Share

Terpesona

Pagi ini Shazhad akan menghampiri rapat perdananya bersama para mentrinya. Pelayan menyiapkan pakaiannya memakaikan kain kaftan pada tubuh kekar sang Sultan itu, Shazhad terlihat sedikit gugup, meraih dasi yang melekat pada kerah bajunya. "Ini hari pertama ku menjadi pemimpin kerajaan ini." Aiden menunduk dan segera membuka pintu kamar, mendampingi Shazhad dari belakang.

Di asarama pelayan.

Saat para gadis pelayan saling bercengkrama sesama mereka, Gauri membuka pintu asrama sebelum berkata. "Jangan membuat kebisingan, hari ini kalian akan melaksanankan pelatihan khusus pelayan. Setiap hari kalian akan mengikuti pelatihan khusus pelayan sebelum menjadi pelayan tetap istana,"

"Ayo cepat berbaris!" Ben segera menginstrusikan mereka untuk berbaris. Kanaya si Pelayan VIP dengan langkah kaki mantap berjalan menuju Alice. "Apa kamu memahaminya!"

"Ya, Saya memahaminya," Alice dengan patuh menjawab teguran Kanaya. Setelah mendengar jawaban Alice Kanaya segera enyah dari hadapannya merasa sedikit puas dengan jawaban Alice kali ini, Gauri pun ikut tersenyum mendengarnya sebelum meninggalkan ruangan asrama.

Di kamar Ava Alverta (Ibu Shahzhad atau Ibu Ratu).

Shazhad datang dari luar ruangan ,"Ibu, Aku tidak akan bisa bekerja, sebelum mendapat restumu," Datang memeluk Ibu Ratu, "Restuku selalu menyertaimu singa kecilku." Nyonya Ava membalas pelukan putranya.

" Ngomong-ngomong kapan Chelsea dan cucuku sampai kesini? Ibu telah memepersiapkan kamar untuk mereka." Tanya Nyonya Ava yang tak sabar lagi  untuk bertemu dengan cucunya. Shazhad tersenyum kecil segera menjawab pertanyaan itu. "Ibu, Mereka akan segera sampai, jet pribadi kita sudah menjemput mereka. Apakah Ibu sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan mereka?" 

"Tentu saja, Ibu sudah lama tidak mendengar ocehan Ervin di sekitar rumah ini, sangat terasa sepi tanpa suara anak itu." Nyonya Ava sedikit mengeluh karena kesepiannya tanpa cucu kesayangannya itu.

Di dalam jet Boeing 707-138.

Chelsea menatap keluar kaca jet, tersenyum sipu ketika mengingat kenangan manis bersama Shazhad, malam itu dimana Shahzhad sedang sibuk membuat cincin giok, Chelsea yang mengenakan gaun tidur putih susu memeluk Sazhad dari belakang. "Pangeranku,"

"My Girl, Aku sedang sibuk membuat cincin ini, biarkan aku menyelesaikannya," 

"Tidak, Aku tidak mau," Jawab Chelsea genit sembari berpindah duduk ke pangkuan Shazhad, menatapnya dengan seksama. Kecupan panas langsung terjadi di antara dua insan tersebut.

"Apa kita sudah sampai ma, mari kita turun dan segera menemui papa, dan oma, bermain di istana putih." Ervin menggangu lamunan Chelsea, "Kita akan segera sampai, Pangeran kecilku.” Jawab Chelsea dengan penuh semangat.

“Aku merindukan Papa, dan juga Tuan Aiden. Apa Tuan Aiden masih ada di istana?” 

“Tentu saja, Papa, oma, dan juga Tuan Aiden semua menunggu kita di istana.”

Di Istana Malaka.

Saat Shazhad hendak menuju ruang rapat.  Alice yang sedang membersihkan pajangan dinding, pada lorong Ruang Istana.

“Apa Istana ini sangat luas, hingga masih banyak debu dimana-mana, ini sangat menyebalkan. Aisshhhh!” Alice tidak berhenti mengoceh saat membersihkan lukisan-lukisan itu, tiba-tiba terpeleset karena berdidri tak seimbang di atas bangku penyangga badan pendeknya.

“Aaaaaaaaaa!”  Tepat pada saat Shazhad melewati lorong itu, tanpa diduga Shazhad menyambut tubuh Alice. Keduanya sama-sama menatap dalam, tangan Alice secara spontan memegang lengan kekar sang sultan menciptakan getaran tak terduka menjalar dari saraf tangannya menuju hulu hati.

Tanpa sadar keduanya menatap dalam satu sama lain, fitur wajah Shazhad yang sanagat tampan membuat Alice sangat terpesona dengan wajah itu, bahkan dia tak menduka sang pangeran memilik wajah sangat tanpan dan memiliki pesona pangeran yang tak bisa dibantah, begitupula sebaliknya Shazhad memindai kecantikan wajah Alice dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan.

Selang beberapa menit setelah Alice kembali pada kesadarannya. “Maafkan saya Sultan,” Alice segera berdiri tegap dan melepas pelukan sang Sultan dengan langsung menundukkan wajahnya. Shazhad beberapa detik melirik dan memindai seluruh tubuh Alice yang berdiri kaku setelah kejadian barusan, dan berbalik arah meninggalkan Alice tanpa kata-kata.

“Alice. Apa yang terjadi,” Tanya Faraya bergegas mendekati Alice.

Alice yang sangat terpesona dengan ketampanan Shazhad masih terpaku, “Pangeran itu sangat tampan Faraya,” Jawab Alice penuh kehaluan.   

“Sultan, kita akan ke ruangan rapat, sebelah sini.” Aiden memberi arah kepada Shazhad karena nampaknya Shazhad salang tingkah setelah kejadian itu.

“Aku pasti sedang tidak fokus,” Ujar Shazhad membela dirinya.

Aiden tersenyum tipis menyaksikan hal itu. Ketika sampai di ruang rapat, semua mentri sudah menunggunya di luar ruangan.

Saat menatap Sultan beserta pengawal pribadinya dari kejauhan. “Apa yang sultan lihat dari seorang Aiden hingga mau mengangkat pengawal biasa menjadi pengawal pribadi, sepertinya perbuatan sultan ini sangat menyinggung penasehat kerajaan, bukankah begitu Tuan Pradipta?” Senyum picik lahir dari sudut bibir Tuan Narendra.

“Sttttt. Apa yang sedang kamu bicarakan Tuan Narendra, itu adalah keputusan Sultan yang patut kita hormati.” Sela Tuan Farhat.

Selang beberapa menit Sultan Sazhad sudah berada tepat di depan para mentri kerajaan, semua mentri memberi salam penghormatan dengan membungkukkan badan Sembilan puluh derjat.

“Salam Tuan Farhat, ikutlah denganku, sebagai teman dekat dan pendamping ayahku, Aku ingin menanyakan beberapa hal kepadamu,” Sahzhad memasuki ruangan rapat yang di ikuti oleh Tuan Farhat. Sementara para mentri yang lain  tetap menunggu di pintu masuk sampai dipersilahkan masuk oleh Sultan nantinya. Aiden yang juga menunggu di pintu masuk menatap ke arah Tuan Narendra.

Tuan Narendra mendekati Aiden dan berkata, “Hi Aiden, kedudukanmu sudah lebih tinggi dari elang sekarang. Bagaiman caramu untuk membujuk Sultan hingga mengangkatmu menjadi pengawal pribadinya secara langsung seperti ini? Hahhaha, Aapakah Sultan hanya kasian padamu karna kamu pelayan yang berbakat!”

“Ini perintah Sultan, Perintahnya bahkan lebih kuat dari besi yang paling kokoh sekalipun Tuan Narendra,” Aiden menjawab dengan sedikit mengangkat suaranya di hadapan Tuan Narendra.

Di dalam Ruang Rapat.

“Apa Ayahku, banyak menderita Tuan Farhat?” Sazhad menatap keluar jendela bertanya dengan kesedihan yang mendalam di hatinya.

“Di akhir hayatnya Sultan Amir sangat mempersiapkan kematiannya, selalu berdoa samapai nafas akhirnya, melalui malam terakhirnya beliau mengoceh tentangmu. Semoga Sultan Amir dapat beristirahat dengan tenang dan menempati Surga-Nya. Aamiin.”

“Apakah pesan terakhir ayahku untuk kerajaan ini Tuan Farhat?”

“Beliau memerintahkan untuk pengangkatan Tuan Pradipta dan Tuan Narendra setelah pelantikanmu berlangsung,”

“Apakah Ayahnda tidak membicarakan pelanggaran yang dilakukan Tuan Narendra terhadap para investor Arab? Ketidakadilan dan kekejaman  yang di alami oleh para nasabah bank, Apa yang dia lakukan itu sangat tidak terhormat, belum lagi apa yang terjadi pada pondok tambang minyak di Panutua! Katakan Padaku, Apakah ini Peradilan Malaka? Sengaja tutup mata dan telinga tentang semua kekacauan ekonomi rakyat? Apakah ini kedaulatan dan keadilan?” Sazhad meninggikan suaranya karena sangat kesal dengan kekacauan ekonomi yang terjadi akibat ulah salah satu mentrinya itu.

“Tidak Ya Mulia,” Tuan Farhat langsung mengambil posisi menunduk karena tak berani menatap langsung sang Sultan pada saat ini.

Di luar ruang rapat.

“Kenapa Tuan Frhat begitu lama, Apa yang mereka bicaran selama itu?” Tuan Narendra dengan ocehannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status