Author mohon maaf ketiduran semalam sehingga masih tersisa 3 bab yang belum selesai. Bab Utama Hari Ini : 1/5 Bab Utama Akumulasi : 3 Bab
Langit malam di atas Paviliun Drakenis pecah oleh kembang api, namun dentuman gong kuno tiba-tiba berhenti ketika suara pengumuman dari penjaga pintu menggema:“Kedatangan Kaisar Tanah Terlarang Dewa dan Iblis, Celestine Aschene!”Seisi aula terdiam. Semua tamu yang sedang bercakap, semua musuh yang sedang menunggu celah, mendadak membeku. Nama itu bukan sekadar nama—itu simbol kekuasaan yang bahkan para tetua sekte besar tak berani sentuh.Dari pintu utama, Celestine Aschene melangkah masuk dengan jubah putih berhiaskan benang emas yang berkilau di bawah cahaya lentera. Rambut hitam panjangnya tergerai, wajahnya menatap lurus tanpa gentar, auranya seperti samudra tak bertepi. Ia berhenti tepat di tengah aula, dan dengan suara yang mengguncang hati setiap orang, ia berkata...“Hari ini aku berdiri di sini bukan sebagai Kaisar Tanah Terlarang, tapi sebagai saksi. Kevin Drakenis menolak tahta yang diberikan untukknya dan memilihku menjadi Kaisar tanah terlarang menggantikannya, namun ak
Malam itu, Kota Nagapolis berubah menjadi lautan cahaya. Jalan-jalan utama dipenuhi lentera merah keemasan, kembang api meledak di udara, dan ribuan manusia berdesakan hanya untuk menyaksikan satu hal—peresmian Paviliun Drakenis.Bangunan megah itu berdiri seperti istana naga, menjulang dengan menara kristal hitam, pilar emas berukir naga kuno, dan gerbang besar berbentuk rahang naga yang menganga. Dari dalam, suara gong kuno bertalu-talu, membuat dada siapa pun yang mendengarnya bergetar.Di balkon utama, Kevin Drakenis berdiri gagah dalam jubah hitam beraksen merah darah. Wajahnya dingin, matanya menyapu lautan manusia. Di kanan-kirinya, para tetua paviliun sudah bersiap... Ravena Xenagon, Ketua Paviliun dengan aura dinginnya, Valkyrie yang bersenjata penuh, dan Helena Caraxis yang anggun namun penuh intrik. Di belakang, Claudia Xander mengatur alur acara dengan tablet di tangannya, memastikan segala detail berjalan sempurna.Tidak ketinggalan Kael juga datang membantu dan mengawasi
Langit sore di atas Kota Nagapolis berwarna keemasan ketika cahaya mentari terakhir menyorot paviliun baru yang berdiri megah di jantung kota—Paviliun Drakenis. Bangunan itu menjulang tinggi dengan arsitektur campuran klasik dan modern... menara-menara naga berbalut ukiran kuno, sementara kaca kristal berkilauan memantulkan cahaya lampu kota. Setiap sudutnya memancarkan aura kuno, seolah naga raksasa tengah berbaring di tengah peradaban modern.Paviliun Drakenis yang baru ini bahkan jauh lebih megah dan mewah dari Paviliun Drakenis yang dibakar dan dihancurkan oleh Paviliun Caraxis di masa lalu.Kevin Drakenis berdiri di balkon utama, jubah hitam panjangnya berkibar tertiup angin sore. Matanya menatap jauh ke horizon kota. Ia tahu, langkah ini bukan sekadar menegakkan paviliun—tapi deklarasi bahwa keluarga Drakenis, yang dulu ditakuti karena darah naga kuno, kini bangkit kembali.“Mulai sekarang,” ucap Kevin lirih, suaranya seperti bisikan api, “seluruh dunia harus tahu—Klan Drakenis
Di dalam Istana Kristal Tian Long, hawa ilahi bergemuruh bagai badai yang hendak merobek langit. Pilar-pilar naga yang menjulang tinggi bergetar, ukiran naga kuno seakan hidup, matanya menyala merah seperti menyaksikan pertumpahan darah yang akan datang.Kemarahan Tian Long semakin membuat istana mencekam. Tidak pernah disangkanya kalau seorang manusia fana bisa mengguncang pondasi kekuatan yang dibangunnya selama ini.Venus Gods berdiri kaku, wajah cantiknya menegang. Voltron, pemimpin Celestial Myrads, mengepalkan tinjunya, sementara Vesta, satu-satunya Myrads yang tersisa, menahan nafas. Mereka semua baru saja mendengar murka Tian Long, Sang Naga Putih yang mencapai Ranah Dewa Ilahi—dan kini amarahnya bagai lautan api yang siap menelan segalanya.Namun tiba-tiba, langit istana bergetar. Cahaya merah, emas, dan hitam menyayat horizon spiritual. Dari dalam pusaran cahaya itu, tiga sosok raksasa muncul perlahan, tubuh mereka dipenuhi aura perang yang menekan jiwa siapa pun yang meliha
Langit di atas Negeri Seiryu mendidih. Awan bergulung, kilat berkelebat, dan tanah berguncang seakan hendak runtuh. Dari kejauhan, Istana Tian Long menjulang di tengah ibukota naga—megah, dingin, dan memancarkan aura sakral yang menindas jiwa siapa pun yang memandangnya.Di dalam aula utama, lantai giok putih bergetar setiap kali suara raungan energi terdengar. Ribuan lilin spiritual naga menyala sendiri, seolah takut padam di hadapan sosok yang duduk di singgasana tertinggi.Elder Tian Long ... Sang Naga Putih.Cultivator yang melampaui batas fana, telah menembus ranah Dewa Ilahi. Rambut putihnya menjuntai panjang, matanya bagai dua bintang perak yang menyala. Wajahnya tetap manusia biasa, tampak tenang, namun tekanan dari tubuhnya—dari darah naga kuno yang diwarisinya—menekan seluruh ruangan hingga prajurit naga yang berlutut tak sanggup mengangkat kepala.Tangan Tian Long mengepal, giok putih singgasana retak hanya karena genggamannya.“Empat Dewa Seiryu... Demyxian, Lexainne, Axel
Di rumah teh modern di pusat Kota Nagapolis, suasana malam tampak biasa bagi orang awam. Lampion neon bergantung di depan pintu, menyorot jalan yang dipenuhi cahaya lampu kota. Aroma teh melati bercampur kopi instan memenuhi udara, sementara suara kendaraan melintas samar dari luar.Namun di ruang VIP lantai dua, di balik pintu geser berlapis peredam suara, empat sosok duduk mengelilingi meja kaca bundar. Cahaya putih lembut dari lampu LED menggantung di atas kepala mereka, menyorot bayangan wajah yang setengah tertutup hood dan masker. Di meja, bukan lilin dan jam pasir, melainkan layar tablet yang memancarkan peta holografik Nagapolis dengan titik merah berkelip.Raisa Aleta membuka percakapan dengan suara rendah, tapi penuh tekanan. Jemarinya menekan salah satu titik di peta, menampilkan detail lokasi. “Kevin Drakenis. Namanya kembali muncul. Ke mana pun dia pergi, selalu meninggalkan jejak kekacauan. Jika kita menunggu lebih lama, dia akan semakin sulit dijangkau. Lebih baik kita