Share

Bab 3

Author: Sasri Tasmirah
Aku mengerutkan kening dan langsung menendang kursi hingga terdengar suara keras.

Kevin menyadari ada yang tidak beres denganku dan segera menurunkan sikap angkuhnya.

"Aku tahu kamu merasa tersakiti, tapi semuanya sudah terjadi. Jadi, jangan bersikap seperti anak kecil lagi ya."

"Bukankah dulu waktu pesan hotel kamu bilang mau tinggal di hotel bintang lima? Ya sudah, kita nggak usah berhemat lagi, langsung ganti saja sekarang!" kataku.

Di dalam hatiku, aku tertawa dingin. Masih ingin bermain licik denganku?

"Baiklah, Sayang. Kamu memang baik sekali!"

Namun, sesaat kemudian, Kevin menerima pesan dari bank.

"Wilda, kenapa kamu pakai kartu kreditku dan menghabiskan uang sebanyak ini?"

"Bukankah kamu yang bilang ingin menginap di hotel bintang lima?" tanyaku dengan polos.

"Aku memang ingin menginap di hotel bintang lima, tapi bukan dengan menggunakan kartu kreditku."

Aku tertawa dan berkata, "Aku mau menghabiskan berapapun, itu nggak perlu persetujuanmu. Gaji bulanan cuma 7 juta saja mau gaya-gayaan jadi orang kaya!"

Mendengar kata-kataku, wajah Kevin langsung memerah.

"Apa maksudmu?"

Sejak kami menikah, kami selalu menerapkan sistem keuangan sendiri.

Aku yang menanggung semua biaya rumah tangga, sedangkan mereka sekeluarga menikmati semuanya.

Seandainya bukan karena aku, mereka sekeluarga pasti sudah kesulitan hidup. Baru beberapa hari merasakan hidup enak, sudah lupa siapa yang menjadi penopang mereka.

Jika mereka begitu menyukai Fanny dan anaknya, aku akan biarkan mereka semua terjebak dalam situasi ini.

"Seorang perempuan yang terus bertengkar dengan suaminya menunjukkan bahwa mereka nggak patuh dan pengertian."

"Sebaiknya cepat masak. Apa kamu ingin membuat seluruh keluarga kelaparan?"

Ayah mertuaku menatapku tajam sambil duduk di sofa.

Kalian masih ingin memperlakukanku seperti pembantu? Jangan mimpi.

"Fanny, kamu sudah tumbuh besar bersama Kevin sejak kecil, 'kan? Apa kamu belum pernah mencicipi masakan Kevin?"

Fanny memutar bola matanya.

"Tentu saja pernah! Dulu, saat orang tuaku nggak ada di rumah, Kevin yang selalu membuatkan makanan untukku!"

"Kevin sekarang jauh lebih pandai memasak."

Aku menatap suamiku.

"Kevin, apa kamu nggak dengar Fanny bilang apa? Apa kamu masih belum mau menunjukkan keahlian memasakmu?"

Aku mengambil stroberi dari tangan Revan, lalu duduk di sofa bermain ponsel.

Melihatku menyuruh Kevin, ibu mertuaku langsung menunjukkan ekspresi tidak senang.

"Bagaimana mungkin laki-laki masuk dapur untuk memasak!"

Aku melihat ke arah Kevin dan berkata sambil tersenyum, "Fanny sudah jauh-jauh datang ke sini membawa anaknya, apa kamu nggak mau menjamunya dengan baik?"

Wajah Kevin tampak tidak enak. Dia meminta bantuan dari ibu mertuaku.

Ibu mertuaku menggaruk kepalanya dan terpaksa memasak untuk anaknya.

Setelah lama hidup nyaman, ibu mertuaku yang terbiasa dimanjakan kini harus sibuk di dapur.

Di meja makan, ibu mertuaku tersenyum sambil menyendokkan makanan untuk Fanny dan anaknya.

"Fanny, aku masih ingat kamu suka makanan pedas, jadi aku membuat berbagai hidangan khusus untukmu. Makanlah yang banyak!"

Aku tersenyum sinis. Dia tahu aku tidak suka makanan pedas, tetapi masih saja membuatku kesal seperti ini.

"Wilda, Fanny adalah tamu. Kalau kamu nggak suka, masak mie sendiri saja!"

Aku langsung membanting sendok ke meja.

"Kalian makan saja, aku mau keluar makan enak!"

Kevin menatapku dengan wajah penuh amarah.

"Wilda, Ibu sudah tua dan rela masak untukmu, tapi kamu malah nggak mau makan. Apa yang ada di otakmu?"

"Lagipula, barang-barang belum beres dikemas. Mau ke mana kamu?"

"Kalian kan suka Fanny, suruh saja dia yang membereskannya! "

Semua orang terdiam mendengar ucapanku.

Aku membanting pintu dan pergi menuju hotel bintang lima. Di sana, aku makan sampai kenyang, minum sepuasnya, dan bahkan menikmati spa.

Aku punya uang dan bisa mendapatkan apa pun yang aku mau. Kenapa aku harus menjadi pembantu mereka?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
kenapa gak jd pembantu?? wajarlah di anggap bgt karna bucin dan bodoh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pilihan Terakhir: Cerai   Bab 11

    Aku berhasil memenangkan gugatan, dan akhirnya mendapatkan kembali semua uang itu.Tentu saja, semua keluarga korban yang mengetahui keberadaan Fanny datang menemuinya untuk meminta kembali uang mahar yang pernah mereka berikan pada Fanny.Kabarnya, Fanny hamil, dan Kevin terpaksa menjual rumah di kampung halaman untuk membantunya membayar utang.Suatu hari, temanku bertanya padaku apakah aku tertarik untuk memulai usaha sendiri. Sebelumnya, aku merasa bahwa menjalankan bisnis akan mengurangi waktuku untuk merawat keluarga, jadi aku memutuskan untuk tidak melakukannya.Namun sekarang, aku langsung menyetujui tawarannya.Karirku semakin sukses. Aku juga belajar untuk menikmati hidup dan melakukan segala sesuatu yang aku inginkan.Saat makan bersama teman-teman lamaku, kami membicarakan kehidupan Kevin dan Fanny sekarang."Mereka berdua benar-benar pasangan yang cocok, masing-masing mempunyai banyak utang.""Kamu tahu, dulu Fanny sudah menipu Kevin dan membawa kabur uangnya dalam jumlah

  • Pilihan Terakhir: Cerai   Bab 10

    Pada hari kami mengurus surat cerai, situasinya sangat kacau.Dalam keadaan lemas dan dibantu teman, aku tiba di kantor catatan sipil. Di luar pintu, aku melihat Kevin dan Fanny sudah menunggu bersama anak Fanny.Mereka sungguh terlihat seperti keluarga bahagia.Kevin mengerutkan kening dan tampak tidak rela.Fanny berkata kepada Revan, "Mulai sekarang, Paman Kevin akan menjadi ayahmu!"Dia merangkul lengan Kevin dengan wajah penuh kemenangan."Wilda, aku benar-benar harus berterima kasih padamu karena membiarkan kami bersama. Ketika Kevin dan aku menikah, kami akan memberimu beberapa manisan pernikahan!"Aku menampar wajah Fanny hingga sudut bibirnya berdarah.“Apa yang kamu lakukan? Wilda, kamu benar-benar perempuan kasar!”Lalu dia bersembunyi di pelukan Kevin sambil menyeka air matanya."Kami belum bercerai dan aku masih istrinya. Siapa yang peduli jika istri sah memukul selingkuhan?"Aku memutar bola mataku ke arah Kevin."Ayo cepat urus perceraiannya, jangan berlama-lama, atau ak

  • Pilihan Terakhir: Cerai   Bab 9

    Kevin tentu saja tidak ingin berpisah dengan tangan kosong. Dia berusaha sekuat tenaga untuk bertemu denganku.Dia tidak hanya datang ke kantorku untuk mengirim bunga, tetapi juga membelikanku makanan manis. Namun, setiap kali bertemu dengannya, aku merasa jijik dan mual.“Sayang, aku minta maaf. Aku benar-benar salah. Tolong izinkan aku kembali ke rumah!”Di depan semua rekan kerjaku, dia bersikap seperti pria baik.Dia membuat orang merasa seolah-olah aku yang salah karena memaksa untuk bercerai.Dia ingin menggunakan cara ini untuk membuatku mengalah.Itu tidak mungkin."Kenapa Fanny nggak ikut sama kamu? Kalau kamu suka dia, kenapa kamu terus mengganggu aku? Bukankah dia membawa keberuntungan untukmu?""Bukan begitu, Fanny cuma teman baikku!"Aku tertawa sinis."Jadi, karena dia teman baikmu, kamu bisa memeluknya di tengah malam, mengajaknya naik pesawat bersama, sampai kamu menyuruh istrimu menyetir sendirian?"Orang-orang di sekitar menatapnya dengan aneh, hingga membuat Kevin me

  • Pilihan Terakhir: Cerai   Bab 8

    Aku menunggu di kantor urusan sipil selama dua jam dan tidak melihat Kevin. Saat aku bersiap pulang, aku mendapat telepon dari ibuku."Wilda, ada apa antara kamu dan Kevin? Keluarga mereka sudah pindah ke rumah kita!"Kepalaku langsung berdengung. Mereka benar-benar tidak tahu malu. Setelah menenangkan orang tuaku, aku langsung menyetir pulang.Begitu membuka pintu, aku langsung melihat mertuaku duduk di sofa sambil makan buah, sementara orang tuaku masuk ke kamar dengan marah.Melihat pemandangan itu, aku langsung naik pitam.Ibu mertuaku mendekat dan langsung membawakan tasku dengan ramah."Wilda, kamu pasti lelah sekali. Sudah makan belum? Ibu akan suruh Bibi masak sesuatu untukmu."Aku mengerutkan kening melihat mereka benar-benar menganggap rumah orang tuaku sebagai rumah mereka sendiri."Apa yang kalian lakukan di rumah orang tuaku? Cepat pergi sekarang juga!"Begitu mendengar kata-kataku, ayah mertuaku langsung melempar gelas ke lantai."Wilda, beberapa hari nggak ketemu, kamu j

  • Pilihan Terakhir: Cerai   Bab 7

    Selama bertahun-tahun, aku selalu membiayai semua orang di Keluarga Hermawan dengan sepenuh hati.Untuk memperbaiki kehidupan, aku bekerja keras tanpa henti. Bahkan setelah lembur, aku masih harus memasak untuk mereka sekeluarga.Setiap hari aku terus merasa tegang karena takut membuat kesalahan di pekerjaan dan juga khawatir mengabaikan keluargaku.Kata-kata yang dulu dinasihatkan orang tuaku terngiang di telingaku. Hari ini, semua ini terjadi akibat dari kebodohanku yang terjebak dalam perasaan cinta saat itu.Mulai saat ini, aku hanya akan hidup untuk diriku sendiri.Seiring berjalannya waktu, liburan mereka di pantai pun berakhir.Aku membayangkan bagaimana ekspresi wajah keluarga itu saat melihat hadiah besar yang aku kirimkan. Rasanya aku sudah tidak sabar.Ponselku berdering, dan itu adalah nomor yang tidak dikenal.Begitu aku mengangkat telepon, terdengar suara Kevin yang penuh amarah."Wilda, apa maksudmu mengganti kunci pintu? Kalau kamu nggak mau lagi tinggal bersama, bilang

  • Pilihan Terakhir: Cerai   Bab 6

    Ponselku terus berbunyi. Aku pun membuka ponsel dan melihat Fanny mengirim foto-foto mereka di dalam grup keluarga Kevin.Tante-tante dan saudara-saudara yang lain memberi komentar. Mereka memuji Kevin sebagai anak yang berbakti dan penuh pengertian.Aku membuka Instagram milik Fanny, di mana dia memposting sebuah foto."Terima kasih kepada Ayah yang telah membawa Revan berlibur ke pantai dan menginap di hotel bintang lima yang mewah."Sepertinya Kevin benar-benar mengeluarkan banyak uang untuk keluarganya, setidaknya puluhan juta.Namun, jika dipikir-pikir, dia begitu dermawan karena dia tahu ada aku yang selalu mendukungnya.Ibuku bertanya di grup keluarga."Wilda, kamu sudah sampai mana? Kenapa belum sampai juga? Aku masih menunggu pakaian di koper untuk berfoto!""Ya, benar, Kakak. Matahari di sini terlalu terik, tanpa tabir surya aku akan menghitam! Bagaimana ini?"Ketika aku tidak merespon, ibuku langsung menelepon."Wilda, kamu sudah sampai mana? Kenapa lama sekali?"Ayah mertua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status