Kombes Pol Roni menatap wajah dingin Brandon, sebagai polisi yang masih bertugas di bagian reserse, dia menangkap ada dendam yang kuat di mata anak muda ini, dendam pada mantan atasannya yang membuat dia di pecat sebagai polisi, karena dia anggap sengaja menjerumuskan dirinya dalam sebuah operasi penangkapan bandar narkoba.
Setelah minum dan menghela nafas, Kombes Roni bertanya apa keperluan Brandon bertemu dengannya.
“Aku butuh pekerjan komandan!” sahut Brandon singkat, tanpa basa-basi.
“Kamu mau kerja apa?”
“Apa saja, jadi pembunuh bayaran pun tak apa!”
Kagetlah Kombes Roni, ia lalu tersenyum dan mencomot sebatang rokok lalu menawarkan ke Brandon, yang diterima Brandon tanpa banyak tanya.
“Maukah kamu jadi bodyguard?” tawar Kombes Roni, Brandon tanpa basa-basi langsung mengangguk.
“Hmm…baiklah tunggu sebentar!” Kombes Roni lalu menelpon seseorang.
“Ya Jack Black, dia mantan anak buahku yang handal, mungkin kamu butuh karyawan baru!” Kombes Roni terdengar menelpon seorang pria yang dia panggil Jack Black.
Setelah bersenda gurau sekitar 10 menitan, Kombes Roni lalu menutup telponnya, dia kemudian kembali menatap Brandon.
“Kamu temui Jack Black, dia mantan TNI yang mempunyai usaha jasa bodyguard, catat alamatnya!”
“Siap komandan…!” Brandon lalu mencatat alamat yang disebutkan Kombes Roni di smartphonenya.
Setelah bicara ini dan itu, Brandon pun permisi dengan Kombes Roni dan mereka pun berpisah.
Kombes Roni menatap punggung kokoh Brandon yang meninggalkannya.
“Sayang sekali, padahal masa depannya awalnya sangat baik sekali, sungguh terlalu Kombes Irana, sengaja mengorbankan anak muda tampan ini, agar posisinya naik jadi Brigjend Polisi, semoga Brandon tak nekat membalas dendam kelak!” batin Kombes Roni, sambil terus melihat Brandon berjalan keluar dari kafe tersebut.
Brandon yang masih galau ini malas jalan-jalan tanpa tujuan, dia langsung pulang ke kost naik motor sport miliknya, kostnya yang terletak di sebuah gang tak terlalu lebar dan lumayan padat warganya, sebelah kosnya juga berupa kos-kos lainnya, kamar kostnya mirip rumah bidakan dan dia sudah membayar selama 6 bulan ke depan.
Setelah melepas jaket kulit dan menaruh helm di atas meja kamar kostnya yang hanya memiliki satu kamar dan satu dapur kecil, Brandon melihat smarthonenya bergetar, ternyata dari Tantri, pacarnya.
Tantri seorang polwan berpangkat Bripka, yang bertugas di Polda Metro Jaya dan sudah hampir 2 tahun menjalin hubungan khusus dengan Brandon.
“Brandon, kamu di mana?” suara Tantri terdengar lembut.
“Aku di kost Tantri, sudah seminggu tak lagi di asrama!” sahut Brandon sambil menyebutkan alamat kostnya.
Terdengar helaan nafas dari Tantri, seakan berat menyampaikan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
“Ada apa Tantri?” tanya Brandon tak enak hati dia mendengar kekasihnya ini seperti menghela nafas.
“Brandon…ayah dan ibuku meminta pernikahan kita di batalkan…mereka bilang…karena kamu sudah di pecat, masa depan kamu suram!” lama Brandon terdiam setelah mendengar ucapan kekasihnya ini.
Polwan cantik yang jadi kekasihnya ini memang sangat cantik, Tantri sering tampil di TV Swasta dalam program khusus kepolisian, penampilannya bak selebriti saja.
Banyak yang iri dengan hubungan keduanya, tapi semuanya tak ada yang menyalahkan, Tantri emank cantik, tapi Brandon juga tak kalah tampan, mereka di anggap pasangan serasi di kepolisian.
Terlebih pangkat Brandon juga sudah perwira, yakni Inspektur Satu.
Brandon dan Tantri mulai menjalin cinta kala mereka sama-sama bertugas di Bandung, karena sudah lama berhubungan juga keduanya sudah melangkah sangat jauh, yakni tak sungkan lagi berhubungan layaknya suami istri, keduanya pun memutuskan akan menikah 6 bulanan lagi.
Orang tua Tantri juga setuju, namun setelah pemecatan dirinya sebagai anggota kepolisian, kabar yang barusan Brandon terima seakan pukulan godam yang ditorehkan langsung ke lubuk hatinya.
Tanpa sadar, smartphone yang ada di tangan Brandon terlepas, beberapa kali Tantri menelpon balik, Brandon tak menggubrisnya lagi.
Wajah Brandon mengeras, wajah mantan atasannya Kombes Polisi Irana terbayang di matanya. Tanpa sadar dia memukul pegangan kursi, ingat bagaimana sang komandannya itu saat bersaksi di komisi etik kepolisian dan pengadilan, mengatakan kalau Brandon bertindak di luar perintahnya sehingga Brandon dipersalahkan bertindak indisipliner.
Brandon benar-benar kalut, tapi akal sehatnya masih jalan, beberapa kali dia menahan hatinya yang sangat sakit, sakit di pecat dari kesatuan, sakit dibatalkan menikah dengan kekasihnya, bertambah sakit lagi saat dia teringat kalau dirinya bukan anak kandung Bahar dan sampai kini dia tak tahu siapa ayah kandungnya.
Untung saja pistol yang biasa selalu ada di dekat dirinya, kini telah di kembalikan ke kesatuannya, andai ada di dekatnya, mungkin pistol itu akan dia arahkan ke kepalanya sendiri.
Brandon juga tak suka minuman keras, dia lebih suka nge gym atau berlatih karate, saat galau itulah dia mendengar suara ribut di sebelah kostnya.
Awalnya Brandon tak memperdulikan, tapi lama-lama suara itu makin bising dan terdengar pukulan lalu isak tangis seorang wanita.
Brandon pun terusik, dia paling benci mendengar wanita di kasari, Brandon keluar dari kostnya dan dia mendekati suara pertengkaran itu.
Pintu kost itu terbuka di depan pintu itu terlihat seorang wanita sedang di piting seorang lelaki di lehernya.
“Ada apa pa, kenapa wanita itu di piting begitu, dia bisa mati lemas!” tegur Brandon, sikapnya seolah masih seorang polisi aktif.
Beberapa warga terlihat hanya menonton, tak ada yang berani menegur apalagi menolong wanita malang itu, yang sedang dipiting pria yang terlihat kasar dan berotot tersebut.
“Ga usah ikut campur urusanku, pergi kamu!” pria itu menatap marah pada Brandon.
Kaget juga Brandon dibentak begitu, di lihatnya wanita yang dipiting itu seperti lemas, kalau lambat di tolong bisa berakibat fatal.
“Lepaskan wanita itu!” kembali Brandon bersikap persuasive, kemarahannya mulai timbul juga, walaupun dia tak tahu apa masalahnya hingga wanita malang itu dipiting sedemikian rupa.
“Ehhh ngeyel kamu yaa,” pria ini melepas pitingannya pada wanita itu dan mendekati Brandon yang hanya berjarak 3 meteran dari dia.
Tiba-tiba di tangannya sudah terhunus sebuah belati, banyak warga yang berteriak kaget melihat itu dan memperingatkan Brandon.
Namun Brandon terlihat tenang-tenang saja, begitu dekat pria sangar ini langsung mengayunkan belatinya, diiringi teriakan wanita yang dipiting tadi dan beberapa warga.
Brandon mundur selangkah hingga ayunan belati itu luput, lalu sebuah pukulan keras Brandon layangkan ke wajah pria itu, kemarahan yang tadi Brandon tahan-tahan kini seakan mendapatkan penyalurannya.
Bukan hanya satu kali pukulan, tapi serangan-serangan bertubi-tubi Brandon layangkan, pukulan dan tendangan tak mampu pria sangar dan kasar ini hindari, darah langsung mengucur di wajahnya, tangan yang tadi memegang pisau dan penuh tato tanpa ampun Brandon patahkan, hingga wanita itu dan beberapa warga bergidik melihat kekejaman Brandon.
Brandon berhenti mempermak pria malang itu, setelah badannya di peluk wanita ini.
“Sudah om…sudah omm…bisa mati dia kalau Om pukulin terus!” kata si wanita ini tanpa sadar memeluk tubuh Brandon.
Hingga kemarahan Brandon sedikit mereda, dia kemudian berhenti mengamuk dan melihat pria ini terkapar pingsan di teras kost itu.
Ada seorang warga yang berinsiatif mengontak kepolisian, sehingga tak lama setelah Brandon kini tenang dan menatap bengis wajah pria ini, datang dua orang polisi dan mereka kaget melihat ada pria berlumuran darah pingsan di teras.
Makin kaget lagi mereka saat tahu kalau pelaku pemukulan itu adalah Brandon, seorang perwira polisi muda yang baru-baru ini dipecat dari kesatuan.
Setelah mengumpulkan keterangan singkat, kedua polisi ini mengangkat tubuh pria yang tadi berlaku kasar pada wanita itu dan sekaligus mengamankan belati sebagai barang bukti.
Brandon juga nanti diminta ke kantor polisi untuk membuat keterangan.
Warga pun bubar dan ribut membicarakan kehebatan Brandon mempermak pria yang belakangan diketahui seorang preman yang paling ditakuti di kawasan itu, dan wanita yang dia permak tadi di duga akan diperasnya, namun nasibnya hari ini sial, karena bertemu Brandon yang lagi penuh beban pikiran.
Brandon kini duduk di rumah wanita yang barusan dia tolong dan terbebas dari akibat buruk perilaku kasar pria yang tadi sudah di permak habis-habisan oleh Brandon.
Barulah Brandon sadar, wanita ini memiliki paras yang manis dan cantik. Kulitnya putih bersih, walaupun tak terlalu tinggi, karena hanya sedada Brandon tingginya, lehernya yang tadi piting terlihat memerah.
“Sudah, tak usah khawatir, pria yang tadi mengasari kamu sudah di bawa polisi!” kata Brandon menenangkan wanita itu, yang terlihat membaluri leher dan pipinya yang sempat kena pukul dengan es yang dibungkus handuk kecil.
*****
BERSAMBUNG
“Makasih ya om sudah menolongku, namaku Novia, om siapa, benarkah mantan polisi, seperti yang dikatakan dua polisi tadi?” tanya wanita ini sambil menatap Brandon yang duduk di hadapannya dan duduk di kursi, sedangkan dia duduk di sisi ranjang, karena kost ini tidak memiliki ruang tamu.“Iya…aku mantan polisi…yang dipecat, panggil aku Brandon!” sahut Brandon pendek.“Kenapa kamu sampai dia kasari Novia, siapa lelaki itu sebenarnya, kalau kamu mau cerita, ceritalah, kalau ga mau juga ga-papa!” sifat dingin Brandon belum hilang, dia menatap tajam Novia yang saat itu memakai daster saja.“Dia itu namanya Punang, mantan pacarku, sifatnya kasar dan suka mabuk dan kerjaannya adalah tukang palak alias preman. Kami berpisah sudah lama, dia ingin balikan, tapi aku tak mau, mati aku dia siksa kalau balikan, entah darimana dia tau alamat kostku ini, padahal aku baru tiga bulan tinggal di sini!”“Ohh begitu…maafkan aku tadi, hampir saja membunuhnya…ternyata mantan pacar kamu Novia!” sahut Brandon
ck Black menatap satu persatu ke lima anak buahnya dari total 25 anak buahnya, wajahnya terpaku pada satu anak buahnya yang baru 2 bulanan bergabung ini, siapa lagi kalau bukan Brandon.Dia menatap dari ujung kaki hingga ke wajah pemuda jangkung kekar dan baru berusia 25 tahunan ini.Rambutnya tersisir rapi, dengan kulit sawo matang dan hidung mancung, wajah pemuda ini dingin dan terkesan pendiam, sorot matanya sebetulnya agak ceria, tapi kalau bibirnya mengatup rapat, matanya makin tajam, dan akan terlihat makin garang serta dingin saja.Sepintas Jack Black beranggapan Brandon ini cocok sekali kalau di jadikan sebagai pembunuh bayaran, dengan profil yang terlihat tak punya rasa kasihan begitu.Baju himnya yang berlengan pendek memperlihatkan badannya yang proporsional dan kokoh, di tambah celana jeansnya yang membungkus kakinya yang panjang dan terlihat kencang, tanda tubuh ini rajin melakukan latihan fisik yang keras.Jack Black lalu mengangguk-anggukan kepalanya, kayaknya dia sudah
Diawali saat Putri Zeremiah minta jalan-jalan di kawasan puncak, sang putri yang biasa di daerah gurun ini ingin menikmati cuaca dingin puncak terkenal sudah kesohor ini.Seperti biasa Putri Zeremiah tetap mengenakan baju santai kaos dan jeans, dipadu dengan sepatu kets, penampilan yang sang putri terlihat sangat cantik dan styles.Seperti biasa,Toni dan Brandon dengan sigap terus mengawal.Tanpa mereka sadari, sejak meninggalkan hotel dua mobil mereka sudah diikuti sebuah MPV warna hitam.Insting sebagai mantan polisi Brandon sudah tak enak, namun ia diam saja, baginya selama tidak mengganggu Putri Zeremiah, ia akan mencueki semuanya.Karena tugas utamanya bersama Toni hanya menjaga kenyamanan dan keamanan sang putri ini.Dua mobil ini akhirnya sampai di sebuah tempat wisata ekslusif yang megah dan mewah, saat keluar dari mobil Putri Zeremiah sudah berseru wow dan berkali-kali bilang wonderful.Tempat wisata yang terletak di kawasan Mega Mendung puncak ini benar-benar sangat indah, s
Melihat kedua penculik ini seakan ragu, Brandon yang tak sabaran langsung menendang kepala satu penculik yang dari tadi meringis kesakitan, hingga langsung jatuh tertelungkup dan pingsan seketika.Rekannya kaget setengah mati melihat kekejaman Brandon. Dia yang juga kena tembak di bahu dan kaki kini berinsut ke tanah menjauh sambil berteriak-teriak minta ampun.Brandon yang aslinya berdarah dingin tanpa ampun kembali menendang kepala penculik itu dan kembali sisa penculik ini pingsan seketika.Brandon lalu masuk kedalam mobil dan melepaskan ikatan lakban dimulut Putri Zeremiah.“Thank’s, tolong asisten saya itu, dia kedinginan di luar, bisa pingsan dia!” kata sang putri dalam bahasa Inggris yang fasih pada Brandon, Putri angkuh ini juga sangat ngeri melihat kekejaman Brandon.Tanpa banyak tanya Brandon keluar lagi dan menarik si asisten yang ketakutan dan kehujanan di samping mobil para penculik ini.Saat itulah datang Toni dan Jamal dengan tergopoh.“Ada ada Brandon!” kata Toni denga
Brandon mengalihkan tatapannya ke gelas wine dan sesekali mengangkat wajah, kalau Putri Zeremiah agak ngegas bercerita dalam bahasa Inggris yang sangat fasih.Selesai bercerita, barulah Putri Zeremiah menatap wajah Brandon, sekaligus menatap tubuh Brandon yang terbungkus kimono.“Hmmm….!” tanpa sadar putri ini kagum dengan tubuh kokoh Brandon.“Berapa usia kamu Brandon…?”“24 mau 25 tahun putri!”“Kamu sudah bekeluarga?” Brandon langsung menggeleng.“Punya pacar?” lagi-lagi Brandon menggeleng, Putri Zeremiah tersenyum memikat.“Kamu malam in tidur di sini jaga saya, tapi awas jangan lengah! Kamu tetap siaga dan terus jaga saya, okay..!”“Siap putri!” sahut Brandon.Tak lama kemudian Putri Zeremiah terlihat menelpon seseorang dalam bahasa Arab yang tak dimengerti Brandon, dia kini bergeser duduk di kursi lain dan membiarkan Putri ini sendirian menelpon.Besoknya Brandon kaget, saat melihat Jamal membawa tas bagasi, wajahnya terlihat memerah, sementara Toni tak terlihat.Brandon hanya m
Sampai di hotel kembali Putri Zeremiah yang sepanjang bersungut-sungut dan bilang betapa capenya jadi dirinya, selalu jadi sasaran kejahatan.Dia langsung masuk ke hotelnya dengan membiarkan Maya Asistennya membereskan semua belanjaannya, dia tak mau tahu, Putri ini ngeloyor saja ke kamar hotel mewahnya.Bagi Asisten Maya yang sudah hapal karakter bosnya ini, gaya begitu tak masalah.Karena tugas Brandon terus mengawal, tentu saja pria ini terus mengikuti sang putri yang masuk beristirahat di kamarnya.“Hmmm…kamu ikutin aku terus yaa! Aku saat ini pingin sendiri…kamu kalau mau istirahat silahkan saja, ku beri jatah sehari cuti, tapi besok pagi jam 10 kamu sudah on time kesini lagi, awas kalo telat, kamu bakalan ku pecat!”“Siap putri…!” sahut Brandon cepat.Ketika dia akan melankgkah keluar kamar, tiba-tiba si putri ini berubah pikiran, dia malah memanggil Brandon kembali, sehingga pria ini terpak
Brandon terbangun saat ada dengusan nafas dan kecupan kecil di bibirnya, ternyata Putri Zeremiah sudah berada di atas tubuh kokohnya, yang bikin Brandon kaget, putri ini sudah polos dan baju kimononya sudah terbuka semua, yang artinya mereka kini sama-sama ak pakai apa-apa lagi.“Handsome, kamu hebat sekali aku tadi malam sampai benar-benar teler luar dalam kamu bikin, udah lama banget aku tak begitu…!” bisik Putri Zeremiah.Brandon hanya tersenyum tipis, di pagi itu sang asisten bingung sendiri karena tuan putrinya tak keluar kamar hingga siang hari bersama sang pengawal gantengnya tersebut.Hubungan minor antara pengawal dan yang di kawal ini terus berlanjut hingga ke Bandung, Surabaya dan Manado, sesusai dengan jadwal Putri Zeremiah selama berkunjung di Indonesia.Hampir saja putri jelita kaya raya ini akan berlama-lama di Indonesia, kalau saja suaminya tak menelpon langsung dari Dubai.Karena istri ke tiganya ini sudah lebih
Brandon hanya duduk, lalu dia minum kopi yang sudah dingin dan tersisa setengah gelas bikinan Novia siang jelang sore tadi.“Eh udah dingin kok di minum lagi, tunggu bentar aku bikinkan yang baru mas!” Brandon kaget saat melihat Novia keluar hanya pake handukan dari kamar mandi dan kini ke belakang lagi, agaknya mau bikinkan kopi yang baru.“Ini mas di minum selagi panas, tadi aku belanja banyak buat keperluan sehari-hari, soalnya semuanya serba habis, bahkan beras aja habis, uang yang satu juta tadi pas dahh habis!” Novia lalu permisi ke belakang dan berganti dengan baju daster.Brandon lalu meletakan sisa uang 4 juta yang ada di dompetnya, uang merah Soekarno Hatta itu dia taruh di ranjang bekasnya ketiduran tadi.Tentu saja Novia yang keluar dari kamar mandi sambil sisiran kaget bukan main melihat uang itu tergeletak di kasurnya, dan Brandon bilang ini upahnya telah membantunya membersihkan kamar dan mencuci pakaiannya yan