共有

7. Tantangan

作者: Donat Mblondo
last update 最終更新日: 2024-01-25 15:08:48

Junaedi mendaratkan tinju ke wajah si koki.

Bugh!

"Setiap datang satu pembeli kamu meremehkannya!" Junaedi mengucapkan kalimat itu berulang-ulang sembari menjambak rambut si kepala koki, hingga kepalanya menunduk. Kemudian, Junaedi menghempaskan dagu sang kepala koki dengan lututnya.

Buak!

Satu gigi seri bawah ikut terhempas melayang di udara.

"Aaaargh!" Si kepala koki merintih kesakitan.

"Sepertinya, satu jam latihan tadi pagi tidak sia-sia," gumam Junaedi tersenyum tipis.

Sang koki pembantu yang berada di sisinya menyaksikan dengan tubuh gemetar. Joko yang sudah lama memantau perkelahian mereka juga ikut bergidik. Sejak kapan si penakut itu bisa berkelahi? Pikir Joko.

Kemudian, datang lagi seorang pengunjung pria muda. "Eh, Bang! Bang!" teriak pria itu memanggil Junaedi.

Junaedi segera merapikan baju dan menghampirinya. "Iya, Mas. Silakan!"

"Cilok kuah iga seporsi, sambelnyo dikit ajo yo," ucap pria itu dengan logat bataknya.

"Siap, Mas!"

Junaedi kembali ke dapur dan melempar catatannya kepada sang koki pembantu. "Cepat buatkan sesuai pesanan!"

"Ba-baik!" Koki itu segera membuatkan pesanan dan menyerahkan semakuk cilok kuah iga kepada Junaedi.

Junaedi pun mengantarkan makanan itu kepada sang pembeli. Setelah si pembeli mencicipi satu suap, sebuah cilok tiba-tiba melayang dari mulut sang pembeli ke wajah Junaedi.

"Bah! Ini cilok apa karet? Keras kali!"

Junaedi segera menangkap cilok terbang yang mendarat di wajahnya sebelum meluncur ke lantai. Dia menatap benda kenyal itu dengan serius. Kemudian, dia menarik dengan kedua tangan dan sedikit menggigit untuk merasakan teksturnya.

"Ini memang benar-benar sangat lentur seperti karet!" gumam Junaedi kesulitan memisahkan bagian dengan menarik dan menggigit berkali-kali.

Lelaki yang memesan itu berdiri dan membanting sendok yang dipegangnya ke meja. "Haish! Kukira enak! Malah bikin sakit gigi kumakan di sini. Mana menejermu? Aku mau komplain!"

Junaedi mencari-cari Joko di kasir dan ruang manajer, tapi tidak menjumpainya. Terdengar suara gaduh dari dapur membuat Junaedi penasaran.

"Ssssst! Jangan brisik atau kupotong gajimu!" ujar Joko berbisik kepada kedua kokinya. Ternyata dia sedang bersembunyi karena takut berhadapan dengan pembeli itu.

"Ckck. Ngapain di sini, Pak Manajer? Sembunyi?" ucap Junaedi telah berdiri melipat tangan di hadapan Joko.

"A-anu ...." Joko tergagap tak bisa berkata-kata.

"Anu anu!" Junaedi menarik baju Joko dan menyeretnya ke hadapan pembeli. "Ini Manajernya, Mas!"

Baru ditatap sang pembeli, Joko beberapa kali menelan ludah. Tubuhnya gemetar keringat dingin. "A-ada apa ya, Mas?" ujarnya tanpa melihat wajah lawan bicara karena ketakutan.

"Intinya, aku nggak sudi bayar makanan ini! Kau bisa tanyakan sendiri ke pelayanmu alasannya!" Sang pembeli pun pergi meninggalkan tempat itu.

Setelah pembeli itu pergi, Joko tampak bernapas lega. Namun, tidak dengan Junaedi. Dia beranjak ke dapur dan melihat masakan-masakan yang ada di sana. Lelaki itu mencicipi satu persatu masakan itu. Mulai dari cilok sapi kukus, cilok tahu, kuah iga sapi, pangsit rebus, pangsit goreng, sambal kacang, sambal cabai, sambal kecap, lontong, dan juga kerupuk.

"Bleeh! Bagaimana kamu memasak cilok-cilok ini?" tanya Junaedi kepada si koki pembantu sembari sedikit meludah.

"Emm, itu ... kami menguleni 1 kg tepung terigu dan 1 kg tepung tapioka dengan air panas yang telah tercampur bumbu halus, bawang putih, lada, dan kemiri. Setelah kalis, kami membentuknya bulat-bulat dengan isi gilingan daging sapi. Kemudian, kemudian kami merebusnya setengah matang dan mengukusnya. Kami tidak tau, mengapa bisa digigit sampai sekeras itu," jelas si koki.

"Apakah kalian menambahkan telur? Takaran satu telur digunakan untuk 500 g tepung terigu. Jadi, jika kalian ingin membuat 1 kg, kalian harus memberinya dua telur," timpal Junaedi. Sebenarnya Junaedi memiliki cara tersendiri untuk memasak cilok yang tentunya sangat berbeda dengan racikan para koki itu. Namun, dia tidak bisa memberitahukannya sekaligus. Dia harus mengarahkannya secara bertahap saat sedang meracik.

"Oh, kamu benar. Kami lupa menambahkan telur!" ungkap si koki merasa tercerahkan.

Sang kepala koki memandang sinis Junaedi. Tampaknya dia belum kapok usai dihajar. "Heh! Tau apa kau soal memasak? Apa kau tak ingat seminggu yang lalu, kau mengacau di dapur kami dengan masakan sampahmu?!"

Seminggu yang lalu?

Haha!

Junaedi tertawa geli dalam hatinya. Sang pemilik tubuh memang benar-benar sangat bodoh. Dia membuat adonan dengan air dingin tanpa telur dan tanpa bumbu. Tepung-tepung berserakan dimana-mana. Dan lebih parah lagi, dia merebus cilok sampai gosong.

Punggung Junaedi bergetar menahan tawa. Di mana letak otak sang pemilik tubuh? Apakah dia menaruh otaknya di lutut? Pikirnya.

"Aku telah banyak belajar beberapa hal. Dan aku bukanlah Junaedi yang tidak berguna seperti dulu! Jika kamu tidak percaya, ayo kita adu skill memasak!" tantang Junaedi mengembangkan kedua ujung bibirnya.

"Adu skill memasak? Ha ha ha ha! Lelucon apa lagi yang akan kau tunjukan? Cilok gosong? Iga gosong? Bihun gosong atau mungkin kerupuk gosong? Ha ha ha!" Mulut sang kepala koki terbuka lebar tertawa terbahak-bahak.

"Jika aku kalah, aku akan angkat kaki dari sini, dan hari ini adalah hari pertama dan terakhirku bekerja! Tapi, jika aku menang, kamu harus menyerahkan posisimu! Aku menjadi kepala koki, dan kau, menjadi pelayan! Bagaimana?" ucap Junaedi mengajukan tawaran.

"Heh, oke! Bersiaplah untuk pergi meninggalkan tempat ini!"

Tanpa mereka sadari, datang dua orang pengunjung keluar dari sebuah mobil mewah dengan dua bodyguard di belakang mereka. Kedua orang itu tampak seperti sepasang suami istri. Mereka berpegangan tangan dengan mesra layaknya pengantin baru.

Dua bodyguard berhenti dan berdiri di luar, sedangkan pasutri itu masuk, lalu mendapati seorang pelayan sedang mengajukan sebuah tantangan kepada seorang kepala koki.

"Tapi, bukankah kita membutuhkan seorang juri?" ujar si koki pembantu berpendapat.

"Aku yang akan menjadi jurinya," sahut Joko ikut nimbrung mengajukan diri.

"Tidak. Saya tidak setuju Anda menjadi jurinya, Pak Manajer. Jangan berpikir untuk menjebak saya! Saya tau bahwa Anda sangat tidak menyukai saya. Jadi, seperti apapun hasilnya, pasti Anda akan tetap membuat saya kalah!" tolak Junaedi membantah.

Joko pun tak bisa membalas. Junaedi sangat pandai bersilat lidah. Dia benar-benar tahu apa yang ada dalam pikiran joko hanya dengan melihat sikap dan perilakunya.

"Kalau begitu, izinkan saya yang menjadi jurinya. Apakah Anda keberatan, Tuan Pelayan?" ucap seorang pria yang berada di belakang mereka.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   50. Kemenangan

    "Ikut dengan kami, atau kami akan membunuh wanita ini!" ucap salah satu dari mereka yang membius Jamelah.Junaedi menggertak. "Sedikit saja kalian berani melukainya, aku akan membunuh kalian!""Hahaha!" Dua pria berpakaian serba hitam itu tertawa. "Pahami situasimu!" ujar salah satu dari mereka sembari mendorong kasar Junaedi. Mereka menuntunnya ke sebuah mobil Jeep hijau tua dengan tangan terikat. Mobil itu melaju cepat menuju ke sebuah tempat asing yang jarang sekali dijarah oleh orang-orang. Yaitu hutan kapuk. Tempat yang terkenal sangat angker, sehingga tidak ada seorang pun yang berani memasukinya di malam hari.Ternyata di dalam hutan tersebut terdapat rumah tua yang cukup megah. Pria berpakaian hitam itu menyeret Junaedi dari mobil memasuki rumah tua tersebut."Rumah ini ..." sekilas, Junaedi mengingat, bahwa rumah itu adalah tempat di mana ia pertama kali terbangun dari kematian, di sebuah peti kayu yang gelap dan pengap.Nyut ...Tiba-tiba timbul rasa nyeri di dada mengingat

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   49. Menjelang pagi

    Babak keempat pun usai dan lima peserta tereliminasi. Sisa lima peserta, yaitu Junaedi, Marsodi, Ade Wijaya, dan dua peserta lainnya. Setelah penyelidiakn, dua orang peserta yang lainnya itu terbukti melakukan kecurangan sehingga harus diiskualifikasi.Kecurangan mereka salah satunya adalah menuangkan tepung kanji pada adonan Marina saat babak kedua berlalngsung. Dan pada babak ketiga, menyembunyikan bahan utama kompetisi yaitu jengkol, dan hanya menyisakan jengkol-jengkol yang berlubang dan terdapat banyak ulat.Kini, pertandingan dengan sisa tiga peserta akan menjadi pertandingan terakhir di babak kelima sekaligus menentukan juara di antara mereka. Hal ini dikarenakan untuk menyingkat waktu. Sang direktur telah memahami situasi sekitar, dia menduga bahwa pertandingan kali ini akan terjadi kekacauan besar.Setelah sarapan, Junaedi dan Jamelah berniat pergi ke taman asrama untuk menikmati suasana udara yang sejuk. Namun, secara kebetulan, mereka menjumpai Marsodi dan istrinya yang tam

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   48. Babak keempat

    Salah satu pekerja di asrama yang bertanggung jawab dalam urusan alat-alat perdapuran, termasuk kompor dan gas. Baru saja membeli beberapa gas elpiji 3 kg untuk stok darurat di kantin.Namun tanpa disadari, ternyata gas-gas tersebut bocor. Bau asap gas menggempul menusuk hidung. Beberapa orang, segera mengecek gas gas tersebut dan membawanya ke tempat terbuka.Di tengah gemuruh kesibukan itu, Junaedi tanpa sengajaelihat ekspresi Ade Wijaya menampakkan senyum seringai seolah-olah, dia mengetahui sesuatu. Tiba-tiba ...Booom!Seseorang sengaja menggunakan percikan api untuk memicu ledakan gas, sehingga terjadilah ledakan demi ledakan. Tiga gas bocor yang masih tersisa dalam aula, meledak seketika membuat lima orang pekerja tewas, tiga orang luka parah, dan tujuh orang luka ringan.Tukijo selaku pemilik asrama telah mendapat informasi dari orang yang selalu mengawasi di balik layar CCTV, Teguh. Bahwasanya pelaku yang menimbulkan percikan api ikut tewas terkena ledakan tabung gas."Jelas-j

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   47. tabung gas

    "Jamelah!" Mata Junaedi membulat menatap gadis itu. Seketika suasana menjadi hening.Kemudian, Junaedi tersenyum simpul. "Saya dengan senang hati menikah dengan puteri Anda, Pak Tukijo! Anda bisa langsung merundingkan tanggal pernikahan kami, mumpung di sini ada tante saya sebagai wali.""Ehem. Apa kamu sudah benar-benar yakin? Saya pikir, kamu sempat ragu beberapa hari lalu," kata Tukijo."Tentu saja, saya sangat yakin.""Sekarang, dia bukan lagi gadis normal. Melainkan gadis cacat yang akan terus berada di atas kursi roda. Dan juga, dia sangat manja. Itu mungkin akan membebanimu!" ujar istri Tukijo ikut bersuara."Tidak masalah. Saya memiliki keahlian. Saya akan menyembuhkan kakinya. Dan dalam waktu tiga hari, saya menjamin putri Anda akan berjalan normal kembali," jawab Junaedi santai, tapi meyakinkan."Pffft!" Gadis yang berada di kursi roda itu tertawa.Tukijo berdiri dan menepuk pundak lelaki di hadapannya. "Haha. Kita akan mengadakan pesta usai kompetisi babak ketiga! Jadi, mul

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   46. Terungkap

    Pada malam hari ketika Junaedi tertidur pulas, dia bermimpi bertemu dengan roh si pemilik tubuh. Seolah-olah, roh itu tahu segala hal yang terjadi pada dirinya."Kau pasti tahu apa yang sedang kualami, kan?" ujar Junaedi padanya."Tentu saja! Itu sebabnya aku datang menemuimu.""Huh! Jadi, apa pendapatmu?""Menjauh dari keluarga direktur!""Apa! Itu ide yang bodoh!" Junaedi sedikit melangkah lebih dekat dengan roh pemilik tubuh. Ia menepuk-nepuk dadanya seraya berkata, "kau tau? Mereka adalah aset penting yang saat ini tersedia membantu dengan sukarela untuk bisa memecahkan masalah tentang ayahmu! Kau menyuruhku untuk menjauh? Itu ide yang sangat-sangat bodoh!""Keluarga direktur memiliki banyak sekali musuh. Aku mempertimbangkan itu. Aku khawatir, itu malah akan menjadikanmu mendapat banyak masalah jika kau bergabung dengan mereka.""Ckck. Itu bukan masalah besar, selama mereka bisa melatihku. Aku lihat, mereka adalah orang-orang yang sangat bisa diandalkan!" kata Junaedi.Sang pemili

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   45. Penyajian

    Waktu 50 menit pun berlalu. Penyajian dilakukan dengan cepat dan semua peserta benar-benar siap dengan hasil masakannya. Satu per satu, mereka dipanggil oleh juri, hingga datanglah giliran Ade Wijaya.Lelaki itu maju ke depan dengan percaya diri akan kemampuannya. Dia menyediakan sepiring urap teri kerupuk udang dengan bumbu urap tampak merah menggiurkan.Beberapa saat kemudian, kini gilirang Junaedi. Dia datang dengan membawa sepiring urap, tiga buah tempe bacem dan sepotong ikan asin. Selain tampilannya yang sangat menarik dan menggugah selera, tentu saja salah satu keunggulan dari masakan Junaedi yaitu tanpa bumbu penyedap instan apapun."Liar biasa! Ini adalah perpaduan rasa yang sempurna," ujar sang juri."Aku sudah mencoba beberapa masakannya. Daya pikat asli dari bumbu-bumbu yang ia racik adalah yang terbaik," kata Tukijo yang juga merupakan sebagai juri.Setelah usai mencicip masakan mereka, para juri kembali mengumpulkan mereka untuk berbaris di aula. Jumlah peserta yang tadi

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status