Share

Bab 22

 Malam itu, saat Anisa menonton televisi, Saya terus membaca catatan tentang kasus itu.

 “Kamu mendapatkan yang kau inginkan, sayang?” tanya Anisa tersenyum kepadaku.

 “Ya, begitulah.” Jawabku tanpa menoleh kepadanya. “Jimmi meninggal, jadi mereka memberiku kesempatan mengambil alih kasusnya.”

 “Astaga! Aku turut berduka untuknya.” kata Anisa dengan iba.

 “Ya, baguslah. Aku juga menyesal menjadi orang yang memusuhinya selama ini.”

 "Ayo tidur, Sayang! Kamu terlihat sangat lelah.” Kata Anisa.

 “Aku akan menyusulmu nanti. Aku ingin segera menyelesaikan kasus ini.” Jawabku sejenak mengusap rambutnya.

 “Baiklah. Tapi ingatlah, kau juga perlu istirahat.” Katanya kemudian pergi ke kamar.

 Pukul sembilan pagi saat Saya memasuki ruang rapat, semua petugas terdiam menatap sinis kepadaku. Mereka tidak berusaha menyembunyikan betapa mereka tidak menyukaiku.

 “Kalian tahu ba

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status