Namun, dengan gerakan tangan yang cepat. Daniel dengan sigap mengambil uang satu lembar lima puluh dollar dari bagian tubuh wanita itu dan menarik kain gorden yang ada di sana lalu melemparnya ke tubuh wanita itu untuk menutupinya.
"Lain kali, aku tidak akan menerima pesanan darimu lagi. Mungkin kau akan mendapatkan orang lain," ucap Daniel lalu pergi dari sana. Wanita itu berteriak kesal karena telah gagal menjerat Daniel. Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Jam shift Daniel sudah selesai, ia pun telah. menyelesaikan pesanan terakhirnya dan bersiap untuk pulang. "Daniel, apa kau mengirim pesanan ke apartemen Anggrek tadi siang?" Tanya bos Daniel saat Daniel pamit pulang. "Apartemen Anggrek? Ah nona Wilona? Ya aku mengantarkan pesanan ke sana. Kenapa?" "Nona Wilona mengadukan keluhan, kenapa kau terus saja membuat masalah? Kalau begini terus aku tidak bisa memperkerjakanmu lagi." "Jika aku meladeninya, aku tetap akan mendapatkan keluhan. Aku tidak bisa mengikuti keinginannya." "Dasar! Kau tidak bisa berprilaku baik? Bagaimana pun dia adalah pelanggan tetap. Bagaimana kalau kita kehilangan dia?" "Kalau begitu, lebih baik kau kehilangan kurir satu bukan?" "Apa?" "Aku mengundurkan diri. Aku juga tidak bisa bekerja lama di sini," ucap Daniel dan menyerahkan tanda pekerjanya. Bos itu jelas saja marah dan memanggil Daniel yang sudah berjalan jauh. Tapi, Daniel tidak Dalam perjalanan pulang, ia melihat toko roti. Daniel merogoh kantong celananya dan berbalik dan meneruskan jalannya. Mengeluarkan uang lima puluh dollar yang ia dapatkan hari ini. Dengan berat hati, Daniel masuk ke toko roti dan membeli beberapa potong roti di sana. Saat Daniel baru saja keluar dari toko roti, tiba-tiba seorang pria berjas hitam berdiri tepat di depannya. Daniel menatapnya heran dan memilih untuk mengambil jalan lain dan melewatinya. "Tunggu sebentar, apa namamu Daniel?" Tanya pria berjas itu dan menghentikan langkah Daniel. "Siapa ya?" Tanya Daniel menatap heran. "Perkenalkan aku Jonathan, sekretaris Presdir Edward, pemilik London Beauty Company." "Apa anda bisa ikut denganku?" "Untuk apa? Aku tidak bisa, aku harus pulang." "Apa kau tau siapa orang tua kandungmu sebenarnya?" Tanya Jonathan dan membuat Daniel bingung. "Apa pedulimu? Aku tidak punya orang tua," hardik Daniel dan berjalan pergi. "Kau adalah anak dari Presdir Edward yang hilang selama tiga puluh tahun. Dan kami akhirnya bisa menemukanmu, Daniel." "Jangan bercanda! Aku tidak punya orang tua. Ibuku adalah Ibu Maria. Jadi, jangan bicara omong kosong seperti ini." "Aku tau kau dan ibu panti sedang kesulitan, jika kau berkenan kau bisa menghubungiku. Dan aku akan membantumu," ucap Jonathan membuat Daniel kesal. "Aku bilang jangan bicara omong kosong! Jika itu benar, apa sulit menemukanku hingga harus menghabiskan waktu tiga puluh tahun?" seru Daniel meninggikan suaranya. "Jangan pernah muncul dihadapanku lagi dan segala ucapan tidak masuk akalmu ini. Jika tidak, aku akan melaporkanmu ke polisi!" Jonathan memegang tangan Daniel dan memberikan kartu namanya. "Simpan ini, kau mungkin akan berubah pikiran. Aku akan menunggu panggilan teleponmu," ucap Jonathan. Tapi Daniel langsung meremas kartu nama itu dan membuangnya. "Jangan harap aku akan menghubungimu! Dasar gila!" umpat Daniel dan memilih pergi dari sana. Jonathan mengambil ponselnya dan menelpon seseorang. "Sepertinya akan sulit untuk meyakinkannya. Aku akan menemuinya besok," ucap Jonathan melapor pada seseorang.Seorang suster masuk ke dalam ruang rawat Daniel dan memberitahu tentang hasil pemeriksaan yang sudah selesai. Daniel mengikuti langkah suster itu untuk menemui sang dokter. Di ruangan dokter ada Jonathan yang sudah datang sejak tadi.Daniel pun duduk di samping Jonathan untuk mendengarkan penjelasan dokter.“Baik ini adalah hasil dari pemeriksaan kesehatan keseluruhannya, untuk tes MRI otak syukurnya semua terlihat baik dan tidak ada gangguan apa pun. Kondisi dari tes kesehatan jantung, ginjal dan hati serta paru-paru juga bagus. Daniel tidak merokok ya?” Tanya dokter.“Ya, Aku tidak punya uang untuk dibakar,” ucap Daniel dan membuat sang dokter tersenyum.“Itu bagus, meski pun nanti ada uang yang bisa dibakar sebaiknya menghindari rokok. Karena itu sangat berbahaya untuk kesehatan di masa yang akan datang. Hanya saja Daniel ini mengalami tekanan darah yang rendah. Gula dalam darahnya pun di bawah angka aman meski pun tidak parah masih bisa diobati dengan obat dan makanan yang bergiz
Jonathan terkejut mendengar ucapan Daniel. Ia sudah mengira Daniel akan mencarinya di saat sudah terdesak. Tapi ia tak berpikir akan secepat ini.“Apa … kau serius?”“Kau anggap aku sedang bercanda?”“Tidak, bukan begitu. Aku hanya tidak ingin jika suatu hari nanti kau mengurungkan kembali ucapanmu dan berpikir untuk berhenti.”“Aku tidak bisa berhenti, sekali pun aku mau. Aku sudah tidak punya jalan untuk kembali. Jadi, apa yang kau ucapkan semuanya benar?” Tanya Daniel.Jonathan mengambil sebuah berkas dari dalam tasnya dan memberikannya pada Daniel.“Aku sudah memeriksa semuanya, kapan kau bertemu dengan Ibu panti asuhanmu bahkan foto pertama kau ditemukan. Sama persis dengan foto yang ditinggalkan mendiang ibu kandungmu. Meksi pun begitu, kami harus membuktikan dengan satu kali tes DNA,” ucap Jonathan dan membuat Daniel terkejut.“Jadi, maksudmu kalau aku menjalani tes DNA itu, dan ternyata tidak cocok. Kau akan membuangku begitu saja? Wah apaan ini, kau pikir aku mudah dipermain
Daniel bekerja di sebuah gedung yang sedang di bangun. Ia beruntung karena mendapatkan pekerjaan sebagai buruh tukang bangunan meski dibayar harian. Sepanjang hari Daniel bekerja untuk bisa menghasilkan uang yang tidak seberapa itu. Di saat jam istirahat, Daniel yang tidak memiliki uang hanya meminum air putih yang disediakan di sana. Sementara yang lain memakan bekal mereka masing-masing. Tiba-tiba seseorang datang menghampiri Daniel dan memberikan sepotong roti. "Makanlah, kau bisa sakit jika hanya minum air putih saja," ucap pria yang sudah berumur setengah abad itu. "Tidak usah, terimakasih," tolak Daniel merasa tidak enak. Pria itu menarik tangan Daniel dan menaruh rotinya di dalam tangan Daniel. "Jangan menolak, jika kau sakit pekerjaan yang lain semakin berat dan selesai lebih lama. Aku tahu mereka sangat pelit hingga tak memberikan makan siang dan hanya air minum saja. Tapi, jika kita protes upah kita akan dipotong dengan dalih sebagai uang makan. Aku sudah menjadi buruh
Kini mereka semua berada di rumah Rachel. Orang tua Rachel menyambut semuanya dengan baik. Meski pun wajah ayah Rachel tampak tidak suka. Tapi mereka tidak bisa menolak kedatangan mereka saat Rachel memohon. Maria sedang merawat Bella di kamar Rachel. Tiga anak perempuan lainnya, Luna, Rose, dan Kayla tidur di kamar Rachel. Sementara, Sammy, Bryan, Adam, Lucky, Hans, Petter dan Daniel tidur di kamar ketiga yang tidak terpakai. Mereka sudah tertidur lelap Karena kelelahan. Daniel yang tidak bisa tidur keluar dari kamar dan mencoba mencari udara segar. Tak sengaja ia mendengar suara Rachel yang sedang berbincang di kamar orang tuanya. "Sampai kapan mereka akan tinggal di sini? Rachel ibu dan ayah menerima mereka karena kasihan. Terlebih anak yang paling kecil sedang sakit, Tapi, kita tidak bisa menampung mereka selamanya. Apa yang akan orang-orang katakan kalau mereka mengetahui hal ini?" ucap Ibu yang lebih mencemaskan apa yang dikatakan orang lain meski pun kasihan dan iba. "Aya
Daniel merenung tentang semua yang terjadi padanya hari ini. Ia merasa hidupnya mulai berada di titik paling rendah. Daniel teringat bagaimana para preman dan anak buah Brams datang untuk merobohkan rumah panti. Rumah tempatnya bertumbuh besar, rumah yang mempertemukan dirinya yang masih berusia sepuluh tahun dengan Maria. Banyak kenangan yang terjadi di panti itu, Maria yang begitu lembut dan penuh kasih sayang menjadikannya anak yang tumbuh dengan baik. Meski tak bisa memberikan yang terbaik, tapi Daniel sangat bersyukur bisa bertemu dengan Maria. Daniel mengepalkan tangannya, matanya memerah menahan emosi. Ia mencoba untuk bersabar dan menatap adik-adiknya yang sangat kelaparan dan menyantap roti yang ia belikan dengan lahap. Jika bukan untuk melindungi adik-adiknya, mungkin Daniel akan membalas para preman itu dan tak perduli jika harus berakhir di penjara. Daniel yang sangat emosi itu memejamkan matanya. Meredupkan emosi dan kemarahan yang membuatnya tak bisa berpikir untuk
"Lepaskan tanganmu dariku! Aku akan beri kalian waktu sepuluh menit untuk membawa barang berharga kalian! Meski pun aku yakin kalau di sana tak ada barang berharga," ucap Brams. Daniel melotot dengan kesal. Ia sangat marah dan ingin sekali meninju Brams. Tapi, ia tak punya pilihan dan melepaskan tangannya. "Ayo masuk dan ajak anak-anak keluar dari sini," ucap Maria menarik tangan Daniel untuk masuk ke dalam. "Tapi Bu, kita tidak bisa diam saja seperti ini. Aku akan pergi ke kantor pemerintah dan meminta mereka membuktikan kalau tanah ini milik kita!" tolak Daniel hendak pergi. Tapi Maria menahan tangannya dan membuat Daniel terhenti. "Daniel, Ibu mohon. Selamatkan adik-adikmu, kita tidak bisa membiarkan mereka ketakutan dan trauma karena masalah ini. Ini sudah setahun lebih, sepertinya merekalah yang akan menang," ucap Maria pasrah serta menatap marah pada Brams yang sedang merokok. Daniel menatap ke arah jendela, di sana anak-anak berkumpul dan mengintip keluar. Daniel tak bisa