Share

Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku
Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku
Penulis: L.A. Zahra

Bab 1. Lelaki Miskin

Penulis: L.A. Zahra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-16 09:49:41

"Ceraikan suamimu dan menikahlah dengan Sean. Dia jauh lebih baik dibanding lelaki miskin itu!" bentak Rudi yang tak lain adalah ayahnya Alana.

"Tapi aku sangat mencintai Evan, Ayah! jangan paksa aku berpisah dengannya!" Hati Alana sangat sakit mendengar ucapan tak pantas yang keluar dari mulut ayahnya sendiri.

“Apa yang bisa kamu banggakan dari suami miskin seperti dia? Hanya kerja serabutan, mana bisa mencukupi keseharian kalian!” sentak Rudi dengan penuh emosi.

Rudi datang ke rumah Alana saat sore hari, ia ingin memastikan keadaan sang anak yang katanya tidak tercukupi setelah menikah dengan Evan empat bulan yang lalu.

"Yang terpenting kan aku masih bisa hidup dengan baik, Yah," jawab Alana, “bagiku, terlepas Evan bekerja seperti apa, yang penting dia tidak melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan hukum dan agama,” Lanjutnya.

"Ayah tak terima melihatmu bersama dengan pria miskin itu, Alana!" bentak Rudi lagi, "coba kamu bayangkan, seandainya kamu menerima saat dijodohkan dengan Sean, sudah pasti hidupmu saat ini tidak akan susah," sindir Rudi, mengungkit-ungkit lelaki yang Alana tolak.

Alana tertunduk diam dan tidak membantah, kata-kata menyakitkan seperti ini bukan hanya sekali atau dua kali ia dengar dari Rudi. Bahkan Ibu dan juga Adik laki-lakinya pun terus menerus menyudutkan Evan karena latar belakangnya yang miskin dan hanya bekerja serabutan.

Bahkan, Adik lelaki Alana yang bernama Brian pun juga sering mengatakan hal menyakitkan seperti itu. Jangankan menghargai sang Kakak ipar, adiknya Alana itu bahkan berani menghina dan merendahkan suami dari kakaknya tersebut.

"Sudahlah, lebih baik Ayah jangan mengomel terus. Evan pun tentunya tidak ingin terlahir dengan kehidupan yang sulit. Mungkin saja, memang sudah takdirku yang seperti ini, Yah," jelas Alana sembari meminta Rudi untuk duduk dengan maksud agar Ayahnya itu menjadi lebih tenang.

"Salah Ayah yang merestui hubungan kalian." Walaupun nadanya mengecil, Alana masih dapat mendengarnya dengan jelas, rasanya sangat sakit saat Rudi mengatakan telah menyesal merestui pernikahan mereka.

"Ayah! Jangan bicara seperti itu," sergah Alana. "Apa ayah rela melihatku lebih menderita Ketika tidak menikah dengan Evan?!" sambungnya.

"Ayah bisa menjodohkanmu dengan laki-laki lain yang bisa kamu cintai, Alana. Jangan berpikir bahwa kamu itu tidak memiliki apa pun, kamu itu cantik serta pandai, dan juga pantas mendapatkan yang lebih baik dari Evan!" sentak Rudi lagi.

Alana langsung bangkit berdiri, meninggalkan ruang tamu dan menuju dapur.

"Kalau Ayah masih terus ingin mengomel, lebih baik Ayah pulang, sebentar lagi Evan sampai rumah dan aku tidak ingin dia mendengar omelan Ayah."

"Alana! Sudah berani kamu, ya!" Rudi beranjak dari kursi dan langsung pergi dari rumah anak perempuannya itu.

Alana menangis dalam diam, air mata mengalir perlahan membasahi pipi, dadanya terasa sesak setiap kali mendengar sang Ayah selalu menghina suaminya.

"Aku pulang!" suara Evan terdengar dari pintu, Alana buru-buru menghapus air mata.

"Oh, kamu pulang telat hari ini," jawab Alana sembari mengusap air mata dan mencoba untuk menenangkan diri supaya tidak menangis lagi.

"Matamu sembab, kamu habis menangis?" tanya Evan.

"A-ah iya, ini aku menangis karena gagal membuat kue," jawab Alana berbohong, agar suaminya tak curiga.

"Benarkah? Tidak apa-apa, kamu bisa mencobanya lagi, jangan menyerah sebelum berhasil!” jawab Evan, mengelus lengan Alana. Hal itu membuatnya semakin merasa nyaman karena sikap lembut sang suami.

"Kamu lapar, kan? Sayang sekali, aku tidak masak apa pun hari ini.”

“Ya sudah, kita beli saja. Di depan gang sana, aku lihat tadi ada tukang sate, kamu mau?”

“Mau!” jawab Alana dengan semringah.

Setidaknya, kedatangan Evan dapat membuatnya melupakan sejenak omongan Rudi tadi.

Alana pun bergegas untuk mandi, ia sekilas melihat Evan sedang menghubungi seseorang di depan rumah, hal itu membuat Alana berpikir jika atasan suaminya mungkin sedang mengomel lagi, karena pendapatan dari toko hari ini yang sepertinya tak mencapai target.

Alana merasa kasihan pada Evan, karena harus mati-matian bekerja keras demi dirinya. Terbesit niat untuk bekerja supaya bisa membantu suaminya. Karena itulah, Alana memutuskan untuk mencari kerja esok hari.

Sedangkan di depan rumah, Evan tampak masih asyik berbincang di telepon selagi menunggu Alana selesai mandi.

“Pak, Anda harus segera muncul di rapat penting perusahaan kali ini, karena, para investor ingin Anda sendiri yang mengurus persoalan ini," ujar Danu, yang merupakan asisten pribadi Evan. Selama ini dialah yang telah membantu untuk menyembunyikan identitas Evan yang sebenarnya kepada Alana dan keluarga.

“Suruh mereka untuk datang lagi, besok pukul 09.00,” jawab Evan.

“Baik Pak, apakah besok, Anda ingin saya jemput?” tanya Danu dengan hati-hati.

“Tidak usah, aku akan berangkat ke kantor sendiri.”

Setelah Evan menutup telepon, Alana memanggil untuk menyuruhnya membersihkan diri.

“Kamu cantik sekali, sayang," puji Evan pada Alana yang memang bukan hanya parasnya saja yang cantik, tetapi hatinya pun cantik.

“Tidak usah menggombal, lebih baik sekarang kamu membersihkan diri, lalu kita berangkat makan.”

“Baik, Ibu Ratu!” ledek Evan.

Setelah selesai mandi, Evan pun segera bersiap.

“Maaf, ya. Aku hanya bisa mengajakmu membeli sate, itu pun di pinggir jalan. Lain kali, aku berjanji akan membawamu makan ke restoran mahal dan enak!” sungguh Evan merasa kasihan pada Alana gara-gara harus merasakan hidup sulit karena kebohongan yang dilakukannya.

“Iya, iya, aku tak masalah meski kita harus membeli makanan di pinggir jalan. Justru aku yang harus minta maaf, karena belum bisa menjadi istri yang bisa kamu banggakan. Bahkan, aku sama sekali tak bisa membantu perekonomian kita," ucap Alana dengan raut kesedihan yang tersirat dari wajah cantiknya.

“Tidak, kamu sudah menjadi kebanggaanku lebih dari apa pun yang kamu ketahui. Terima kasih karena sudah menerimaku menjadi suamimu, Alana," ucap Evan begitu tulus. Ia bahkan rela menjadi miskin asalkan bisa menikah dengan wanita pujaannya itu.

Kemudian Alana berjalan maju ke arah Evan, dan memeluknya dengan erat.

Ketika Evan sedang merasakan kehangatan pelukan sang istri, tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu. Alana yang terkejut pun kemudian melepaskan pelukan dan bergegas membukakan pintu.

“Maaf, Anda siapa?” tanya Alana, heran.

“Mana suamimu? Suruh dia keluar dan temui ayahnya!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
L.A. Zahra
coba lagi aja, kak. mngkin jaringannya lagi kurang bagus.
goodnovel comment avatar
Mamarani
kok nggak bisa di buka bab selanjutnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku   Bonus

    Bagaimana dengan akhir kisah yang lainnya?Danu, sungguh sebuah keberuntungan di pesta kecil. Pelayan yang waktu itu ia temui ternyata sudah sejak lama menaruh perasaan padanya. Tak ingin membuang-buang waktu, asisten Evan tersebut langsung melamar sang gadis dan buru-buru menentukan tanggal pernikahan.Cherry dan Alvin, benar-benar sesuatu yang tak terduga. Berawal dari sebuah sandiwara, perempuan yang sama sekali tak pernah mengenal cinta itu pun pada akhirnya memilih untuk melabuhkan hati pada laki-laki yang pantang menyerah untuk memperjuangkannya. Meski Alvin sedikit lebih lemah darinya, pria itu selalu saja berusaha melindungi dalam situasi apa pun. Benar-benar sosok yang sangat Cherry impikan.Sasa dan Deo, mereka terus bertengkar sampai akhirnya muncul perasaan saling suka. 'Bisa karena biasa', mungkin itulah salah satu pepatah yang cocok untuk mereka, mengingat kebencian mereka awalnya begitu mendalam, tetapi bisa-bisanya malah berubah menjadi rasa suka.Brian, beberapa kali b

  • Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku   Bab 204. Akhir Yang Indah

    "Sayang hati-hati! Kamu sedang menggendong Zayn," teriak Alana."Ya, tenang saja," sahut Evan yang sekilas menoleh ke arah Alana.Dengan menggendong Zayn, Evan yang sudah bersemangat pun menghampiri mobil tersebut. Lalu semua yang berada dalam kendaraan itu pun keluar bersamaan.Evan menghampiri sang kakek yang tengah diangkat ajudannya ke kursi roda."Kakek, tumben sekali. Ada perlu apa?" tanya Evan dengan tatapan bahagia bertemu sang kakek."Dasar cucu durhaka! Bukannya menanyakan kabar malah tanya ada perlu apa!" hardik Willy.Evan tertawa melihat kakeknya itu marah. "Ayo masuk dulu."Disaat bersamaan muncul Jeny yang sejak tadi hanya diam di dalam mobil tak berani menunjukan batang hidungnya. Ia tampak malu-malu karena sadar pernah melakukan kesalahan.Evan yang hatinya sedang dalam keadaan baik pun tak memperdulikan masalah yang telah berlalu. Ia malah tersenyum menatap ibunya itu."Ibu, ayo masuk! kebetulan aku akan mengadakan pesta kecil-kecilan," ajak Evan seraya melambai ke ar

  • Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku   Bab 203. Hari Bahagia

    Tanpa berpikir dua kali, Evan langsung pulang meski Candra sempat mengundangnya untuk makan siang merayakan keberhasilan rencana mereka."Maaf, mungkin lain kali," ujar Evan yang pikirannya sudah melayang-layang entah ke mana."Tidak masalah, lain kali masih bisa. Pulang dulu saja, istrimu sudah menunggu di rumah," ujar Candra.Evan tersenyum simpul. "Kalau begitu, sampai jumpa di lain waktu."Evan berlari menuju mobil, diikuti oleh Danu dan Deo yang juga tampak gelisah, khawatir terjadi sesuatu di rumah.Danu langsung melajukan mobil dengan kecepatan melebihi biasanya.Selama perjalanan, Evan tak hentinya menelepon Alana. Namun, hasilnya nihil karena tak sekalipun sang istri menjawab panggilan tersebut."Apa yang terjadi?" Evan mengacak-acak rambutnya, saking kesal."Seharusnya tidak terjadi apa-apa, semua musuh sudah berada dalam genggaman kita. Kecuali…" Deo seolah ragu untuk melanjutkan kalimatnya."Apa? Kenapa kamu selalu saja menyebalkan!" hardik Evan."Hey tenanglah, kamu terla

  • Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku   Bab 202. Akhir Dari Seorang Penjahat

    "Apa maksudmu, Deo?" Evan menatap temannya itu dengan tatapan heran."Kamu lihat saja!" titah Deo.Beberapa menit menjelang berakhirnya sesi visi misi, Anwar sempat menunjukan beberapa program hebat yang ia rencanakan akan dikerjakan jika dirinya terpilih menjadi walikota nanti."Beberapa lahan kosong akan saya buat menjadi taman yang sisi lainnya dikhususkan untuk area bermain anak-anak. Ini salah satu contoh desain taman." Anwar menunjuk ke layar besar dengan penuh percaya diri.Namun, yang muncul di layar tersebut bukanlah apa yang Anwar maksudkan, melainkan sebuah video di mana dirinya sedang berjabat tangan dengan si pemilik panti asuhan. Suaranya terdengar jelas ke seluruh penjuru."Bagaimana dengan uang dari donatur panti asuhanmu?" tanya Anwar yang wajahnya terpampang jelas dalam video tersebut."Sudah saya transfer semua ke rekening Bapak, bahkan uang hasil mengemis dan mengamen anak-anak pun sudah saya setor," ujar pemilik panti asuhan yang tampak begitu hormat pada Anwar."B

  • Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku   Bab 201. Debat Walikota

    Danu langsung menoleh ke arah Deo. Ia merasa jika ternyata ada yang berpenampilan lebih parah darinya. Gelak tawa seakan membuat sang bos dan asistennya itu sedikit melupakan ketegangan yang akan mereka hadapi.Deo masih belum sadar jika dirinya sedang menjadi bahan tertawaan. Ia pun langsung masuk dan duduk di samping Evan dengan santainya."Maaf, tadi aku terlalu lama menyiapkan penyamaran ini," ujar Deo, "ayo kita berangkat sekarang!"Danu langsung melajukan mobil murah yang sengaja dipinjam untuk mendukung penyamaran tersebut."Kenapa kamu harus menyamar jadi perempuan?" Evan bertanya sambil terus terbahak-bahak. "Lalu, kenapa dadamu menggembung begitu?""Setidaknya penampilan ini akan membuatku mudah menyelinap ke belakang layar," ujar Deo yang sedang fokus menatap layar ponselnya.Alasan Deo tak membuat Evan berhenti tertawa. Ia terus saja terpingkal setiap kali menatap Danu dan Deo, merasa jika kini mereka terlihat seperti grup lawak."Berhenti tertawa! Kita ini sedang berangka

  • Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku   Bab 200. Bala Bantuan

    Laki-laki jahat di depan Evan tertawa puas, merasa kemenangan telah berada di tangannya.Karena kalah jumlah, anak buah Evan tak bisa menghalau lagi orang-orang yang baru saja datang itu. Meski begitu, beberapa di antaranya masih berusaha menghadang meski pada akhirnya berakhir lengah dan pihak Dody berhasil melumpuhkannya."Menyerahlah, Evanders. Kami bukanlah lawanmu!" timpal pria yang berada di hadapan Evan."Menyerah? Aku tidak takut pada penjahat yang memakan uang anak yatim piatu seperti kalian!" balas Evan."Masih besar kepala juga rupanya? Apa kamu tidak sadar dengan kondisimu sendiri? Jangan sok menjadi pahlawan jika diri sendiri saja sedang dalam keadaan terdesak," ujar pria tersebut."Aku, terdesak? Seharusnya kamu sedikit menoleh ke belakang." Evan pada akhirnya bisa tersenyum penuh kemenangan saat tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.Pria jahat di hadapan Evan awalnya ragu, tetapi pada akhirnya memilih untuk menoleh saat ia merasa jika suasana menjadi sedikit hening.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status