Beranda / Urban / Pewaris Naga Majapahit / Bab 157. LURAH BAMBANG

Share

Bab 157. LURAH BAMBANG

Penulis: MN Rohmadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-23 22:26:21

Bab 157. LURAH BAMBANG

Setelah menentukan pilihan, Jaka segera masuk ke rumahnya.

Apalagi udara semakin dingin ketika malam semakin larut, meskipun bagi Jaka yang menguasai ilmu Prana, dinginnya suhu udara gunung Kelud, bukanlah apa-apa.

Keesokan paginya, Jaka menikmati suasana pagi hari bersama Suminten dengan duduk di depan perapian.

Di dekatnya ada satu gelas kopi hitam yang menebarkan aroma harum dari kopi asli Indonesia yang sangat harum dan nikmat.

Saat pagi berganti siang, Jaka berpamitan kepada ibunya untuk jalan-jalan ke kampung yang ada di bawah.

Meskipun rumah orang tuanya masih satu kampung dengan pusat perkampungan di bawahnya, akan tetapi jarak terdekat dari tetangganya sekitar seribu meter.

Maklumlah, keluarganya Jaka Kelud merupakan keluarga paling miskin di desa lereng gunung Kelud ini.

Sehingga almarhum Sarno atau ayahnya hanya bisa membangun rumah di tempat terjauh dari perkampungan.

Sesampainya di pusat perka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 201. MIMPI BURUK

    Bab 201. MIMPI BURUK “Apa? Bagaimana suhu tubuhnya naik menjadi empat puluh lima derajat? Kamu segera panggil dokter jaga untuk menangani bapak Rustam Buwono, saya akan segera sampai ke Rumah Sakit.” Begitu memberi perintah kepada perawat Maya, panggilan telepon diakhiri. Dengan ekspresi panik, dokter Sasongko langsung mencuci mukanya dan mengganti pakaian seadanya, kemudian keluar dari rumah setelah berpamitan kepada istrinya. Malam sangatlah larut, bahkan bisa dibilang sudah dini hari karena menurut waktu yang lewat tengah malam, maka waktu sudah berganti ke hari berikutnya. Tiga puluh menit kemudian sampailah dokter Sasongko di Rumah Sakit Swasta. Dengan langkah cepat dokter Sasongko berjalan menuju ruang VVIP nomor sepuluh, dia hanya menganggukkan kepala ketika satpam dan perawat yang berjaga menyapa dirinya. “Bagaimana keadaan bapak Rustam? Apakah demamnya sudah turun?” Terdengar suara seseorang yang baru saja masuk kedalam ruang VVIP

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 200. RUSTAM BUWONO DARURAT

    Bab 200. RUSTAM BUWONO DARURAT Tubuh Rustam Buwono tiba-tiba saja menggigil seperti orang yang kedinginan dengan mulut terus mengigau seperti orang kepanasan. Sementara itu di wajah dan tubuhnya dipenuhi dengan keringat sebesar biji jagung yang langsung membuat pakaian yang dikenakannya basah kuyup. Mata Melati Sugiri yang sedang terpejam tampak bergerak-gerak, kemudian terbuka lebar. Seketika itu juga dia menoleh ke arah sumber suara, matanya segera membelalak lebar. Dengan cepat dia berdiri dari atas sofa dan menghampiri brankar dimana Rustam Buwono berada. “Sayang, kamu kenapa? Apanya yang sakit?” dengan suara penuh dengan kekhawatiran, Melati Sugiri segera menyentuh kening Rustam Buwono. “Aduh, kenapa suhu tubuhnya panas begini? Dokter, mana dokter?” Dengan panik Melati Sugiri segera menekan tombol darurat yang ada di atas brankar, untuk memanggil dokter jaga atau perawat untuk datang memeriksa suaminya. Hanya beberapa menit se

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 199. MENGALIHKAN SASARAN SANTET

    Bab 199. MENGALIHKAN SASARAN SANTET “Aki tidak bisa melakukan apapun, bagaimana akan mengirim santet, kalau aki tidak tahu nama maupun wajahnya? Sebaiknya kamu cari target lain atau kamu selidiki terlebih dahulu, bagaimana caranya agar kamu bisa menemukan orang itu.” Kepala Anton Buwono langsung terasa pusing, ketika Aki Buwono menyarankan menyantet orang lain, atau dia mencari tahu terlebih dahulu siapa nama orang yang tidak terlihat wajahnya. Anton Buwono terdiam setelah mendengar saran dari Aki Buwono. Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya dia berkata, “Ki, kalau Aki menyantet kakak saya apa bisa? Tapi jangan mengirimi santet benda atau sesuatu yang mencurigakan.” “Maksudnya?” Aki Salaka kembali bertanya, untuk mengetahui lebih spesifik apa yang diminta Anton Buwono. “Sebenarnya saya datang kemari untuk mencari tahu dalang dari penyebar video pengakuan anak buah saya dan menyantet nya. Akan tetapi karena orang itu tidak kita ketahui w

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 198. PENAMPAKAN TUBUH TANPA WAJAH

    Bab 198. PENAMPAKAN TUBUH TANPA WAJAH Cahaya putih itu perlahan berubah, detik demi detik hingga akhirnya di dalam air yang ada di Pusaka Kaca Benggala memunculkan sebuah pemandangan kota yang sangat menakjubkan serta indah. Pemandangan itu berupa sebuah jembatan berwarna merah yang lebih dikenal sebagai Jembatan Ampera yang membelah sungai Musi di kota Palembang. Perlahan pasti pasti seperti sebuah trailer sebuah film box office, di dalam air yang telah berubah menjadi layar monitor televisi. Dari layar monitor ajaib itu menayangkan sebuah pemandangan indah dari jembatan Ampera menuju sebuah rumah sederhana yang ada di sebuah perkampungan. Kemudian muncullah sosok Rois yang sedang berdiri dengan ketakutan menghadap ke seseorang yang memakai pakaian serba hitam. Mata Anton Buwono semakin di tajamkan saat melihat sosok Rois, yang merupakan anak buahnya pelaku penabrak mobil Rustam Buwono. Mata Anton Buwono lebih tepatnya dia sedang menajamkan p

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 197. PUSAKA KACA BENGGALA

    Bab 197. PUSAKA KACA BENGGALA “Baiklah, saya juga tahu kalau kamu tidak akan membawa ube rampenya, dasar kebiasaan orang kaya selalu saja begitu,” gurau Aki Salaka yang sudah tahu sifat orang-orang kaya dari kota besar jika membutuhkan jasanya. Kemudian Aki Salaka memanggil seseorang yang ada di bagian dalam rumahnya. “Nyai, tolong siapkan sesaji untuk membuka pusaka Kaca Benggala!” “Baik Ki,” terdengar suara seorang wanita menjawab permintaan Aki Salaka. Anton Buwana dan Aki Salaka kemudian memasuki sebuah ruangan yang sangat gelap, saking gelapnya ruangan ini membuat jari tangan pun tidak bisa di lihat. “Duduklah,” terdengar suara Aki Salaka memberi perintah. Meskipun suasana di dalam ruangan ini sangat gelap, akan tetapi Anton Buwono seperti sudah sangat mengenal setiap jengkal suasana di dalam ruangan ini. Tak lama kemudian seorang wanita tua memasuki ruangan gelap ini bersama seorang pria paruh baya yang memakai pakaian serba hitam dan

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 196. AKI SALAKA SANG DUKUN SANTET

    Bab 196. AKI SALAKA SANG DUKUN SANTET Anton Buwono yang mendengar perkataan Aki Salaka hanya tersipu malu, karena apa yang dikatakannya memang benar. Tapi tidaklah mungkin dia akan datang ke rumah Aki Salaka yang membutuhkan waktu tempuh selama lima jam, kalau dia tidak membutuhkan bantuannya. “Begini Ki, gimana cara ngomongnya ya?” “Sudah tinggal ngomong saja kenapa? Kenapa kamu harus malu-malu sama Aki?” “Ehem… begini Ki, saya sedang menghadapi masalah yang saya sendiri tidak tahu siapa pelakunya,” kata Anton Buwono setelah sebelumnya batuk kecil untuk menghilangkan rasa gugupnya. Aki Salaka tetap diam mendengarkan perkataan Anton Buwono, dia tidak berusaha memotong perkataannya. Hal ini dilakukan agar Anton Buwono tidak gugup dan bisa dengan mudah menyampaikan uneg-unegnya. Sementara itu Anton Buwono yang melihat ekspresi Aki Salaka yang tampak serius untuk mendengar uneg-unegnya, kembali berkata, “Saya sebenarnya sudah berulan

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 195. RUMAH TUA DI LERENG GUNUNG SALAKA

    Bab 195. RUMAH TUA DI LERENG GUNUNG SALAKA “Bos jangan…!” Secara reflek sekretaris Nilam berteriak mencegah apa yang akan dilakukan Anton Buwono yang sedang memegang ponselnya. Anton Buwono yang sudah mengangkat ponsel sekretaris Nilam untuk membantingnya segera membatalkan rencananya. “Kamu hapus semua video tentang berita ini, saya tidak ingin melihat kamu menonton berita yang ngawur seperti itu.” Perintah Anton Buwono dengan suara tegas, sambil meletakkan ponsel sekretaris Nilam di atas meja ke dekatnya. Dengan ekspresi ketakutan sekretaris Nilam segera mengambil ponselnya, kemudian menghapus berita onlin itu tepat di depan Anton Buwono. “Sudah saya hapus pak, apakah ada yang perlu saya kerjakan atau bapak membutuhkan bantuan saya?” Sebelum pergi keluar dari kantor direktur, sekretaris Nilam berbasa-basi menawarkan tenaganya untuk membantu Anton Buwono. “Sudah sana pergi, peringatkan semua karyawan untuk menghapus berita h

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 194. PENGAKUAN KEDUA

    Bab 194. PENGAKUAN KEDUA Suara Jaka Kelud yang dilambari Ajian Penakluk Sukma langsung memasuki hati dan jiwa Yitno. Mana mungkin Yitno tidak langsung takluk, bahkan harimau atau gajah pun jika di serang dengan perinta yang di lambari Ajian Penakluk Sukma, juga akan langsung menurut seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. “Tentu, tentu saja akan menuruti perintah Raden.” “Baiklah, kalau kamu akan menuruti perintahku. Saya hanya ingin kamu membuat pengakuan tentang kecelakaan yang terjadi beberapa bulan yang lalu.” “Maksud Raden? Kecelakaan yang mana?” “Kecelakaan itu, saat kamu menabrakkan mobil Pajero Sport putihnya ke arah mobil yang dikendarai Rustam Buwono.” “Maksud Raden, kejadian yang membuat Raden Rustam Buwono mengalami kecelakaan parah itu?” “Iya betul, apakah kamu sanggup membuat pengakuan dan mengatakan siapa yang memerintahkan kamu untuk melakukan aksi percobaan pembunuhan itu?” “Tentu saja saya sanggup, tapi…. apa Raden bersun

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 193. PENGGABUNGAN DUA AJIAN MENJADI SATU

    Bab 193. PENGGABUNGAN DUA AJIAN MENJADI SATU Pandangan Mata Jaka Kelud tiba-tiba menembus apapun yang ada di hadapannya. Kemudian di dalam pandangan matanya muncul seorang pria berusia tiga puluh tahunan memakai kaos oblong dengan celana kolor pendek sedang menaiki sepeda motor disebuah jalan pedesaan. “Eh, bukankah itu pria yang bernama Yitno seperti foto yang pernah diberikan Wagimin dari gudang nomor 51 kepadaku?” “Benar. tidak salah lagi, pria yang sedang mengendarai sepeda motor itu adalah orang yang sedang saya cari.” “Eh, tunggu dulu. Bagaimana bisa orang itu tiba-tiba muncul di pandangan mataku? Ini nyata atau fatamorgana saja? Saking kepinginnya saya menangkap Yitno yang menabrak Om Rustam beberapa bulan yang lalu.” Jaka Kelud tampak berperang dengan alam pikirannya sendiri, ketika melihat keajaiban sejak dia mempraktekkan Ajian Mata Malaikat. “Aduh, kenapa saya begitu bodoh? Bukankah kakek guru sudah menjelaskan fungsi dari

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status