Share

80. Semut dan Gajah

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-04-30 23:52:03
Gubernur Adam Smith terduduk di lantai marmer yang retak, bersandar pada dinding pilar yang nyaris runtuh. Napasnya terengah, dadanya naik turun tak beraturan, dan darah kental mengalir dari luka di sisi tubuhnya, mencemari jubah kebesarannya yang dulu berkilau. Tangan kanannya mencengkeram perut, sementara tangan kirinya mencoba menopang tubuhnya yang mulai gemetar. Usahanya untuk berdiri hanya menghasilkan desahan frustasi, seolah tubuhnya menolak tunduk pada kehendaknya sendiri.

Di seberangnya, Kevin Drakenis berjalan pelan. Setiap langkahnya terdengar berat, mantap, menggema dalam aula yang kini sunyi dan penuh bayangan. Pedangnya—masih meneteskan darah—terus diseret di sampingnya, meninggalkan jejak sayatan kecil di lantai batu.

Adam menatapnya dengan mata menyipit, menolak menunjukkan rasa takut meski tubuhnya nyaris lumpuh. Dan tiba-tiba, ia tertawa. Suara tawanya serak dan pahit, seperti seseorang yang menertawakan akhir dari mimpinya sendiri.

"Hahaha... Kau pikir kau menang? K
Zhu Phi

Bab Bonus Gems : 1/3 Bab Bonus Hadiah : Kurang 100 koin lagi menuju target bab bonus hadiah. Author mohon maaf hanya bisa update satu Bab Bonus Gems hari ini karena sibuk sekali hari ini. Besok Author selesaikan ya ... sebagai permintaan maaf, bab bonus gems cukup panjang di Bab 80 ini. Selamat beristirahat ...

| 21
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   617. Pertarungan Dewa dan Iblis - II

    ~ Vega vs Ezio & Aurora ~Langit di atas arena itu bergemuruh, cahaya merah api dan kilat biru beradu dalam ledakan yang memekakkan telinga. Udara bergetar hebat ketika Vega, sosok raksasa berzirah baja, mengayunkan cakar lima elemennya. Api, es, petir, racun, dan angin bercampur menjadi pusaran energi liar yang setiap ayunannya mampu merobek ruang.TRAAAANG!Ezio menahan satu tebasan dengan pedang panjangnya. Benturan itu membuat tangannya bergetar hebat, tulang-tulang di lengannya seperti hendak patah. Nafasnya terhuyung, dada terasa seakan diremukkan oleh kekuatan brutal itu.“Ghhrrhh… dia… monster…” desis Ezio, giginya terkatup rapat menahan sakit.Aurora melompat ke belakang, tubuhnya ringan bagai bayangan. Belati kembarnya bersinar dengan aura dingin membekukan, mengeluarkan kabut putih dari ujung bilah. Mata gadis itu menyala penuh tekad.“Ezio, jangan bodoh! Jangan lawan kekuatannya langsung! Kita harus gunakan kecepatan, bukan kekerasan!” teriaknya lantang, suaranya memotong

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   616. Pertarungan Dewa dan Iblis

    Langit perang kini pecah menjadi ratusan kilatan cahaya dan gelombang energi. Di setiap sudut medan, pertarungan antar legenda berlangsung. Sorakan pasukan teredam oleh deru kekuatan maha dahsyat.***~ Voltron vs Helena & Kael ~Pedang raksasa milik Voltron berayun dengan kecepatan yang mustahil untuk tubuh sebesar itu. Setiap gerakannya mencabik udara, meninggalkan retakan panjang di tanah berbatu. Suara gesekan logam membuat bulu kuduk siapa pun yang mendengarnya berdiri.“Helena, sisi kiri!” teriak Kael, pedangnya dilapisi pusaran angin yang menderu. Setiap tebasannya menimbulkan badai kecil, mencoba menahan hantaman brutal dari lawan.Helena menukik dari udara, rambut pirangnya berkibar liar tertiup tekanan spiritual. Pedang di tangannya menyala api biru membara, panasnya membuat udara bergetar.“Flameburst Sword!” serunya. Dengan teriakan itu, pedang menghujam bahu Voltron, disertai ledakan api biru yang membuat getaran hebat.Namun, Voltron hanya menggerakkan pedang besarnya. D

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   615. Serangan Celestial Myrad dan Dewa Seiryu

    Langit bergemuruh. Petir mengelagar di balik awan hitam yang terus berputar, seolah semesta sendiri tenggelam dalam kekacauan. Tiba-tiba, aura menyesakkan muncul, jauh lebih berat dari ribuan iblis yang baru saja menelan setengah medan perang.Suara langkah logam menghentak bumi. Sosok raksasa setinggi menara maju dari kegelapan—Voltron, pemimpin Celestial Myrad, dengan pedang besar di punggungnya yang berkilat bagai potongan bintang jatuh. Matanya memancarkan cahaya biru keperakan, dingin dan tak berperasaan.Di sampingnya, Vesta melangkah anggun. Jubah hitamnya berdesir, jemarinya sudah menggenggam kipas lipat berlapis racun, dan dari lengan bajunya bergemerincing jarum-jarum beracun, siap menghujam kapan saja. Senyum tipis terukir di wajahnya, senyum seorang pemburu yang sudah mencium bau darah mangsa.Vega mengaum rendah, tubuhnya menjulang seperti singa raksasa dengan cakar baja yang berkilau lima warna. Setiap langkahnya mencakar tanah, meninggalkan goresan membara dari elemen a

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   614. Pertempuran Paviliun Drakenis

    Sorakan pasukan manusia baru saja mereda ketika tanah bergetar hebat. Dari balik pusaran portal hitam, ribuan iblis menerobos maju. Tubuh mereka menjulang, kulit legam retak-retak mengeluarkan cahaya merah menyala dari dalam, seakan setiap iblis adalah tungku neraka berjalan. Iblis ini lebih mirip makhluk api yang menyebarkan bara yang panas.Iblis dari dasar terdalam Dunia Naga Seiryu ini sengaja dilepaskan oleh Tian Long sebagai pasukan iblis yang akan berada di garis depan penyerangan, sebelum Celestial Myrad turun tangan menghabisi Kevin Drakenis dan rekan-rekannya.“Mereka datang! Formasi!” teriak seorang kapten Dracarys, suaranya pecah tertelan gemuruh langkah musuh.Benturan pertama meledak ketika barisan terdepan iblis menghantam tembok api Dracarys. Api merah menyembur tinggi, menjilat kulit iblis, membuat mereka meraung. Sebagian jatuh terbakar, namun lebih banyak lagi yang menerobos dengan tubuh melepuh tapi terus mengamuk.“Phoenix Merah, sayap terbuka!” teriak Claudia dari

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   613. Menghimpun Kekuatan - III

    Di sisi lain, kegelapan hutan bagai tirai hitam yang menelan langkah dua sosok yang berlari kencang. Nafas Ezio dan Aurora terengah, bercampur dengan aroma darah segar yang masih menempel di pakaian mereka. Di tubuh keduanya, noda merah pekat mengering, bukti pertempuran sengit yang baru saja mereka lalui. Daun-daun hutan berguncang tiap kali mereka menerobos, suara ranting patah bercampur dengan detak langkah kaki yang terburu-buru.Udara malam menusuk, dingin, tapi tubuh mereka terasa panas oleh adrenalin dan amarah. Cahaya rembulan hanya samar menembus rimbunnya pepohonan, membuat jalanan bagai jurang gelap. Aurora sempat menoleh pada Ezio, tatapannya penuh dengan kelelahan, tapi tekad di matanya menyala lebih terang dari api.“Ezio… kita harus sampai sebelum terlambat.” suaranya tercekat, namun keras.Ezio hanya mengangguk, genggaman tangannya pada pedang makin kuat. “Kita tidak boleh berhenti.”Tak lama, kegelapan hutan pecah oleh cahaya obor yang berjajar tinggi. Di depan mereka,

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   612. Menghimpun Kekuatan - II

    Sementara itu, di sisi timur kota, menara tertinggi Paviliun Dracarys berdiri bagai tombak api yang menusuk langit malam. Angin kencang berputar liar di sekitar puncaknya membuat menara ini tampak gagah. Di ujung menara itu, Claudia berdiri tegak, gaunnya yang merah tua berderak tertiup angin, sementara rambut hitam legamnya berkibar liar seakan ikut terbakar oleh amarahnya.Matanya menyala—bukan hanya oleh pantulan api, tapi oleh tekad yang tak tergoyahkan. Aura merah api yang meledak dari tubuhnya merambat ke udara, membuat malam terasa lebih panas, seakan langit sendiri akan runtuh.“Mobilisasi penuh!” suaranya menggema, pecah bagai petir di atas lautan api. Ia mengangkat tangan, dan lidah-lidah api menjalar ke udara, membentuk simbol Phoenix Merah yang mengepakkan sayapnya.“Semua cultivator tingkat menengah hingga puncak—bergerak sekarang!” teriaknya lagi, suara penuh komando. “Prajurit barisan api, siapkan formasi Phoenix Merah! Ingat baik-baik, tidak ada yang boleh mundur, bahka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status