Share

Bagian 32: Curahan Hati Bawang Putih

“Saya belum pernah bertemu, tapi dulu beliau memborong obat-obat kami dengan harga tinggi.”

“Ck! Cuma segitu saja.” Danar mengibaskan tangan. “Sudahlah, tidak perlu membahas dia. Pokoknya, aku pesan jamu tadi tiga gentong.”

Sabar, Aleeya ... sabar ....

“Kira-kira sebulan lagi akan kuambil.”

Aku membungkukkan badan sedikit. “Baiklah, Tuan.”

“Ini bayarannya.” Danar mengambil kantung kulit dari balik baju dan menyodorkannya padaku.

“Ini kebanyakan, Tuan.”

“Itu bukan apa-apa. Aku bisa membeli lebih banyak daripada Kangmas Dharma.”

Halah, ternyata hanya karena persaingan! Tak apalah, yang penting aku jadi untung.

“Baiklah, aku harus pergi, sebulan lagi akan kembali ke sini.”

Danar bangkit dari kursi. Dia melangkah ke luar toko masih dengan gaya jemawa. Setelah memastikan si resek sudah benar-benar pergi, aku langsung menendang meja demi melampiaskan amarah yang sedari tadi harus dipendam.

***

Aku merapikan alas tempat tidur, juga menata bantal agar nyaman digunakan. Setelah itu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status