Share

Pewaris Tunggal
Pewaris Tunggal
Penulis: mrd_bb

Bab 01: Di Pecat Dari Kesatuan

Sudah lebih 5 batang rokok yang dia isap, pria bertubuh kekar tampan ini memandang kosong ke depan, terkadang matanya bersorot tajam, baju batiknya baru saja di buang ke tanah.

Wajahnya bak campuran ada ke Arab-araban, ada juga bule-bulenya. Namun kulitnya tak putih tak juga hitam, sedang saja, agak ke kuningan mendekati putih, rambutnya hitam terlihat agak berantakan, karena beberapa kali tadi dia mengacak-acak rambutnya sendiri.

Celananya masih coklat tua dan kaos putih ketat yang membungkus badan tegapnya, dia melirik lagi di tanah, sebuah map warna kuning yang berisi surat pemecatannya sebagai seorang aparat kepolisian dengan tidak hormat, sengaja ia lempar sambil menahan emosi.

Kesalahannya menembak seorang penjahat, tapi keluarga yang di duga penjahat ini melawan di pengadilan dan pria ini persalahkan. 

Melalui beberapa kali sidang kode etik serta skorsing yang dia terima, keluarlah keputusan tegas, dia pecat dari kesatuan, dengan pangkat terakhir Inspekstur Satu alias Iptu.

Yang membuat ia kesal bukan main, komandannya dikesatuan yang selama ini menjadi atasannya seakan lepas tangan demi mengejar karir dan ia di korbankan.

Padahal operasi penyergapan yang dilancarkan dan di pimpin langsung sang komandan dan dia hanya ikuti perintah saja.

Bahkan sang komandan ini juga yang memerintahkan tembak saja kawanan pengedar narkoba kalau diketahui melawan atau melarikan diri.

Namun fakta di lapangan berbeda, saat penyergapan keluarga pengedar ini tak terima dan mereka menggugat di pengadilan dengan alasan keluarga mereka yang penjahat itu saat di dor tak melawan dan tak bersenjata.

Dia adalah Brandon Irwansyah, seorang polisi muda yang harus mengakhiri karir polisinya dengan tragis di usia muda, yakni 25 tahun.

Dia masih ingat, saat sidang di pengadilan, istri si penjahat itu selalu menatap tajam wajahnya, wanita yang terlihat sangat cantik itu seakan tak mau memaafkan penembakan terhadap suaminya, yang sudah setahun lebih jadi DPO kepolisian, karena menjadi bandar narkoba lumayan kakap di Jakarta.

Brandon pun di vonis bersalah dan di hukum percobaan selama 6 bulan, yang sangat dia sesali karirnya di kepolisian juga rontok, terhitung sejak hari ini dia menjadi warga sipil, bukan lagi berstatus anggota korps berbaju coklat.

Brandon termasuk anggota buser yang sangat handal, dia memiliki kemampuan sebagai penembak ulung. Jarang sekali orang yang kena tembakannya luput, rata-rata kena dan sasaran Brandon adalah bahu atau kaki.

Brandon dijuluki algojo oleh rekan-rekannya di kepolisian, namun kini sang algojo hanya bisa duduk termenung di sebuah taman kota, tanpa memperdulikan lalu lalang orang-orang di sana.

Dia teringat bagaimana almarhum ibunya dan ayahnya harus bertengkar hebat, gara-gara dia masuk kepolisian, di mana harus menjual sebuah tanah, agar dia bisa lulus sebagai salah satu calon perwira kepolisian.

“Aku sudah banyak keluar duit saat dia kuliah, masa masuk akademi kepolisian harus bayar, katanya gratis, aku tak mau jual tanah itu, itu tanah bapak ku satu-satunya, apa kata saudaraku nanti kalau di jual!” sungut Bahar, ayahnya dengan nada marah.

“Tapi bang, kata si Brandon, jatah kelulusan hanya dua orang dan saingannya secara fisik masih menang Brandon, namun saingannya itu mau main duit!” Kanah, ibunya tak mau kalah.

Seminggu kemudian, Brandon kaget, saat ibunya memberikan duit 50 juta pada dia, dengan pesan agar duit itu segera di berikan ke oknum yang bisa meluluskan Brandon di akademi kepolisian.

Kanah tak pernah mau terbuka darimana duit itu diperoleh, setelah uang itu di serahkan, tak lama kemudian Brandon pun pamit untuk sekolah akademi kepolisian selama 2 tahun, karena ia di katakana lulus.

Setahun kemudian Brandon harus bersimpuh dengan mata memerah, ibunya kini terbujur di dalam kuburan, karena meninggal dunia, tanpa sempat melihat dia lulus sebagai polisi.

Penyebabnya baru dia tahu, saat malamnya dia di damprat ayahnya habis-habisan di rumah.

“Kamu tau uang 50 juta itu dulu di mana almarhum ibu kamu dapat, dia berhutang pada lintah darat, setiap bulan harus di cicil 3 juta dengan bunga 30 juta, dia lalu jatuh sakit kecapekan bekerja sebagai pembantu dan juga jualan gorengan dan saat ini hutang itu terpaksa bapak yang melanjutkan pelunasan, karena ibu kamu meninggal dunia!” Bahar memandang sengit anak tunggalnya ini, nada suaranya sangat meninggi sambil menatap wajah Brandon.

Bahar sendiri hanyalah seorang PNS golongan rendah, gajinya yang 5 jutaan kini tersisa hanya 2 jutaan, karena sudah di potong cicilan motor dan juga rumah yang kini mereka tempati.  

Brandon hanya bisa diam, dia tak bisa ngomong apa-apa lagi, hanya sehari di rumah, dia langsung pamit kembali ke asrama kepolisian di Bogor, meninggalkan rumah dan kampungnya yang berada tak jauh dari Pelabuhan Ratu.

Sebelum pulang, sekali lagi dia menyempatkan berziarah ke makam ibunya.

“Saya janji bu, akan mengembalikan utang-utang ibu dan juga uang ayah…setahun lagi saya akan lulus kepolisian!” batin Brandon, sejak saat itulah wajahnya yang biasa tersenyum ceria, berubah jadi dingin dan tak banyak bicara.

Brandon pun tak mau pamit ke ayahnya, dia diam-diam saja pergi, karena dipikirnya percuma pamit, yang ada dia malah kembali akan kena marah dan dampratan ayahnya ini.

Brandon aslinya tak tahu, kalau ayahnya itu bukan ayah kandungnya, saat menikahi ibunya, ibunya yang mantan TKW di Malaysia sudah berbadan dua ketika ijab kabul dengan ayahnya ini dan memutuskan jadi IRT saja lagi, tak lagi jadi TKW.

Dia tahu jati dirinya secara tak sengaja!

Ceritanya ketika dia pulang kembali ke rumah, bermaksud mengantar undangan untuk hadir di acara kelulusannya sebagai anggota kepolisian, dengan pangkat perwira, yakni Inspekstur Dua atau Ipda.

Brandon kaget saat tiba di rumah ayahnya dan tahu ayahnya ini sudah beristri kembali dan tinggal di rumah itu, istri baru ayahnya masih muda dan cantik, usianya sekitar 26 tahunan dan sedang hamil anak pertama.

Tapi istri baru ayahnya ini tetap baik dengannya, dan ibu tirinya inilah yang menyambutnya di rumah, karena ayahnya masih di kantor, menjelang sore baru ayahnya datang.

Ayahnya diam saja saat Brandon meletakan undangan di meja tamu, dia pun lalu ke kamarnya untuk beristirahat, tak ada percakapan apapun di antara keduanya.

Tak ada rasa senang atau kebanggaan sebagaimana layaknya seorang ayah, yang tahu anaknya kini sudah jadi seorang perwira kepolisian. Wajah ayahnya biasa-biasa saja alias datar-datar saja. 

Saat akan menuju meja makan, bermaksud makan malam, karena perutnya lapar, Brandon pun mendengar percakapan ayahnya dan istri barunya ini.

“Jadi bapak ga bakal datang di acara wisuda Brandon sebagai polisi?” tanya Winah, istri Bahar.

“Buat apa datang, aku bukan ayah kandungnya, entah siapa ayah kandungnya, karena Kanah saat ku nikahi sudah hamil 3 bulan!” deggg…bak di sambar petir Brandon mendengar ucapan ayahnya ini.   

“Kamu lihat saja, mana ada mirip-miripnya aku dengan si Brandon, bikin malu dan kelak banyak pertanyaan kelak kalau aku hadir, mending tak usah datang!” sungut Bahar pada istrinya ini, Winah langsung diam dan tak berani lagi bicara.

Rasa lapar Brandon langsung hilang, dia tak menyangka kalau orang yang selama ini di anggapnya ayah kandungnya, kini blak-blakan mengatakan kalau dia bukan darah dagingnya.

“Hmmm…pantas sejak aku kecil, ayahku tak pernah baik denganku…dan wajahku memang berbeda dengan dia!” batin Brandon, sambil terduduk lesu di kamarnya.

“Siapa ayahku sebenarnya…!” pertanyaan-pertanyaan ini selalu terbetik di hati Brandon.

Besoknya Brandon pun pamit dengan ayah dan ibu tirinya ini, niatnya untuk bermalam seminggu di rumah ia batalkan.

Kenyataan kalau dia bukan anak kandung ayahnya ini membuat mental Brandon jatuh, awalnya ibu tirinya ini kaget, tapi Bahar terlihat biasa saja, Brandon tetap menghormati Bahar, dia menyalami lengan orang tua ini, termasuk istri Bahar, walaupun muda hanya hanya selisih 3 tahunan dengannya, Brandon tetap hormat, karena Winah ini istri ayahnya, atau kini ayah tirinya.

Sejak saat itulah, sampai kini Brandon tak pernah menjejakan lagi ke rumah Bahar dan istrinya ini, pernah dia mengirimi duit buat mengganti utang ibunya dulu, tapi dia transfer ke Ira sepupunya, Parmin, ayah Ira adalah kakak dari ibu kandungnya.

Menurut Ira, Bahar hanya mengucapkan terima kasih saat Ira mengantarkan uang 50 juta ke rumah itu, tidak pernah menanyakan Brandon di mana atau lagi tugas di mana.

Ira yang tak tahu menahu soal itu sempat bertanya dengan Brandon, apakah dia ada masalah dengan Bahar, Brandon hanya bilang tak ada.

Brandon bertekad akan merahasiakan hal ini, karena dia punya misi akan menyelidiki siapa ayah kandungnya kelak.

Kini, dengan status mantan perwira polisi, makin malas Brandon pulang kembali ke Sukabumi, dia ingin mengubah nasibnya di Jakarta.

Tapi niatnya untuk menyelidiki siapa ayah kandungnya tak pernah padam, dia masih memiliki tabungan beberapa puluh juta.

Sehingga saat dia keluar dari dinasnya, Brandon pun menyewa kos kecil dengan sewa 500 ribu sebulan.

Setelah 3 hari di pecat dari kepolisian, Brandon menemui mantan atasannya di Bandung yang kini bertugas di Mabes Polri, yakni Kombes Polisi Roni.

Mereka janjian bertemu di sebuah kafe, karena Kombes Roni juga tak enak menemui Brandon di markas kepolisian, mengingat Brandon baru saja di pecat sebagai polisi dengan tidak hormat.

Tujuan Brandon hanya satu, minta tolong mantan atasannya itu agar bisa dicarikan pekerjaan…! 

Ya Brandon tak biasa menganggur, ia ingin kembali bekerja, apapun pekerjaan itu, untuk menyambung hidup!

*****

BERSAMBUNG

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Gundu Vivie D'fourth
bagus dan menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status