Share

Bab 3

Author: Nelda Friska
last update Last Updated: 2023-06-08 13:09:24

"Ma ...."

Tangis Ayuna pecah. Hanya di depan sang Mama ia bisa memperlihatkan sisi rapuh setelah mengetahui kenyataan bahwa Raga telah membatalkan rencana pernikahan mereka secara sepihak.

"Menangislah, jangan ditahan." Salma mengelus punggung Ayuna. Sebagai seorang Ibu, tentu saja ia ikut merasakan kesedihan putrinya tersebut. "Tapi ingat, jangan terlalu larut dalam kesedihan. Patah hati boleh, tapi jangan lupa, air matamu terlalu berharga dibuang sia-sia hanya untuk pria seperti Raga," imbuhnya.

Ayuna membenarkan ucapan sang Mama. Namun, ia juga tidak memungkiri bahwa hatinya masih tidak rela melepas Raga. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Terlalu banyak kenangan manis di antara mereka yang terlampau sulit untuk dilupakan.

"Kenapa aku selalu kalah dari Anggia, Ma? Apa karena aku tidak secantik dia, makanya Papa dan Mas Raga lebih menyayanginya?"

"Hei, siapa bilang dia lebih cantik dari kamu?" Salma mengurai pelukan. Mengangkat dagu sang putri hingga mendongak dan bertatapan dengannya. "Putri Mama ini cantik luar dalam. Tanpa polesan make up pun kamu tetap terlihat cantik," pujinya tulus.

"Dengar, Sayang. Pria yang sungguh-sungguh mencintaimu tidak akan mempermasalahkan masalah fisik. Mau secantik apa pun dirimu, kalau pada dasarnya pria itu tidak bisa setia dan mudah berpaling, kamu tidak akan pernah menjadi satu-satunya."

Ayunan menatap sendu sang Mama. "Seperti Papa?"

Senyum di bibir Salma memudar. Ya ... seperti Bram yang begitu mudah terjerat pesona Prita.

"Kenapa Mama tidak berpisah saja dari Papa?"

Salma terdiam. Bukan hal yang mudah untuk berpisah dengan Bram, mengingat ia sangat menyayangi mertuanya.

Brata dan Ambar -- orang tua Bram memohon pada Salma agar tidak berpisah dengan putra mereka. Bagi kedua orang tua tersebut, Salma adalah menantu terbaik dan yang paling mereka sayang.

Begitu besar jasa Brata dan Ambar bagi hidup Salma dan karena itulah, ia memilih membalas jasa mereka dengan bertahan bersama Bram, meski hatinya memberontak ingin berpisah.

"Kami tidak rela harta Bram hanya dinikmati oleh pelakor itu. Tetaplah bertahan, Salma. Setidaknya, perjuangkan hak anakmu."

Kata-kata Brama masih terngiang di telinga Salma.

Ya. Setidaknya ia bertahan demi memperjuangkan hak Ayuna yang bisa saja terabaikan jika ia memilih bercerai.

Salma sangat hafal bagaimana sifat Prita. Madunya itu tidak akan membiarkan Bram memberikan hak Ayuna andai perpisahan itu terjadi.

Pada akhirnya, Salma membiarkan pertanyaan Ayuna menggantung begitu saja tanpa jawaban. Bukan karena tak ingin jujur. Hanya saja, terlalu sakit jika harus dijelaskan dan Salma tidak ingin menambah beban serta kesedihan sang putri.

*****

"Pertunangan Anggia dan Raga akan dilaksanakan Minggu depan."

Bram menatap Salma dan Ayuna bergantian. Saat ini ia sedang berada di rumah sang istri pertama karena memang tiga hari ke depan jatahnya bersama mereka.

"Papa tidak akan memaksa jika kamu tidak ingin datang. Acara ini hanya akan dihadiri keluarga inti saja. Tidak ada orang luar yang Papa undang," terang Bram.

Ia paham sang putri tidak nyaman dengan pembahasan ini. Memang terkesan jahat saat ia memberitahukan kabar bahagia di saat Ayuna justru sedang terluka.

Sebenarnya Bram dilema. Ia berdiri di antara dua orang yang sama-sama penting untuknya. Namun, tetap harus ada yang diutamakan mengingat kondisi Anggia tidak sekuat Ayuna.

"Aku akan datang."

Jawaban Ayuna mengagetkan Bram. "Kamu yakin, Nak?" tanyanya tak percaya.

"Sangat yakin."

"Tapi--"

"Bukankah aku harus menyaksikan kebahagiaan putri kesayangan Papa? Tidak adil rasanya jika keluarga lain datang sedangkan aku tidak," sela Ayuna. Tidak ada raut kesedihan di wajah cantik sang putri.

"Maafkan Papa, Nak. Bukan maksud Papa lebih memprioritaskan Anggia. Kalian sama-sama putri Papa yang sangat Papa sayangi. Hanya saja, kondisi Anggia--"

"Lebih membutuhkan dukungan dan perhatian lebih, bukan begitu? Aku sudah sangat hafal kalimat yang akan diucapkan Papa. Jadi, tidak perlu mengulangnya terus."

Ayuna bangkit dari duduk. Berlama-lama dengan sang Ayah, membuat udara di sekitarnya terasa panas. Ayuna butuh udara segar. Mencari angin di tempat favorit sepertinya bisa mengembalikan suasana hati yang kembali memburuk setelah mendengar kabar pertunangan adiknya dengan sang mantan.

"Mau ke mana?" Salma bertanya. Sedikit khawatir mengingat suasana hati putrinya sedang tidak baik-baik saja.

"Cari udara segar sebentar. Mama tenang saja. Aku tidak akan melakukan hal bodoh yang akan merugikan diriku sendiri."

Salma tidak bisa melarang. Ia biarkan Ayuna melakukan apa pun yang menurutnya bisa memperbaiki mood sang putri.

Tepat setelah Ayuna menutup pintu, Salma ikut berdiri, bersiap beranjak dari hadapan Bram.

"Mama mau ke mana?" Bram menahan lengan istrinya.

"Mau ke kamar."

"Mama tidak mau menemani Papa ngopi dulu?" Tatapan Bram penuh harap.

"Aku sudah ngantuk."

Salma menepis halus tangan suaminya. Bram menatap sendu punggung sang istri hingga menghilang di balik pintu kamar.

Bram mendesah lirih. Pria itu sangat merindukan saat-saat indah kebersamaan dengan Salma. Namun sepertinya, sang istri justru tidak merasakan hal yang sama.

Hati wanitanya sudah mati rasa dan itu akibat ulahnya.

*****

Ayuna memejamkan mata. Menikmati semilir angin yang terasa segar saat menerpa wajahnya.

Sudah satu jam ia berada di dekat danau dan perasaannya mulai tenang. Ayuna mulai beranjak ketika rasa kantuk mulai menyerang.

Gadis berperawakan tinggi itu beranjak dari bangku panjang yang ia duduki. Langkahnya mulai terayun meninggalkan tempat yang sering ia datangi saat ia sedang jenuh dan butuh ketenangan.

Akan tetapi, langkahnya terhenti saat di depannya sudah berdiri seseorang yang sangat ingin ia hindari.

Ayuna menarik napas panjang sebelum menguatkan hati untuk berpura-pura abai akan kehadiran pria tersebut. Ia kembali melanjutkan langkah tanpa menoleh sedikitpun ke arah Raga.

"Kita harus bicara, Yuna." Raga mencekal lengan Ayuna.

"Tidak ada lagi yang harus dibicarakan."

"Minggu depan aku dan Anggia akan bertunangan."

"Aku sudah tahu."

Raga menatap sendu sang mantan.

"Tidak bisakah kita berteman? Aku ingin kita tetap menjalin hubungan baik meski kita sudah bukan sepasang kekasih."

Ayuna sontak menoleh. Senyum lebar ia perlihatkan di hadapan mantan kekasihnya.

"Tentu. Kita akan tetap menjalin hubungan baik, apalagi aku akan menjadi kakak ipar Mas Raga."

Ketenangan Ayuna mengusik hati Raga. Tidak adakah rasa cemburu di hati Ayuna? Mengapa gadis itu terlihat baik-baik saja setelah mengetahui hubungannya dengan Anggia?

"Yuna ...."

"Sudah ya, Mas. Aku harus segera pulang. Oh ya ...."

Ayuna urung melangkah.

"Selamat atas rencana pertunangan kalian Minggu depan," ujarnya sebelum benar-benar pergi, meninggalkan Raga dalam kebimbangan.

Sudah benarkah keputusannya melepas Ayuna dan lebih memilih Anggia?

*

*

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
siti fauziah
ayuna kamu harus kuat
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
kamu pasti akan menyesal nantinya raga karena lebih memilih Anggia
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
kmu akan menyesal melepas Ayuna ..masi banyak kaki2 yg akan mendeketin Ayuna karena dia cantik dn lembut hati ..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 96

    "Saya senang akhirnya kita bisa berkumpul seperti ini," ujar Bram pada semua orang yang hadir di rumahnya. Malam itu, ia sengaja mengundang Hadiwijaya bersama Miranda, juga Pras dan Yunita untuk makan malam bersama. "Kalian jadi bulan madu?" Tatapan Bram beralih pada Ayuna dan Raga yang duduk di depannya. "Jadi, Pa." Raga yang menjawab. "Aku sudah mengajukan cuti minggu depan.""Baguslah. Nikmati bulan madu kalian. Semoga saja sepulang kalian nanti, ada kabar bahagia untuk kami," ujar Hadiwijaya, ikut membuka suara. "Betul. Semoga saja, tidak lama lagi Athalla, Alika sama Zeya akan punya adik," timpal Miranda dan diaminkan oleh semua orang yang berada di sana. Kebahagiaan benar-benar menyelimuti keluarga mereka setelah mendapat kabar tentang Airin yang mendapat vonis hukuman dua puluh tahun penjara, meski sebenarnya Hadiwijaya tidak puas dengan vonis tersebut karena yang dia inginkan, wanita yang telah menyebabkan putranya meninggal dihukum seumur hidup. Namun, pria paruh baya it

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 95

    "Jadi, kalian mau bulan madu?" tanya Farhan. Saat ini pria itu sedang menemui Raga di ruangannya. "Iya. Aku sudah ngambil cuti beberapa hari. Gak jauh kok. Cuma ke Bali," jawab Raga. "Memangnya, hubunganmu sama Ayuna sudah membaik, ya? Dia gak sering menghindar lagi?"Raga mengulum senyum. Ingatannya tiba-tiba melayang ke kejadian tadi malam saat pertama kalinya mereka melakukan hubungan suami istri, dan Raga benar-benar dibuat tergila-gila oleh istrinya itu. Ayuna bukan saja memuaskan dahaganya sebagai seorang pria dewasa yang beberapa tahun tidak mendapatkan sentuhan dari seorang wanita, tapi juga membuatnya merasa menjadi pria paling beruntung karena bisa memiliki istri sempurna yang diidamkan banyak pria. "Ya. Hubungan kami sudah jauh lebih baik. Aku sama dia sudah sepakat untuk menjalani pernikahan kami sebagaimana mestinya."Farhan tersenyum lebar. Ia turut bahagia mendengar pernikahan sahabatnya itu sudah membaik dan perjuangan Raga untuk mendapatkan cinta Ayuna lagi tidak b

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 94

    "Aku tidak percaya, ternyata wanita ib*is itu yang telah membuat Sadewa meninggal," ujar Hadiwijaya dengan mengepalkan tangan. Saat ini, Ia, Bram, dan Raga sedang berada di ruang tamu rumah Raga, sedangkan Salma dan Miranda sedang menemani Ayuna serta cucu-cucunya di kamar. "Dia menyimpan dendam karena dulu ditolak Sadewa dan merasa dipermalukan oleh Ayuna," timpal Raga. "Dan parahnya, ternyata Alex juga terlibat." Hadiwijaya kembali menyahut. Ia sangat terkejut saat mengetahui salah satu reka bisnisnya tersebut adalah suami dari Airin, sekaligus orang yang membantu wanita itu mencelakai putranya. "Kita harus memastikan wanita itu dihukum seberat-beratnya." Bram yang sejak tadi diam, ikut membuka suara. "Itu pasti." Hadiwijaya berdiri, melangkah menuju kamar Ayuna untuk melihat kondisi mantan menantunya itu. Di sana, di kamar itu, Ayuna sedang dipeluk oleh Salma, sedangkan Miranda sedang menatap Athalla dan Alika yang tertidur. Hati Miranda kembali dilanda nyeri saat mengingat me

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 93

    Raga baru saja selesai mandi saat mendapati Ayuna sedang duduk menghadap jendela dengan tatapan kosong. Raga mengira, istrinya itu sedang memikirkan sesuatu yang cukup serius karena Ayuna tidak menjawab panggilannya setelah beberapa kali ia menegur sang istri.Raga memutuskan menghampiri Ayuna dengan handuk yang masih tersampir di lehernya. Ia menatap Ayuna dengan lembut, lalu mengusap rambut sang istri penuh kasih. "Sedang memikirkan apa, hmm?" Raga bertanya lembut. "Mas perhatikan, dari kemarin kamu sering melamun."Ayuna sedikit tersentak, kemudian menoleh pada suaminya. "Aku tidak sedang memikirkan apa pun, Mas. Aku hanya sedikit lelah."Raga mengangguk pelan, berusaha mempercayai ucapan istrinya, meski ia menebak Ayuna sedang berbohong.Direngkuhnya kepala sang istri untuk ia sandarkan di bahunya. "Kalau ada yang mengganggu pikiranmu, kamu bisa cerita sama Mas. Jangan dipendam sendirian."Ayuna tersenyum tipis. Ia mulai merasa nyaman dengan sentuhan dan perhatian dari suaminya.

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 92

    Alex duduk di kursi mobilnya setelah meninggalkan Hadiwijaya dan keluarganya. Meski ia sempat berpamitan dengan sopan, pikirannya terus berputar tentang Ayuna. Bayangan wajahnya dan cara Ayuna menatapnya membuat dadanya berdebar, meskipun ia tahu itu salah. Ayuna adalah istri Raga, dan lebih dari itu, mantan istri Sadewa, musuh yang tak pernah ia temui, namun sudah menjadi bagian dari hidupnya melalui cerita-cerita Airin.“Kenapa aku merasa seperti ini?” gumam Alex, menatap keluar jendela, mencoba mengabaikan perasaan yang tumbuh di dalam dirinya. Dia menghembuskan napas panjang, seolah-olah mencoba mengeluarkan perasaan tersebut.Tapi semakin dia mencoba, semakin kuat bayangan Ayuna menghantui pikirannya.Airin selalu menggambarkan Ayuna sebagai wanita licik yang berhasil merebut Sadewa darinya. Namun, dari setiap interaksi singkat yang terjadi, Ayuna tak pernah terlihat seperti wanita yang Airin gambarkan. Sebaliknya, Ayuna selalu menunjukkan sikap yang tenang dan penuh kasih, terut

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 91

    Alex mengepalkan tangan. Laporan yang ia dapat dari anak buahnya makin membuatnya yakin bahwa Airin tengah bermain curang di belakangnya. Wanita itu menemui seorang pria dan Alex bisa menangkap gelagat tak biasa dari keduanya, apalagi dalam video tersebut pria itu berani mencium istrinya. "Kamu sudah mulai bermain api, Airin. Jika terbukti hubunganmu dengan pria itu sudah sangat jauh, aku tidak akan berpikir dua kali untuk membuangmu," gumam Alex dengan mata yang terus tertuju pada video yang dikirimkan anak buahnya. Alex memang mencintai Airin. Namun, pria itu sangat membenci yang namanya pengkhianatan dan tidak akan pernah ada kata maaf untuk yang satu itu. Alex berdiri dari tempatnya duduk. Pria itu berjalan ke arah balkon dengan sebatang rokok yang menyelip di sela-sela jemarinya. Ia hisap benda tersebut dan menghembuskan asapnya ke udara. Kilasan masa lalu ketika ia pertama kali bertemu Airin hingga jatuh cinta dan memutuskan menikahi wanita itu melintas dalam ingatan pria ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status