Share

154. Kurozan

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-19 16:08:34
Langit di atas Saint City memancarkan rona biru yang damai, seolah menipu kenyataan yang baru saja terjadi di tanah di bawahnya. Sinar matahari menyinari debu-debu halus yang masih melayang di udara, tertinggal dari kehancuran yang belum lama berlangsung. Namun bagi Kevin, cahaya itu hanya menyoroti satu hal—jejak keputusasaan yang ia tinggalkan di balik punggungnya.

Langkah-langkah Kevin meninggalkan jejak samar di tanah yang masih basah oleh darah. Tanpa menoleh, ia berjalan menjauh dari reruntuhan Paviliun Xarxis, tempat yang dulu dihormati karena kekuatan dan tradisinya, kini hanyalah tumpukan puing tak bernyawa. Angin yang berembus dari arah barat membawa serta bau logam pekat dan hangus qi, bercampur dengan aroma kehancuran. Teriakan dan ledakan dari pertarungan tadi kini telah digantikan oleh sunyi ... sunyi yang sangat mencekam.

Di baliknya, bangunan utama Paviliun Xarxis ambruk perlahan, seperti raksasa tua yang akhirnya menyerah pada waktu. Tidak ada jenazah yang tertinggal d
Zhu Phi

Bab pertama hari ini diisi dengan lebih banyak narasi karena mengisahkan perjalanan Kevin Drakenis ke Centralpolis dengan hanya ditemani Kurozan, burung hitam besar yang juga bisa mengecil. Bab yang lumayan panjang karena author tidak tahu bisa rilis Bab Extra Author atau tidak hari ini ... Bab Utama : 1/2 Selamat beraktivitas ...

| 6
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   498. Memasuki Pulau Neraka

    Pulau Neraka — Tengah MalamLangit di atas Pulau Neraka tidak pernah mengizinkan cahaya menembus permukaannya. Seolah-olah seluruh dunia telah melupakan tempat ini. Kabut abadi membalut daratan, pekat dan dingin, seakan napas kematian itu sendiri. Awan berwarna ungu gelap berputar perlahan, seperti asap dupa yang menyembur dari altar dunia bawah, menari dalam keheningan yang menyesakkan.Lautan di sekelilingnya tidak bergelombang biasa—ia mendidih, bergolak dalam bisikan qi terkutuk yang mengalir seperti racun ke seluruh penjuru dimensi. Setiap riaknya membawa aroma busuk dari darah dan abu, seperti jeritan jiwa-jiwa yang tak kunjung menemukan damai.Di tengah pulau, di atas dataran retak yang dikelilingi jurang api, berdiri sebuah altar iblis. Tidak terbuat dari batu biasa, tapi dari jaringan urat qi yang menggeliat—hidup, berdenyut seperti jantung raksasa. Merah menyala, seolah sedang memompa kehancuran ke dalam bumi.Namun malam ini... tanah kutukan itu akan berguncang.SRAAAAKKKKK

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   497. Memburu Sekte Angin Neraka

    Beberapa Hari Kemudian – Pulau Neraka, Lokasi RahasiaLangit di atas Pulau Neraka bukan lagi langit yang dikenali dunia. Warnanya kelabu tua, diselingi semburat ungu gelap yang berputar-putar seperti kabut hidup, mengalir melalui celah-celah batuan hitam yang kasar dan tajam seperti gigi iblis. Asap beracun merayap pelan di sepanjang lereng, menyelimuti daratan dengan aroma belerang dan darah hangus.Suara jeritan terdengar samar dari dalam gua-gua bawah tanah—bukan jeritan makhluk biasa, melainkan pekik jiwa-jiwa yang terkunci antara hidup dan mati. Gema itu memantul di dinding lembab, menjelma menjadi desahan setan yang mengguncang jiwa siapa pun yang cukup bodoh untuk mendekat.Di jantung pulau ini, tersembunyi dalam lipatan dimensi terlarang, berdiri sebuah struktur iblis: Katedral Kegelapan. Pilar-pilar obsidian menjulang melintasi langit buatan, dipenuhi simbol kutukan dan tulisan kuno yang bersinar merah darah.Di tengah aula utama, di atas singgasana kristal iblis yang tampak

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   496. Syarat Arkantra Drago

    Pelataran Utama Kota DewaAngin berembus pelan namun menusuk, membawa debu dan bau darah yang belum juga hilang dari tanah suci itu. Di tengah keheningan yang mencekam, suara langkah tua terdengar—tenang, namun mengandung wibawa yang dalam.Elder Vashir melangkah maju. Jubahnya yang berwarna kelabu laut berkibar lembut di balik aura spiritualnya yang tenang seperti kabut pagi. Tangan kanannya terangkat perlahan, telapak terbuka seolah menepis ketegangan yang menggantung di antara para tetua dan Arkantra Drago.“Kami tidak datang untuk menantangmu, Arkantra Drago,” suaranya berat dan serak, namun terdengar jelas hingga ke sudut terjauh pelataran yang retak. “Kami datang untuk mendengar... syaratmu.”Seketika suasana menjadi beku. Bahkan angin pun seperti enggan berdesir. Semua mata tertuju pada satu titik: sosok bertopeng dengan jubah hitam legam yang duduk santai di atas singgasana batu retak, sebatang rokok menyala di ujung jarinya.Kevin tidak menjawab. Ia hanya menatap kosong ke de

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   495. Perdamaian

    Kota Dewa, Dua Hari Setelah Pertempuran BesarLangit Kota Dewa tampak suram, seolah masih meratapi luka yang belum sempat mengering. Gumpalan kabut abu bercampur sisa qi terbakar menggantung rendah, menutup cahaya mentari yang mencoba menembus reruntuhan. Bau logam darah yang meresap ke tanah bercampur dengan aroma hangus dari menara-menara spiritual yang runtuh, menciptakan campuran bau yang menusuk dan mencekik.Burung-burung qi—yang dulunya berputar megah di atas altar suci—kini terbang rendah sambil mengeluarkan suara nyaring, seperti pekikan duka yang menusuk relung hati. Suara mereka bersaing dengan desir angin yang menyapu puing, memantulkan gema kenangan dari pekikan, ledakan, dan teriakan yang masih tertinggal dalam udara.Pelataran utama yang dulunya bersinar dalam aura spiritual kini menjadi panggung luka dan kehancuran. Retakan besar membelah ubin suci yang dahulu dilintasi para tetua sekte dengan khidmat. Pilar-pilar agung—simbol kekuatan, keabadian, dan perjanjian damai—

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   494. Pewaris Darah Naga Hitam

    Langit di atas Balairung Kota Dewa menghitam sempurna, seolah menahan napas menyaksikan bentrokan yang akan mengguncang fondasi kekuatan timur.Tian Jorak, si penguasa Sekte Surya Hitam, melesat bagaikan meteor berselimut api. Tombak Solar-nya menyalak terang seperti matahari mini, memancarkan gelombang panas yang membakar udara. Setiap tusukannya meledak, menghasilkan ledakan cahaya yang mampu melelehkan logam—apapun yang disentuhnya menjadi abu. Tanah retak. Pilar suci mencair. Bahkan formasi pelindung balairung mulai berderak.Namun di tengah badai solar itu, Kevin hanya memiringkan tubuhnya ringan, langkahnya seolah menari di antara semburan maut.Ia menghisap rokok tanpa tergesa, mata hitamnya tenang seperti danau tua.“Lambat,” gumamnya, nyaris seperti mengejek.TRAAANGG!!!Benturan antara tombak surya dan pedang King of Darkness menciptakan ledakan energi yang merobek langit-langit balairung. Atap runtuh, puing-puing beterbangan, dan tekanan dari tabrakan itu menyapu seluruh lan

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   493. Tiga Sekte Besar

    Kota Dewa, permata agung dari dunia cultivator timur, dulunya bersinar bagaikan jantung langit itu sendiri. Menara-menara spiritual menjulang bagai jari-jemari yang menunjuk surga. Kitab-kitab langit disimpan dalam istana kristal, dan para tetua duduk bersila di atas awan qi. Di sanalah kebenaran ditulis ulang, dan takdir dibentuk oleh kekuatan. Namun malam ini, langit yang biasanya berselimut emas... berubah kelam.Awan menggumpal di atas cakrawala. Petir menari di baliknya, terkekang namun meraung, seakan tahu—akan ada darah mengalir malam ini.Di atas sebuah paviliun tua, terkubur di tengah Distrik Tengah yang telah lama ditinggalkan, Kevin—atau nama yang lebih ditakuti dunia, Arkantra Drago—berdiri. Angin malam mencabik jubah hitamnya, dan asap rokok mengepul dari sudut bibirnya yang tenang. Matanya memandang ke arah utara, di mana tiga menara menjulang seperti tombak menusuk langit. Di dalamnya, tiga sekte besar tengah menunggu.Di sampingnya berdiri seorang perempuan berselubung

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status