Share

Bab 02: Melamar Jadi Bodyguard

Kombes Pol Roni menatap wajah dingin Brandon, sebagai polisi yang masih bertugas di bagian reserse, dia menangkap ada dendam yang kuat di mata anak muda ini, dendam pada mantan atasannya yang membuat dia di pecat sebagai polisi, karena dia anggap sengaja menjerumuskan dirinya dalam sebuah operasi penangkapan bandar narkoba.

Setelah minum dan menghela nafas, Kombes Roni bertanya apa keperluan Brandon bertemu dengannya.

“Aku butuh pekerjan komandan!” sahut Brandon singkat, tanpa basa-basi.

“Kamu mau kerja apa?”

“Apa saja, jadi pembunuh bayaran pun tak apa!”

Kagetlah Kombes Roni, ia lalu tersenyum dan mencomot sebatang rokok lalu menawarkan ke Brandon, yang diterima Brandon tanpa banyak tanya.

“Maukah kamu jadi bodyguard?” tawar Kombes Roni, Brandon tanpa basa-basi langsung mengangguk.

“Hmm…baiklah tunggu sebentar!” Kombes Roni lalu menelpon seseorang.

“Ya Jack Black, dia mantan anak buahku yang handal, mungkin kamu butuh karyawan baru!” Kombes Roni terdengar menelpon seorang pria yang dia panggil Jack Black.

Setelah bersenda gurau sekitar 10 menitan, Kombes Roni lalu menutup telponnya, dia kemudian kembali menatap Brandon.

“Kamu temui Jack Black, dia mantan TNI yang mempunyai usaha jasa bodyguard, catat alamatnya!”

“Siap komandan…!” Brandon lalu mencatat alamat yang disebutkan Kombes Roni di smartphonenya.

Setelah bicara ini dan itu, Brandon pun permisi dengan Kombes Roni dan mereka pun berpisah.

Kombes Roni menatap punggung kokoh Brandon yang meninggalkannya.

“Sayang sekali, padahal masa depannya awalnya sangat baik sekali, sungguh terlalu Kombes Irana, sengaja mengorbankan anak muda tampan ini, agar posisinya naik jadi Brigjend Polisi, semoga Brandon tak nekat membalas dendam kelak!” batin Kombes Roni, sambil terus melihat Brandon berjalan keluar dari kafe tersebut.

Brandon yang masih galau ini malas jalan-jalan tanpa tujuan, dia langsung pulang ke kost naik motor sport miliknya, kostnya yang terletak di sebuah gang tak terlalu lebar dan lumayan padat warganya, sebelah kosnya juga berupa kos-kos lainnya, kamar kostnya mirip rumah bidakan dan dia sudah membayar selama 6 bulan ke depan.

Setelah melepas jaket kulit dan menaruh helm di atas meja kamar kostnya yang hanya memiliki satu kamar dan satu dapur kecil, Brandon melihat smarthonenya bergetar, ternyata dari Tantri, pacarnya.

Tantri seorang polwan berpangkat Bripka, yang bertugas di Polda Metro Jaya dan sudah hampir 2 tahun menjalin hubungan khusus dengan Brandon.

“Brandon, kamu di mana?” suara Tantri terdengar lembut.

“Aku di kost Tantri, sudah seminggu tak lagi di asrama!” sahut Brandon sambil menyebutkan alamat kostnya.

Terdengar helaan nafas dari Tantri, seakan berat menyampaikan sesuatu yang mengganjal di hatinya.

“Ada apa Tantri?” tanya Brandon tak enak hati dia mendengar kekasihnya ini seperti menghela nafas.

“Brandon…ayah dan ibuku meminta pernikahan kita di batalkan…mereka bilang…karena kamu sudah di pecat, masa depan kamu suram!” lama Brandon terdiam setelah mendengar ucapan kekasihnya ini.

Polwan cantik yang jadi kekasihnya ini memang sangat cantik, Tantri sering tampil di TV Swasta dalam program khusus kepolisian, penampilannya bak selebriti saja.

Banyak yang iri dengan hubungan keduanya, tapi semuanya tak ada yang menyalahkan, Tantri emank cantik, tapi Brandon juga tak kalah tampan, mereka di anggap pasangan serasi di kepolisian.

Terlebih pangkat Brandon juga sudah perwira, yakni Inspektur Satu.

Brandon dan Tantri mulai menjalin cinta kala mereka sama-sama bertugas di Bandung, karena sudah lama berhubungan juga keduanya sudah melangkah sangat jauh, yakni tak sungkan lagi berhubungan layaknya suami istri, keduanya pun memutuskan akan menikah 6 bulanan lagi.

Orang tua Tantri juga setuju, namun setelah pemecatan dirinya sebagai anggota kepolisian, kabar yang barusan Brandon terima seakan pukulan godam yang ditorehkan langsung ke lubuk hatinya.

Tanpa sadar, smartphone yang ada di tangan Brandon terlepas, beberapa kali Tantri menelpon balik, Brandon tak menggubrisnya lagi.

Wajah Brandon mengeras, wajah mantan atasannya Kombes Polisi Irana terbayang di matanya. Tanpa sadar dia memukul pegangan kursi, ingat bagaimana sang komandannya itu saat bersaksi di komisi etik kepolisian dan pengadilan, mengatakan kalau Brandon bertindak di luar perintahnya sehingga Brandon dipersalahkan bertindak indisipliner.

Brandon benar-benar kalut, tapi akal sehatnya masih jalan, beberapa kali dia menahan hatinya yang sangat sakit, sakit di pecat dari kesatuan, sakit dibatalkan menikah dengan kekasihnya, bertambah sakit lagi saat dia teringat kalau dirinya bukan anak kandung Bahar dan sampai kini dia tak tahu siapa ayah kandungnya.

Untung saja pistol yang biasa selalu ada di dekat dirinya, kini telah di kembalikan ke kesatuannya, andai ada di dekatnya, mungkin pistol itu akan dia arahkan ke kepalanya sendiri.

Brandon juga tak suka minuman keras, dia lebih suka nge gym atau berlatih karate, saat galau itulah dia mendengar suara ribut di sebelah kostnya.

Awalnya Brandon tak memperdulikan, tapi lama-lama suara itu makin bising dan terdengar pukulan lalu isak tangis seorang wanita.

Brandon pun terusik, dia paling benci mendengar wanita di kasari, Brandon keluar dari kostnya dan dia mendekati suara pertengkaran itu.

Pintu kost itu terbuka di depan pintu itu terlihat seorang wanita sedang di piting seorang lelaki di lehernya.

“Ada apa pa, kenapa wanita itu di piting begitu, dia bisa mati lemas!” tegur Brandon, sikapnya seolah masih seorang polisi aktif.

Beberapa warga terlihat hanya menonton, tak ada yang berani menegur apalagi menolong wanita malang itu, yang sedang dipiting pria yang terlihat kasar dan berotot tersebut.

“Ga usah ikut campur urusanku, pergi kamu!” pria itu menatap marah pada Brandon.

Kaget juga Brandon dibentak begitu, di lihatnya wanita yang dipiting itu seperti lemas, kalau lambat di tolong bisa berakibat fatal.

“Lepaskan wanita itu!” kembali Brandon bersikap persuasive, kemarahannya mulai timbul juga, walaupun dia tak tahu apa masalahnya hingga wanita malang itu dipiting sedemikian rupa.

“Ehhh ngeyel kamu yaa,” pria ini melepas pitingannya pada wanita itu dan mendekati Brandon yang hanya berjarak 3 meteran dari dia.

Tiba-tiba di tangannya sudah terhunus sebuah belati, banyak warga yang berteriak kaget melihat itu dan memperingatkan Brandon.

Namun Brandon terlihat tenang-tenang saja, begitu dekat pria sangar ini langsung mengayunkan belatinya, diiringi teriakan wanita yang dipiting tadi dan beberapa warga.

Brandon mundur selangkah hingga ayunan belati itu luput, lalu sebuah pukulan keras Brandon layangkan ke wajah pria itu, kemarahan yang tadi Brandon tahan-tahan kini seakan mendapatkan penyalurannya.

Bukan hanya satu kali pukulan, tapi serangan-serangan bertubi-tubi Brandon layangkan, pukulan dan tendangan tak mampu pria sangar dan kasar ini hindari, darah langsung mengucur di wajahnya, tangan yang tadi memegang pisau dan penuh tato tanpa ampun Brandon patahkan, hingga wanita itu dan beberapa warga bergidik melihat kekejaman Brandon.

Brandon berhenti mempermak pria malang itu, setelah badannya di peluk wanita ini.

“Sudah om…sudah omm…bisa mati dia kalau Om pukulin terus!” kata si wanita ini tanpa sadar memeluk tubuh Brandon.  

Hingga kemarahan Brandon sedikit mereda, dia kemudian berhenti mengamuk dan melihat pria ini terkapar pingsan di teras kost itu.

Ada seorang warga yang berinsiatif mengontak kepolisian, sehingga tak lama setelah Brandon kini tenang dan menatap bengis wajah pria ini, datang dua orang polisi dan mereka kaget melihat ada pria berlumuran darah pingsan di teras.

Makin kaget lagi mereka saat tahu kalau pelaku pemukulan itu adalah Brandon, seorang perwira polisi muda yang baru-baru ini dipecat dari kesatuan.

Setelah mengumpulkan keterangan singkat, kedua polisi ini mengangkat tubuh pria yang tadi berlaku kasar pada wanita itu dan sekaligus mengamankan belati sebagai barang bukti.

Brandon juga nanti diminta ke kantor polisi untuk membuat keterangan.

Warga pun bubar dan ribut membicarakan kehebatan Brandon mempermak pria yang belakangan diketahui seorang preman yang paling ditakuti di kawasan itu, dan wanita yang dia permak tadi di duga akan diperasnya, namun nasibnya hari ini sial, karena bertemu Brandon yang lagi penuh beban pikiran.

Brandon kini duduk di rumah wanita yang barusan dia tolong dan terbebas dari akibat buruk perilaku kasar pria yang tadi sudah di permak habis-habisan oleh Brandon.

Barulah Brandon sadar, wanita ini memiliki paras yang manis dan cantik. Kulitnya putih bersih, walaupun tak terlalu tinggi, karena hanya sedada Brandon tingginya, lehernya yang tadi piting terlihat memerah.   

“Sudah, tak usah khawatir, pria yang tadi mengasari kamu sudah di bawa polisi!” kata Brandon menenangkan wanita itu, yang terlihat membaluri leher dan pipinya yang sempat kena pukul dengan es yang dibungkus handuk kecil.

*****

BERSAMBUNG

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ros Rosmah
baru dia rasakan
goodnovel comment avatar
sandy paembonan
jangan pernah coba " menyiram bensin ke api yang menyala karna bisa membakar dirimu sendiri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status