Pemimpin bertopeng itu tidak membuang waktu lagi.Ia berbalik dan lari secepat yang ia bisa, meninggalkan kuda dan pengikutnya yang telah tewas. Namun ia hanya berhasil berlari beberapa langkah sebelum tubuhnya mendadak kaku, seolah diikat oleh tali tak terlihat."Aku memilih 'pergi'!" ia berteriak panik. "Kumohon, biarkan aku pergi!""Terlambat," jawab pemuda itu datar. "Kau memilih 'mati' saat melukai pedagang itu."Dengan satu gerakan jari, tubuh pemimpin bertopeng itu terangkat ke udara, masih dalam posisi kaku. Kemudian, tanpa suara, tubuh itu meledak dari dalam, darah dan organ dalam berhamburan ke segala arah, menciptakan hujan merah yang mengerikan di atas pasir gurun.Setelah memastikan tidak ada lagi yang tersisa, pemuda itu berjalan menuju kereta, di mana Luo Weishan tergeletak lemah. Racun dari belati telah menyebar ke seluruh tubuhnya, membuat kulitnya pucat dengan urat-urat hitam yang mulai muncul di lehernya."Tu-tuan Muda Iblis," Luo Weishan berbisik dengan suara berge
"Itu hanya rumor," Luo Weishan mundur selangkah, punggungnya menabrak kereta. "Tidak ada yang tahu pasti di mana 'Pelindung Bahu Fajar Abadi' berada. Bahkan Lao Jiu hanya mengetahui petunjuk samar."Pemimpin bertopeng itu mengangkat tangannya, dan dua pengikutnya segera maju, mencengkeram lengan Luo Weishan dengan kuat. Pemimpin itu kemudian merogoh sesuatu dari balik jubahnya, itulah sebuah belati tipis yang berkilau kebiruan, jelas telah dilapisi racun."Terakhir kali kita bertemu, kau berhasil lolos," ucapnya dengan nada dingin. "Kali ini, kau akan memberitahu kami semua yang kau ketahui, atau mati dengan cara yang sangat menyakitkan."Luo Weishan menatap belati itu dengan ketakutan nyata."Aku bersumpah, aku tidak tahu apa-apa! Lao Jiu hanya memberiku petunjuk tentang gunung kembar di perbatasan timur, tidak lebih!""Bohong!" pemimpin itu mendekatkan belati ke leher Luo Weishan. "Kami tahu Lao Jiu memberikan peta padamu. Di mana peta itu sekarang?"Sebelum Luo Weishan sempat menja
Di wilayah Selatan Benua Longhai, Kekaisaran Yue Chuan berdiri megah sebagai pusat peradaban dan kultivasi.Berbeda dengan wilayah Utara dan Tengah yang sering dilanda peperangan antar sekte, Selatan memiliki struktur hierarki yang lebih teratur dan terjaga.Para pemimpin sekte aliran putih dikenal dengan gelar Datuk Aliran Putih, figur terhormat yang menjunjung tinggi keadilan dan kebajikan. Sementara itu, pemimpin aliran iblis menyandang gelar Datuk Sesat, sosok yang ditakuti namun tetap dihormati dalam lingkaran dunia persilatan.Delapan Sekte Terkuat membentuk pilar utama kekuatan di wilayah ini, dengan Sekte Wudang di puncak hierarki aliran putih, sementara Sekte Mentari Ufuk Barat memimpin aliran hitam.Keseimbangan kekuatan telah terjaga selama berabad-abad, dengan Kaisar Xiao Tianming sebagai penengah yang bijaksana, didampingi Guru Negara Jiang Wuxian yang kekuatannya disegani oleh kedua aliran.Namun dalam enam bulan terakhir, sebuah nama baru muncul dalam percakapan di keda
Keheningan terjadi, sebelum akhirnya Rong Tian menjelaskan..."Mereka berada di antara, jiwa yang terperangkap dalam tubuh yang dikendalikan oleh kehendakku. Inilah salah satu rahasia kekuatan yang tidak diajarkan di sekte-sekte ortodoks."Ia berpaling pada Meihua, zombie wanita muda dengan rambut hitam panjang yang kini kusam dan kaku seperti rumput laut kering."Meihua, mulai hari ini kau akan mematuhi perintah muridku, Xiao Hu, selama aku tidak ada. Kau akan melindunginya dan ayahku dengan nyawamu. Kau mengerti?""Aku... mengerti... Tuan," jawab Meihua dengan suara monoton yang terdengar seperti angin melewati gua kosong.Rong Tian kembali menatap Xiao Hu, matanya yang tajam menyiratkan kekhawatiran yang jarang ia tunjukkan."Aku harus pergi ke Selatan, mencari jawaban tentang sosok berjubah perak dan Pedang Emas Langit Barat. Perjalanan ini terlalu berbahaya untukmu yang baru mencapai Tahap Pembentukan Inti.""Tapi Guru, aku ingin ikut," protes Xiao Hu, keberaniannya muncul dari k
Rong Tian tersenyum puas melihat hasil karyanya, buah dari sebulan penuh ritual dan pengorbanan."Bangkit, Panglima Zombie Zarina," perintahnya dengan suara penuh otoritas yang mengandung kekuatan spiritual.Tubuh Zarina bergerak patah-patah, seperti boneka yang dikendalikan oleh tali tak terlihat dari dunia lain. Ia bangkit dari altar, berdiri tegak dengan mata hitam yang menatap kosong ke kedalaman jiwa.Kulitnya yang pucat kebiruan kini dipenuhi simbol-simbol hitam yang berpendar samar, tanda segel pengendali jiwa yang telah tertanam dalam tubuhnya."Tuanku," suara Zarina terdengar serak dan tidak alami, seperti suara yang berasal dari kedalaman kubur yang telah tertutup selama ribuan tahun. "Aku... melayanimu.""Siapa dirimu?" tanya Rong Tian, menguji keberhasilan ritual kuno yang baru saja ia sempurnakan."Aku... Zarina... Panglima Zombie... milik Tuan Rong Tian," jawabnya dengan suara monoton dan terputus-putus, seperti angin yang melewati tulang kering. "Aku... akan melayani...
Sebulan telah berlalu sejak pertarungan berdarah di Kota Altandala. Gurun Hadarac yang biasanya gersang dan panas di siang hari kini diselimuti kegelapan mencekam dan hawa dingin yang menusuk hingga sumsum tulang.Bulan purnama menggantung rendah di langit malam, ukurannya tampak tidak wajar, seolah terlalu dekat dengan dunia fana.Cahayanya yang keperakan menembus awan tipis, menciptakan bayangan-bayangan aneh di antara bebatuan dan gundukan pasir, membentuk ilusi makhluk-makhluk mengerikan yang mengintai dalam kegelapan pekat.Di jantung gurun ini, di tempat yang dikenal sebagai "Abyss of Suffering", angin yin bertiup kencang membawa butiran pasir yang menggesek kulit seperti ribuan jarum beracun.Tempat ini sejak dahulu kala dihindari bahkan oleh para kultivator tingkat tinggi, sebab konsentrasi energi yin yang pekat dapat merusak meridian dan mengganggu aliran qi.Lolongan serigala gurun terdengar dari kejauhan, berpadu dengan suara-suara aneh yang tidak berasal dari makhluk hidup
Zarina mundur selangkah, wajahnya yang semula penuh kemenangan kini berubah pucat pasi."Ti-tidak mungkin," bisiknya, suaranya bergetar oleh ketakutan murni."Jurus itu... jurus itu seharusnya sudah punah bersama Raja Kelelawar Hitam!"Cakar pertama bergerak dengan kecepatan yang mustahil untuk ukurannya, menampar Zarina dengan kekuatan yang mampu menghancurkan batu karang.Suara tamparan itu bergema di seluruh alun-alun, diikuti suara tulang yang remuk dan jeritan pendek yang terputus.Tubuh Zarina terlempar seperti boneka kain, menabrak tiang bendera festival hingga patah menjadi dua.Darah segar menyembur dari mulut dan hidungnya, matanya melebar oleh keterkejutan dan kesakitan yang tak terbayangkan. Tulang rusuknya yang remuk menonjol dari balik kulit, merobek gaun sutranya yang indah.Sebelum tubuhnya menyentuh tanah, cakar kedua melesat maju, jari-jarinya yang panjang melingkari leher Zarina dengan presisi mematikan. Cengkeraman itu mengangkat tubuhnya yang remuk ke udara, kaki-
Darah hitam kemerahan menyembur dari mulut Rong Tian, mengalir deras bagai mata air yang pecah. Rasa asin dan pahit memenuhi indera pengecapnya sementara rasa sakit yang tak tertahankan menghujam setiap titik meridian dalam tubuhnya.Serangan sosok berjubah perak itu bukan hanya menghantam fisiknya, tetapi juga merusak aliran qi hingga ke tingkat paling fundamental.Setiap tarikan napas terasa seperti menelan ribuan jarum yang menusuk paru-parunya.Rong Tian terhuyung, lutut kanannya membentur tanah berbatu dengan suara berdebum pelan. Pandangannya berputar liar, dunia di sekitarnya melebur menjadi pusaran warna yang kabur.Keringat dingin membasahi dahinya, mengalir turun membaur dengan darah yang masih mengucur dari sudut bibirnya. Ia berusaha bangkit, namun tubuhnya seolah dirantai oleh beban tak terlihat, terlalu berat untuk digerakkan.Di tengah kesakitan yang mencabik-cabik kesadarannya, telinganya menangkap suara gerakan halus. Suara kain sutra yang bergesekan dengan angin, dii
Rong Tian melangkah mendekat, domain energinya masih aktif di sekitarnya. Ia membungkuk untuk mengambil pedang, jari-jarinya hampir menyentuh gagang pedang yang berkilau keemasan.Tepat saat itu, langit di atas mereka mendadak berubah. Awan-awan yang tadinya putih bersih kini berputar cepat, membentuk pusaran gelap yang menakutkan. Suara gemuruh terdengar, seolah langit sendiri sedang marah.Sebuah kilatan cahaya perak menyambar dari pusat pusaran, diikuti hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Langit seolah terbelah, menciptakan celah dimensi yang menampakkan kegelapan tak berujung di baliknya.Dari celah itu, satu sosok muncul.Berpakaian serba perak dengan topeng yang menutupi separuh wajahnya, sosok itu memancarkan aura kultivasi yang jauh melampaui Rong Tian dan Zarina. Hawa dingin yang memancar darinya membuat udara di sekitar membeku, menciptakan kristal-kristal es kecil yang melayang di udara.Tanpa kata, sosok itu mengulurkan tangannya. Pedang Emas Langit Barat yang terge