Dato Hasim mengangguk-anggukan kepala, dia menyetujui usul Brandon ini, setelah salah satu asisten membereskan pembayaran di kasir, kembali dua mobil beriringan ke jalan dan tujuan kembali ke Jakarta.
Untuk menjaga keamanan, Brandon kini duduk di samping sopir yang membawa datuk, Ali tetap di mobil semula, sedangkan Yusi salah satu Asisten Datuk berpindah ke mobil satunya yang sebelumnya ditempati Brandon dan Ali.
Asisten Rahman sesuai permintaan Dato Hasim, tetap duduk bersamanya di mobil mewah yang sangat laku di negara ini, karena merupakan lambang ke suksesan, dengan pintu geser.
“Terima kasih yaa..!”
Brandon menoleh sebentar, sambil mengangguk. Dato Hasim kemudian duduk bersandar di jok sambil memejamkan mata. Brandon sangat kagum melihat ketenangan Dato Hasim, sikapnya tak berubah dari tadi, tak ada kegugupan dari wajahnya, seolah kejadian barusan bukan hal yang perlu ditakutkan.
Beda dengan dua asistennya yang terlihat nervous, a
Dato Hasim menatap tulisan yang di tulis agak kurang rapi yang berbunyi:“Mohon maaf dato, saya terpaksa pamit dengan cara ini, saya sudah telat datang bulan selama dua bulanan ini, saya takut kalau nyonyah besar tahu. Saya akan kembali ke Indonesia, anak ini akan saya pelihara dan kelak kalau sudah besar, dia akan saya kasih tahu siapa ayah biologisnya, yakni Dato, selamat tinggal dato…kekasih dan suamikuItulah tulisan surat dari Kanah, sang PRT yang sempat menjalin cinta terlarang dengannya. Kini Dato Hasim kembali teringat masalalunya yang berliku dengan sang PRT asal Indonesia tersebut.Dato Hasim merupakan seorang pengusaha berpengaruh di Malaysia, selain sukses sebagai pengusaha, ia duga seorang mantan politisi dan 3 periode pernah jadi legislator.Namun sayang, perkawinannya dengan sang istri tidak membuahkan keturunan, bukan karena Dato Hasim yang mandul, tapi istrinyalah yang mandul.Tapi karena rasa cintanya yang da
Semua geger, bunyi letusan itu benar-benar nyaring, apalagi saat orang yang mengayun golok tadi terjengkang dengan tubuh berlumuran darah.Empat orang yang bermaksud ingin menebas Brandon langsung ciut nyalinya, melihat Brandon kini sudah berdiri lagi sambil memegang pistol.Mata Brandon terlihat liar, kentara sekali kemarahan diwajahnya makin memuncak.“Cepat kamu lepaskan Novia lalu pergi dari sini dan jangan coba-coba balik lagi ke sini, kalau masih bandel, aku tak segan memecahkan otak kalian dengan pistol ini!”Punang yang tak menyangka Brandon memiliki senjata api, pucat sekali, ia lalu menatap ke 4 rekannya yang kini terlihat mengangkat rekannya yang terkena tembakan di bahu dan mengaduh-aduh kesakitan.Melihat Punang ragu-ragu begitu, tiba-tiba duarrr…duarrrr dua kali tembakan kembali Brandon lepaskan, satu kena kaki Punang dan satunya kena kaki anak buahnya, yang dilihat Brandon masih petentang petenteng dari tadi,
Sambil menunggu Novia mandi, Brandon membuat kopi dan kini ia berdiri di depan jendela apartemen menatap jalanan yang ramai lancar.Ada kebimbangan dihatinya, apakah akan ke Kuala Lumpur atau bertahan di Jakarta, masih ada keraguan dan perang batin di hatinya.Brandon sudah bisa membayangkan, otomatis ia akan tinggal lama di sana, kecuali kelak minta cuti untuk pulang ke Jakarta.Saking aseknya melamun, Brandon tak tahu Novia sudah bersalin pakaian bersih dan kini membiarkan dirinya masih begitu di depan jendela apartemen. Bagi Novia, melihat Brandon suka termenung bukan pemandangan yang aneh.Melihat Brandon masih termangu dan agak lama terus begitu, Novia pun pelan-pelan mendekat.“Lagi mikiran apa Mas?”Brandon melirik ke Novia, tercium bau harum sabun mandi, Brandon mengakui dalam hati, Novia kini dan dulu saat awal ia kenal sudah berubah jauh lebih baik dan makin cantik saja. Namun tetap tak ada cinta pada ART nya ini, ia te
Besoknya, setelah beristirahat karena kelelahan bercinta dengan Novia, yang terlihat masih tertidur dengan nyenyak di sampingnya.Brandon menerima telpon dari Sektetaris Jack Black, kalau sang bos sudah setuju melepas Brandon menjadi pengawal Dato Hasim dan pembayaran juga sudah diberikan Asisten pribadi Dato Hasim, yakni Rahman.“Kamu siang nanti teken suratnya di kantor, uang kamu siang ini akan langsung ditransfer ke rekening, selamat bertugas jadi bodyguard Tuan Dato Hasim, semoga betah!”“Terima kasih Mita, nanti jam 3 sore aku ada di sana!”“Oke jangan telat yaa, surat-suratnya masih di ketik sama staf Yuni!” sahut Mita lagi.Setelah meletakan telpon, Brandon menoleh ke Novia yang masih nyenyak tertidur, dia melihat leher wanita ini penuh dengan tanda-tanda cap tawon yang ia bikin sejak kemarin.“Kamu cantik Novia, sayangnya aku tak mencintai kamu, semoga kelak kamu menemukan jodoh
Mendengar suara Dato Hasim, Rahman pun menyingkir dan membiarkan Rohima dan Balkan mendekati Dato Hasim di meja makan, keduanya hanya melirik Brandon yang berdiri di belakang Dato Hasim dengan sikap waspada.Penampilan kedua orang itu sangat berkelas, pakaian merekapun juga sangat mewah, kembali keduanya melirik sekilas ke arah Brandon yang terlihat tak sekalipun tersenyum, malah menatap keduanya dengan tajam.Tanpa duduk keduanya langsung saja berdiri di hadapan Dato Hasim yang masih duduk tenang di kursi makan, sambil menyeruput pelan-pelan minuman jus buahnya.Gaya keduanya sangat angkuh dan terlihat kepongahan, seakan mereka tak begitu menganggapi Dato Hasim yang lebih tua serta tuan rumah di sini.“Rohima, Balkan, apa masih kurang harta yang kubagikan buat kalian, sejak lahir sampai usia segini kalian tak pernah secuilpun bekerja, kecuali hanya habiskan harta saja!” Dato langsung saja menegur keduanya.“Dato, harta yang
Dato Hasim mempunyai nama asli Hasim Zailani, saat muda ia merupakan seorang remaja yang miskin tapi mempunyai wajah yang tampan, tak jauh beda dengan Brandon saat ini.Hasim Zailani mempunyai otak yang cerdas, setelah lulus sekolah, ia melanjutkan kuliah, sambil ke sana kemari mencari pekerjaan.Hasim sadar orang tuanya tak mampu membiayai kuliahnya, sehingga ia pun pontang-panting mencari kerja, agar bisa membayar biaya kuliah, bermacam-macam pekerjaan dia lakoni, mulai dari kerja bangunan, tukang parkir, hingga jadi calo kalau ada pertunjukan musik atau pertandingan sepakbola di stadion.Kalau kepepet dia tak segan nekat, Dato Hasim yang ternyata punya ilmu beladiri ini tak takut menjadi pembegal atau berkelahi dengan para preman, sehingga sejak muda Dato Hasim sudah tahu dunia kekerasan dan baginya itu masalah, daripada kelaparan.Hasim pun mendapatkan pekerjaan sebagai seorang cleaning service di sebuah perusahaan di Kuala Lumpur, sehingga pagi sampa
Setengah jam kemudian setelah Mr Rahim Lim marah-marah, Hasim pun mendapat tugas dari atasannya untuk membersihkan ruangan arsitek atau desain tersebut.Kertas-kertas yang berhamburan tadi ia masukan semua ke dalam sebuah kantong plastic, dia tak tahu menahu persoalan di dalam ruangan itu, dimana semua pegawai terlihat pucat dan ketakutan bakalan di pecat.Setelah bersih, seperti biasa ia keluar lagi dan bermaksud membuang kertas-kertas tadi ke bak sampah di luar gedung kantor ini, sekalian ingin pulang, karena tugasnya selesai untuk hari ini.Iseng-iseng Hasim melihat satu dua kertas itu, ia tersenyum melihat gambar sketsa sebuah gedung mewah yang belum selesai, ada 5 lembar kertas yang ia pandangi.Hasim ternyata kuliah di Jurusan Arsitektur sebuah kampus negeri di Kuala Lumpur, ia pun membawa ke lima kertas itu ke kost nya.Iseng-iseng Hasim muda mampu menggambar lebih baik dari puluhan arsitek mantan anak buah Koh Tak Win, hanya dalam waktu dua
Dua orang yang dipanggil Kim An dan Mellyana buru-buru maju ke depan sambil menunduk hormat dan menerima ke lima gambar itu dari Mr Rahim Lim.Mereka kembali ke tempat semula dan memperhatikan ke lima gambar ini dengan cermat, Mr Rahim Lim kini sudah duduk dan ia mempersilahkan ke 7 orang itu duduk kembali, ia sampai lupa mempersilahkan Hasim yang masih berdiri di belakangnya.Karena Mr Rahim Lim fokus menatap Kim An dan Mellyana yang kini sedang serius meneliti ke lima gambar yang di buat Hasim.“Mr Rahim, sketsa ini sudah mendekati sempurna, hanya kurang dikit lagi, kalau itu disempurnakan, hasilnya akan luar biasa!” itulah suara Kim An.“Betul Mr Rahim, sangat detil sekali di sketsa gambar ini, tinggal di sempurnakan seperi kata Mr Kim An!” kali ini Mellyana yang menyambung.“Maaf Mr Rahim, siapa yang menggambar ini, apakah bagian arsetiktur, setahu saya mereka hari ini akan diberi pesangon, karena akan di pecat sem