Share

BAB 5

Author: Izzy_Mochii
last update Last Updated: 2021-11-18 12:08:20

"Apa kamu David?" tanya Rita meletakkan jari telunjuk di bawah bibirnya.  

"Umm ... iya, Tante," jawab David. Dengan tangan masih bergelantungan di gagang pintu. 

"Ikut tante, yuk! Mama kamu menyuruh tante untuk menjemputmu,” ajak Rita. 

David merasa kebingungan saat ada wanita yang tak dikenal, mengajaknya. 

"Ayah bagaimana? Tadi Ayah keluar katanya mau membelikan aku makanan, Tante,” tanya David.

“Mungkinkah pria yang dia temui sebelumnya adalah yah dari anak ini?” pikir Rita dalam batin bertanya.

"Oh, gitu. Ayah juga ada bersama Ibu kamu, kebetulan tadi Ayahmu ketika di jalan bertemu sama tante dan Ibumu, dan Tante disuruh menjemputmu karena mereka lagi membicarakan sesuatu dan tidak bisa diganggu." Rita berbicara dengan tenang agar ucapan bohongnya tidak ketahuan. Perlahan dia memegang lembut tangan David. 

"Gitu, ya." David mengetuk bibirnya dengan jari telunjuk. 

"Mau ikut, nggak? Nanti makanannya habis, loh," rayu Rita kepada David. 

"Iiih, nggak mau. Tunggu David sebentar, Tante! David mau membereskan buku dulu,” rengek David karena ia begitu polos. 

"Udah, nggak usah, nanti Ayah dan Ibumu terlalu lama menunggunya,” tegas Rita. Menarik tangan David.  

"Iya, deh, Tante." Tanpa kecurigaan David hanya menuruti apa kata Rita. Lalu menutup pintu rumahnya mengikuti Rita berjalan. Lalu Rita segera menggenggam tangan anak tersebut. 

Sampai akhirnya di dalam taksi, David asyik menatap jalanan dari luar jendela. Hal itu pun dimanfaatkan Rita untuk membius David dengan sebuah sapu tangan yang sudah diberi obat bius. Hingga akhirnya, David tak sadarkan diri. 

 

Harry baru saja kembali setelah dirinya sudah membeli makanan untuk anaknya. Namun, melihat bahwa David tidak ada lagi di dalam rumah. Hanya menyisakan buku yang masih berhamburan di lantai. 

"David, David!” teriak Harry. 

"Anak ayah ke mana? Jangan main petak umpet malam-malam begini.” Harry masih berteriak sambil mencari anaknya. 

"David ….?" Harry mulai panik. 

"Nak jangan bersembunyi seperti itu, cepatlah!” serunya mulai dengan nada cemas. 

Harry yang mencari David di sekitar rumah tidak menemukan hasil. Dirinya panik dan putus asa. Dan, ketika sampai di gang rumahnya, seseorang memanggilnya dengan keras. 

"Pak Harry kenapa teriak-teriak?" tanya seorang Ibu yang merupakan tetangganya sendiri kebetulan melintas melewatinya. 

"Saya mencari David, Bu,” jawab Harry. 

"Loh, tadi saya lihat dia berjalan sama seorang perempuan dan naik taksi.” Jawaban Ibu tersebut, mengejutkan Harry. 

"Perempuan?" tanya lelaki itu. 

"Iya, dari jauh saya melihat seperti David dan seorang wanita, saya pikir itu Yulianna," jawabnya.  

“Mungkinkah itu Yulianna?” Batin Harry bertanya. 

"Terima kasih, Bu .…" Harry bergegas meninggalkan tetangganya setelah mengucapkan terima kasih lalu melanjutkan pencarian. Kemudian, merogoh saku mengambil ponsel jadul dan segera menghubungi Yulianna, istrinya. 

***

Saat ini, di dalam salah satu kamar hotel yang mewah, Yulianna dirundung ketakutan sebab ada sebuah bayangan yang menyelinap masuk ke kamarnya. Bayangan itu pun sering kali muncul, hilang, begitu seterusnya. 

Merasa mungkin Yulianna salah melihat dan hanya pikirannya saja, dia pun mengusir ketakutan itu dan memutuskan untuk menonton TV saja sambil menikmati semua makanan yang terdapat di kulkas serta beberapa bir. 

Tengah asyik menonton, ponselnya berdering, mengetahui bahwa Harry suaminya menelepon, dia segera mengangkatnya. 

 [Ya, kenapa kau menghubungiku?] tanya Yulianna. 

 [Apa David bersamamu?] Harry balik bertanya dari seberang sana. 

[Tidak] jawab Yulianna singkat.

[Aku dengar ada wanita yang membawanya barusan] ujar Harry. Pikirnya, Yulianna akan mengetahui. 

[Oh, mungkin dia yang mengambilnya] Yulianna terkesan santai, mengatakan kesalahannya. 

[Apa maksudmu, Yulianna?] Firasat Harry sudah tidak enak. 

[Aku menjualnya!] Yulianna langsung mengatakan. 

[Bicara apa kau? Bagaimana mungkin kau tega melakukan itu?]  tanya Harry. Betapa terkejutnya mendengar pengakuan sang istri. 

[Aku membuat anak itu agar bermanfaat buat aku sebagai ibu yang sudah membesarkannya] Sudah melakukan hal buruk, Yulianna masih sempat bertekak dengan suaminya. 

[Kau sudah tidak waras, Yulianna!] Tentu saja Harry merasa kesal. Sudah tak tahu lagi di mana otak Yulianna, bisa melakukan hal sekejam itu.  

[Ke mana mereka membawa David, cepat katakan!] tekan Harry. 

[Mana aku tahu, kau cari saja sendiri!] Yulianna berkata ketus. 

Bola mata Yulianna berputar dan segera mengakhiri panggilan tersebut. Tanpa menjawab pertanyaan suaminya. "Lelaki bodoh, dasar tidak berguna!" Yulianna mengumpat Harry. 

Yulianna yang masih menggerutu, tanpa sadar ada yang sedang mengintainya. Melihat waktu sudah pas, kedua lelaki itu mendekat dan tiba-tiba sebuah tusukan jarum suntik menembus kulit leher Yulianna.  

Dirinya terkejut, dengan rasa sakit mencoba berbalik badan dan kini melihat dua orang berjas hitam terasa familier. "Sedang apa kalian dan kenapa bisa masuk seenaknya di kamarku?" tanya Yulianna sambil menahan rasa sakit. Memegang lehernya. Teringat ada bayangan tadi, mungkin dua lelaki inilah pelakunya. 

"Tenanglah, kami berdua hanya menjalankan tugas," jawab salah seorang berjas hitam tersebut.  

"Tugas?" Yulianna mengernyitkan alis. Merasa bingung. 

"Ya, tugasnya sederhana." Lelaki itu malah memberikan jawaban yang membuat Yulianna tambah bingung. 

“Katakan yang jelas apa maksud kalian!” sungut Yulianna. Urat lehernya sampai tertarik karena keluar emosinya. 

"Bersenang-senang denganmu, tentu saja," ucap mereka dengan lirikan meremehkan. Diiringi dengan senyum licik. 

"Apa maksud pembicaraan kalian?" Yulianna merasa tak paham. 

Dua lelaki itu berjalan mendekat, refleks Yulianna mundur ke belakang. Melihat tatapan mereka, Yulianna yakin mereka ada niat buruk. 

"Apa kalian sudah gila? Pergi sana! Kalau tidak, aku akan menghubungi polisi! ancamnya. 

Ketika hendak menghubungi polisi, dengan cepat salah satu pengawal itu meraih ponsel yang berada di tangan Yulianna dan membantingkannya ke lantai hingga hancur berantakan. Yulianna pun tersentak dan kemudian berlari menuju pintu untuk keluar menyelamatkan diri. Akan tetapi, salah satu pengawal dengan cepat menangkap tubuh Yulianna.

Yulianna mencoba melawan dengan memberikan pukulan, tetapi ditangkis oleh pengawal itu. Pukulan Yulianna sangat lambat dan tidak bertenaga, jadi mudah saja bagi Hon menangkis serangan itu. 

"Lepaskan!" teriak Yulianna berusaha melepaskan pergelangan tangannya yang sudah berada di genggaman laki-laki bertubuh kekar itu.  

Melihat ada sebuah vas bunga, Yulianna pun meraih dan melemparkannya ke arah Hon memakai satu tangannya yang bebas. Namun, masih dengan mudah juga Hon mengelak. Hon kini meraih kedua tangan Yulianna dan digenggamnya erat-erat. 

Yulianna masih mencoba melancarkan aksi perlawanan dengan sebuah tendangan tepat ke selangkangan Hon. Hampir saja mengenai Hon karena lelaki itu refleks menghindar dan hanya mengenai pahanya. 

“Kau terus saja memberontak, ya!” umpat Hon. 

Merasa geram, Hon melayangkan sebuah tamparan hingga akhirnya Yulianna terjatuh. 

Sebuah tamparan keras yang telah mendarat di pipi Yulianna, kini membuat sebuah memar dan pendarahan di sudut bibirnya. 

Yulianna yang mengusap darah tersebut sambil menangis. Meringis bersedih dirinya meminta ampun karena tidak berdaya menghadapi dua pria berbadan kekar sedang mengintimidasi dirinya. 

"Aku mohon lepaskan aku, apa pun yang kalian inginkan, aku akan menurutinya," pinta Yulianna di antara ketakutan. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Petarung Tangguh!   BAB 38

    Gerakan David yang lincah dapat menghindari pukulan lalu menggerakkan tangan dengan cepat meraih belakang kepala Paul dan menghantam wajah pemuda itu ke lantai. Dalam sekali dorongan, Paul tergeletak dan pingsan seketika. "Sialan!" Larry berteriak. "Ayo, kali ini kita jangan sampai kalah lagi! Maju semua!" sambungnya dalam kemarahan dan tidak mau menerima penghinaan dari David. David yang dipenuhi marah tidak lagi memperdulikan hal lain dan menghantam mereka satu per satu sampai benar-benar terluka. Tiba giliran Larry, mendaratkan kayu mengarah ke David. Bukannya mundur, David malah maju selangkah dan berhasil menghindarinya, kemudian dengan satu entakkan memukul tangan Larry mengakibatkan senjata terlepas. David hendak melancarkan pukulan, tetapi Kevin ingin menyerangnya dari belakang, justru hal tersebut disadari oleh David. Memutar badan sambil menendang wajah Larry dan bergerak ke samping, dia berhasil menghindari serangan Kevin.Menangkap pergelangan tangan Kevin, kemudian d

  • Petarung Tangguh!   BAB 37

    Tujuan hidup David sudah ditentukan dengan melindungi orang sekitarnya, bukan membunuh manusia tak bersalah, seperti masa lalu kehidupan yang pernah dia jalani. Setelah menghubungi Victor beralasan ingin mengurus sesuatu hal yang penting dan meminta maaf karena menggunakan kurir untuk mengirim selai pesanan. David berencana pergi ke sekolah mengambil barang milik Jessica yang sempat tertinggal, kemudian memberi perhitungan. David berjalan dengan penuh marah, mengotak-atik ponsel menghubungi seseorang untuk mencari informasi tentang Kevin ataupun Lisa. "Siapa lagi kalau bukan Adi, pasti dia tahu sesuatu tentang mereka." David menggerutu, mengepalkan tangannya geram. Pembicaran yang singkat antara David dan Adi melalui telepon. Setelah mengetahui informasi, David pergi menemui Kevin, sedangkan Adi yang belum tahu permasalahannya, kembali ke sekolah mengambil barang pribadi milik Jessica, atas permohonan David. Tiba di sebuah base camp 'tempat berkumpul Kevin and genks ketika bolos m

  • Petarung Tangguh!   BAB 36

    "Pelan-pelan, Kak," sambungnya spontan hendak memegang tangan David yang sangat telaten merawat luka di wajahnya."Ya … ini udah pelan, kok, bagaimana bisa kamu mendapatkan luka sebanyak dan separah ini?" David menjawab dan kemudian bertanya kepada Jessica."Aku tadi terjatuh ketika mau berangkat ke sekolah," jawab Jessica tertunduk dan menggigit bibirnya sedikit. "Jadi … kamu tadi terjatuh ketika hendak pergi ke sekolah? Benarkah?" tanya David kembali. "Aku lari terburu-buru, tidak memperhatikan jalan dan tersandung." Bibir Jessica gemetar karena gugup. "Begitukah?" David sangat memahami luka jatuh tidak akan separah ini. Jessica membisu dipenuhi rasa bersalah karena sudah membohongi David. David sudah tau bahwa Jessica menutupi kejadian sebenarnya, tetapi dia bersikap tenang seperti biasanya. Salah satu watak David adalah terbiasa selalu tenang dalam keadaan genting apa pun. Pengalaman yang mengajarkannya untuk bisa mengontrol pikiran dan emosinya. "Lebih parah dari tertabrak

  • Petarung Tangguh!   BAB 35

    "Apa kau melihat wajah orang yang memukulmu, Jessica?” tanya Kepala Sekolah mencoba membela Lisa berharap mengetahui kebenaran sesungguhnya. Kepala Sekolah yang tidak mau kehilangan salah satu donatur terbesar harus segera menyelesaikan permasalahan yang diperbuat oleh Lisa dengan menutupi kasusnya. "Mukanya memang tertutup, tapi aku yakin itu benar Lisa," teriak Jessica, dia harus meyakinkan diri sendiri agar tidak tersudut atas perilaku semua orang yang tidak percaya kepadanya. "Apa yang kau lakukan? Kau memanggil Polisi dan Kepala Sekolah untuk menuduh anak saya sebagai kriminal, begitu? Terus juga tanpa bukti yang jelas!" Ningsih, ibu kandung Lisa angkat bicara berdiri dari tempat duduk. Dengan ciri khas gaya elegan rambut pendek sebahu, memakai anting berlian yang berkilau dan aksesoris perhiasan mewah lain menghiasi penampilan. Seolah ingin menunjukkan dan memamerkan siapa dirinya. Ningsih bukan menegur anaknya yang bersalah, justru menambah keruh keadaan dan tetap ingin memb

  • Petarung Tangguh!   BAB 34

    “Jessica pulang secepat ini?” gumamnya. Dia masuk ke dapur mencari selai yang dikatakan kakek. Namun, sebelum dia pergi lagi, dia melihat pintu kamar Jessica yang tertutup. “Mungkin dia sangat lelah, sebaiknya aku tidak mengganggunya.” David berpikir akan langsung kembali ke toko. Dia keluar melihat kembali sepatu Jessica yang tergeletak tidak beraturan, dia berniat menaruhnya di rak sepatu. Namun, matanya terfokus melihat ada bercak darah di sepatu Jessica. David menyentuh bercak merah dan menciumnya memastikan bahwa itu benar darah. Dia terbelalak dan kembali menaiki anak tangga dengan cepat lalu mengetuk pintu kamar Jessica. “Jessica ....” “Jessica, buka pintunya! Kau pulang lebih awal?” tanya David menutupi rasa curiganya. “Jessica!” serunya lagi memanggil.Namun, tanpa ada jawaban dari dalam. “Jessica, aku tahu kau di dalam, buka pintunya!” pinta David sedikit berteriak. “Kak, aku sangat lelah, aku ingin istirahat sebentar, kebetulan sekolah memang pulang cepat, nan

  • Petarung Tangguh!   BAB 33

    Sementara itu di sekolah sedang jam istirahat, Jessica memutuskan untuk ke perpustakaan. “Jessica!” seru Evelyn. Jessica hanya berbalik badan memandang Evelyn dengan perasaan cemasnya. “Aku minta maaf soal kejadian kemarin, Kakak kamu jadi kena suspensi,” jelas Evelyn. Jessica masih terdiam tanpa respons.“Kevin dan yang lain tidak sengaja membuat Kakakmu terkena hukuman suspensi,” sambung gadis itu. “Aku tidak mempermasalahkannya,” Jessica sangat gugup karena perasaannya makin tidak keruan. “Untuk menebusnya, aku mentraktirmu di kafe depan,” ungkap Evelyn. “Tidak perlu, Evelyn!” Jessica mencoba menolak ajakan Evelyn. “Ayolah, kau tidak menghargaiku kalau begitu!” Evelyn memasang raut wajah kecewanya. “Baiklah.” Jessica pasrah mencoba percaya kepada Evelyn karena ucapan yang sepertinya tulus. “Ayook!” Evelyn menggandeng Jessica berjalan keluar gerbang sekolah. Semula Jessica tidak merasa curiga, tetapi hingga pada akhirnya di suatu gang kecil, Evelyn beralasan bahwa ponseln

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status