh. Renata merasa pupilnya mengecil namun dia berusaha keras untuk menarik dirinya agar tetap sadar. Dengan susah payah Renata kembali mampu memutus kontak mata mereka. Saat itu Renata melihat wajah Seno menggelap seolah sedang marah.

“Renata!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status