Melihat kedua penculik ini seakan ragu, Brandon yang tak sabaran langsung menendang kepala satu penculik yang dari tadi meringis kesakitan, hingga langsung jatuh tertelungkup dan pingsan seketika.
Rekannya kaget setengah mati melihat kekejaman Brandon. Dia yang juga kena tembak di bahu dan kaki kini berinsut ke tanah menjauh sambil berteriak-teriak minta ampun.
Brandon yang aslinya berdarah dingin tanpa ampun kembali menendang kepala penculik itu dan kembali sisa penculik ini pingsan seketika.
Brandon lalu masuk kedalam mobil dan melepaskan ikatan lakban dimulut Putri Zeremiah.
“Thank’s, tolong asisten saya itu, dia kedinginan di luar, bisa pingsan dia!” kata sang putri dalam bahasa Inggris yang fasih pada Brandon, Putri angkuh ini juga sangat ngeri melihat kekejaman Brandon.
Tanpa banyak tanya Brandon keluar lagi dan menarik si asisten yang ketakutan dan kehujanan di samping mobil para penculik ini.
Saat itulah datang Toni dan Jamal dengan tergopoh.
“Ada ada Brandon!” kata Toni dengan nafas memburu, tak lama datang Jamal juga bertanya yang sama.
“Putri Zeremiah hampir saja di culik, itu dua penculiknya pingsan dan ada dua orang lagi di hutan sana sudah ku buat pingsan juga!” sahut Brandon pendek, sambil menuntun Putri Zeremiah keluar dari para mobil penculik tersebut.
Lalu Brandon bergegas mengawal sang Putri dan Asistennya menuju mobil mereka yang berjarak agak jauh.
“Brandon, aku menelpon markas dulu agar membereskan para penculik itu!” kata Toni, Brandon langsung mengangguk.
Toni berbuat itu karena hatinya tak enak mendengar Putri Zeremiah memarahi sepanjang jalan sang asisten Jamal yang hilang bersamanya tadi, sementara sang Putri diculik dan untung ada Brandon yang menolongnya dan bersiaga.
Ucapan sang putri seakan ikut menyalahkan Toni yang ikutan lengah. Begitu sampai di mobil, Putri Zeremiah yang masih marah langsung melarang Jamal yang mau ikut satu mobil dan pulang bersama kembali ke hotel.
Brandon lalu meminta sopir agar segera tancap gas, begitu Putri Zeremiah dan Asistennya serta dia sendiri yang basah kuyup masuk mobil.
Si sopir yang kaget melihat ketiganya basah kuyup dan si putri yang tadi memarahi Jamal tanpa banyak tanya langsung melajukan mobilnya secepatnya, sesuai perintah Brandon.
Sebagai sopir berpengalaman, Bono cukup cekatan membawa mobil ini, sehingga dia mampu meliuk-liuk dijalanan dan akhirnya sampai ke jalan tol dan tancap gas menuju Jakarta.
Hujan masih turun dengan lebatnya, saat itulah Brandon dapat telpon dari Jack Black yang menanyakan kondisi sang putri.
“Semua aman terkendali pak, Putri Zeremiah sudah saya kawal menuju hotel kembali, sementara Toni masih di TKP untuk membereskan para penculik!” sahut Brandon singkat.
Jack Black lalu memberi petunjuk ini dan itu pada Brandon, yang hanya disahuti siap saja oleh Brandon dan didengarkan Putri Zeremiah.
Putri Zeremiah terlihat masih kesal, dia terus memandang Brandon yang duduk dekat sopir, sementara sang asisten sibuk mengganti bajunya dengan yang kering di dalam mobil, yang dia bawa di tas kecilnya, Brandon sengaja tak memperhatikan itu, wajahnya datar dan tanpa ekspresi.
Sang Putri ini sampai lupa berganti baju, dia hanya melapisi badannya dengan jaket tebalnya, dia benar-benar masih kesal dan marah dengan penculikan yang hampir saja menimpanya.
Saking cepatnya Bono membawa mobil, merekapun kini sudah sampai dihotel kembali yang berada di Jakarta Pusat.
“Brandon, kamu ikut saya ke kamar!” perintah Putri Zeremiah begitu sampai lobby hotel, Brandon hanya mengganguk siap dan ia mengikuti langkah sang putri cantik yang angkuh ini.
Sampai dikamar bertipe Presiden suite ini dengan tiga kamar yang besar, Putri Zeremiah tanpa banyak cakap segera berganti baju di kamarnya, diikuti asistennya yang tak banyak omong.
Brandon kebingungan sendiri, karena pakaiannya masih basah, pingin duduk di kursi tak enak kalau kursi itu ikutan basah, akibatnya dia hanya berdiri saja.
Tak lama kemudian Putri Zeremiah keluar kamarnya dan dia baru sadar sang bodyguardnya masih berbaju basah dan hanya berdiri dalam posisi siap.
“Heii Brandon, cepat ganti baju kamu itu dengan kimono dulu, itu ambil di lemari yang ada dikamar saya!” perintah sang putri ini tak dibantah Brandon, ia paham tipikal wanita seperti Putri Zeremiah ini tak suka basa-basi, langsung iyakan tanpa banyak tanya.
Tak sampai 5 menitan, Brandon sudah keluar lagi dengan menenteng bajunya yang basah, lalu dia taruh di bak khusus.
Dilihatnya Putri Zeremiah merokok dan minum wine dan kini duduk di ruang tamu sambil menyetel TV, sementara Maya, sang asistennya masih berada di dalam kamar, seperti menunggu perintah.
“Brandon…duduk sini, di depan saya, temani saya minum!”
Brandon langsung mengangguk dan kini ia duduk dan menerima dengan hormat segelas wine yang disodorkan Putri Zeremiah.
Setelah minum sampai habis, dan kini badannya mulai hangat dengan terus ditatap tajam Putri Zeremiah, Brandon pun mengambil sebatang rokok dari bajunya yang tadi basah, untung rokoknya tak basah, dia izin terlebih dahulu ingin merokok, Putri Zeremiah mempersilahkan.
Selama Brandon mengambil rokok, lalu mengisapnya pelan, tanpa Brandon sadari sang putri angkuh ini telah mulai berubah sikap dengannya.
Terlihat ada senyum misterius di bibirnya yang merah, Brandon yang bertipikal cuek tentu saja tak menyadari perubahan ini.
“Kamu mau tahu siapa dalang yang berniat menculik aku?” ucap sang putri tanpa basa-basi.
“Siap…kalau nyonyah mau cerita, saya senang sekali mendengarkan!” sahut Brandon singkat.
Terdengar dengusan dari nafas sang putri ini, dia menatap tajam wajah dingin Brandon yang tanpa ekspresi.
“Itu orang-orang suruhan istri pertama suami saya, Emir Thamrin, saya adalah istri ketiga, dia selalu berniat jahat dengan saya, penculikan ini yang ketiga, dua kali mereka gagal saat saya masih berada di Dubai, ternyata sampai ke Indonesia, mereka masih penasaran!” ceplos Putri Zeremiah sambil menuangkan wine ke gelasnya dan juga gelas Brandon.
Putri Zeremiah lalu berkisah, dia sebelumnya bekerja sebagai pramugari di sebuah maskapai di Eropa, lalu berkenalan dengan Emir Thamrin yang juga salah satu pangeran sekaligus pengusaha di Dubai.
Perkenalan itu ternyata berlanjut, sang Emir Thamrin terang-terangan bilang menyukai Putri Zeremiah ini.
“Saya dinikahinya, tapi saya belum mualaf…baru mau menuju ke sana, kami menikah beda keyakinan. Saya keturunan Arab-Yahudi Eropa, namun semenjak menikah, istri pertama suami saya tak suka, saya dianggap hanya memanfaatkan suaminya untuk meraih hartanya, apalagi ada darah Yahudi dalam darah saya!”
Putri Zeremiah kini mulai tersenyum, saat senyum itulah Brandon mengakui kalau sang putri ini sangat cantik, perpaduan Arab dan Yahudi Eropa memang kolaborasi yang sangat serasi. Tapi Brandon tahu diri, dia hanyalah seorang pengawal alias bodyguard.
Tak berani berandai-andai terlalu tinggi.
Padahal tanpa Brandon sadari, Putri Zeremiah kini telah melihat dirinya dengan pandangan berbeda…!
*****
BERSAMBUNG
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman