Share

Jadwal Padat

Pertemuan dengan Gema sudah terjadi sejak satu minggu yang lalu, sampai sekarang tidak ada bertemu secara tidak sengaja. Lily juga setidaknya bersyukur tidak perlu memberikan jawaban pada pria yang memang baru ditemuinya juga pria yang beberapa kali menolongnya, tapi bukan berarti percaya diri jika yang dimaksud adalah dirinya.

“Mbak, memang kita nggak istirahat?” tanya Bella pada Merry yang langsung menggelengkan kepalanya “Masa langsung rekaman dan hafalin gerakan tari?”

“Kenapa? Memang kamu sudah tua? Protes aja dari sebelum balik.” Merry menatap malas pada Bella yang langsung mengerucutkan bibirnya “Kamu habis ini menikah, sebelum menikah mau dibuat sibuk dulu sama bos. Kejar setoran, habis nikah kamu juga honeymoon. Larissa dulu juga gitu, nggak protes.”

Bella semakin mengerucutkan bibirnya “Larissa pasangannya orang hiburan juga jadi paham, aku beda. Mas Ruli kasihan kalau aku sibuk terus, kita jarang ketemu belum lagi nggak ada waktu membahas masalah pernikahan.”

“Bel, kamu pakai WO kalau lupa.” Merry mengeluarkan kalimat sindirannya yang membuat Larissa dan Lily menahan tawa.

Perdebatan kembali terjadi antara Bella dan Merry yang menjabat sebagai kepala manager mereka, Lily memilih tidak terlibat dalam perdebatan mereka. Hal yang sama dilakukan Larissa yang dari tadi sibuk dengan ponselnya, hembusan napas panjang dikeluarkan Lily mendengarkan Bella yang tidak lelah mendebat Merry, beberapa kali bertemu pandang dengan Larissa hanya bisa mengangkat bahu.

“Kak, kamu nggak mau protes sama agency?” suara Bella membuyarkan lamunan Lily “Perkembangan kamu sama pemadam itu gimana?”

“Kenapa bawa-bawa dia? Agency udah kasih jadwal, masa mau di protes. Lagian dulu kita juga begini kamu nggak protes.” Lily memejamkan matanya, lelah mendengar suara Bella yang sudah mulai keluar manjanya.

“Nggak usah mikirin cowok, Ly. Kalau sudah waktunya dia akan datang sendiri, lebih baik terlambat daripada kaya aku.” Merry memberi peringatan lagi “Kamu juga belum terlalu kenal sama pemadam itu, siapa namanya? Gema? Kalau jodoh juga nggak akan kemana, tapi sebelum memutuskan kamu harus pastikan dia baik.”

Lily membuka matanya melihat Merry yang telah memberikan nasehat “Mbak Merry, aku sama Gema nggak ada apa-apa. Kita hanya bertemu tidak sengaja, jangan membayangkan kejadian yang aku alami sama kaya Kak Fransiska. Kakak tenang saja, aku akan hati-hati dalam memilih pria. Kalau perlu nanti Kak Merry ikut seleksi.”

“Pasangan kita juga boleh terlibat?” tanya Bella yang membuat Lily menatap bingung “Kita nggak mau Kak Lily dapat pasangan yang nggak baik.”

“Kak Lily akan baik-baik aja, Bel. Kamu nggak perlu parno begitulah, mau dia kerja apapun yang penting halal sudah. Kak Lily juga bukan orang yang boros atau aneh-aneh, Kak Lily putus sama Mas Fatur juga bukan karena perselingkuhan atau apa tapi memang keadaan. Kita hanya bisa menunggu pria yang tepat buat Kak Lily nanti, dukung Kak Lily bukan digoda terus.” Larissa membuka suaranya setelah mematikan ponsel dan menyimpannya, memberikan tatapan dalam pada Bella.

Lily memeluk Larissa erat diikuti dengan ciuman di pipi “Bel, kamu itu harusnya bisa dewasa kaya Larissa.”

Perjalanan mereka berhenti di tempat parkir agency, hembusan napas lega keluar dari bibir mereka semua. Supir mengambil barang-barang mereka, Lily bisa melihat Larissa dan Bella sudah dijemput oleh pasangannya. Melihat sekitar dan mendapati kakaknya yang menjemput dirinya, mereka akan bertemu lagi besok untuk rekaman dan latihan tari. Memeluk mereka satu per satu sebelum akhirnya Lily mendatangi kakaknya yang langsung cepat mengambil barang-barangnya. Hembusan napas lega keluar dari bibir Lily saat sudah berada didalam mobil, menatap adik-adiknya yang masih memasukkan barang-barangnya.

“Uangnya udah aku transfer.” Surya membuka suaranya yang hanya diangguki Lily “Nggak semangat banget? Mau makan dulu atau gimana?”

“Memang di rumah nggak ada makanan? Mama kemana? Istri kakak kemana?” tanya Lily penuh selidik “Kenapa uangnya lama banget balikinnya? Bukan uang kakak, kan?”

“Anton baru ada uang. Pada nggak masak, jadinya beli daritadi. Kamu pulang ke rumah, kan?”

“Beli makan dulu aja, Kak. Terserah beli apa.” Lily memejamkan matanya membiarkan kakaknya yang memilih makanan.

“Kamu besok ada acara?” tanya Surya yang membuat Lily membuka matanya.

“Apa lagi ini? Mama atau kakak ini yang punya acara?” Lily menatap Surya malas.

“Astaga! Kamu negatif mulu jadi orang.” Surya menggelengkan kepalanya melihat reaksi Lily “Mama mau ajak kamu ke arisan...”

“Aku nggak bisa,” jawab Lily cepat “Kita mau keluarin album baru, jadi nggak bisa diajak begituan. Aku tahu rencana mama apaan, jadi berhenti mengajak aku untuk acara yang begituan.”

Lily sudah tahu rencana mama dan kakaknya, hal yang bagus tapi tidak untuk dirinya. Lily tidak ingin kejadian Anton terjadi lagi, mengingat usaha mama dan kakaknya membuat Lily seketika teringat Gema yang harus mengikuti kemauan ibunya bertemu dengan wanita-wanita yang tidak dikenalnya.

“Jadwal kalian benar-benar padat, kamu bahkan jarang pulang ke rumah. Waktu kamu banyak habis di apartemen yang dekat agency, terus ini bisa pulang berapa lama?” tanya Surya memecahkan keheningan mereka.

“Nggak tahu, Mbak Merry belum kasih tahu. Album keluar pastinya akan lebih sibuk, aku sendiri jadwal minggu ini belum dikasih. Mbak Merry bilang kemarin kita banyak istirahat sekarang di kasih kerjaan full, bayar hutang yang kemarin.” Lily menatap jalanan yang dilewati Surya “Mau beli makanan apa?”

“Makanan yang biasa kita beli aja, mama sama mbak kamu nitip tadi.” Lily menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Tidak ada yang membuka pembicaraan lagi, Surya fokus dengan keadaan jalan dan Lily memilih memejamkan matanya. Bertemu fans selalu membuat dirinya lupa untuk menjaga kesehatan, bagi mereka fans adalah segalanya. Membuka matanya saat merasakan mobilnya berhenti, menatap sekitar dan tampaknya mereka sudah sampai di tempat langganan. Surya bersiap keluar, diikuti Lily yang memilih melakukan hal sama, berjalan berdampingan dengan Surya sambil mencari tempat duduk.

“Makan disini? Bawa pulang aja, gimana?” Surya menatap Lily yang hanya bisa menganggukkan kepalanya “Kamu mau pesan apa? Udah makan belum?”

“Jangan kasih aku yang gorengan sama pedas dulu, Kak. Besok mau rekaman masalahnya, kalau sakit bisa dimarahin sama bos dan Mbak Merry.” Lily menatap Surya yang hanya menganggukkan kepalanya.

Lily menatap sekitar, tempat langganan mereka memang selalu ramai. Lily biasanya juga membawa teman groupnya untuk datang kesini atau melakukan delivery, foto mereka bahkan di pasang sama pemilik restoran. Tatapannya terhenti saat melihat seseorang yang dikenalnya, walaupun tidak yakin tapi Lily masih mengingat orang tersebut yang membantu dirinya terakhir kali.

“Lihat foto kalian disini kadang suka malu sendiri,” ucap Surya yang sudah duduk dihadapan Lily “Kamu kenapa sih ngotot minta uangnya Anton?”

Lily memberikan tatapan kesal pada Surya “Bukan masalah uangnya tapi masalah harga diri.” Lily beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Surya yang ingin membantah kata-katanya.

Langkah kaki Lily mendekati seseorang yang membantunya terakhir, tampaknya orang tersebut tidak menyadari kehadiran dirinya. Hembusan napas panjang diberikan sebelum akhirnya tinggal beberapa langkah, menatap orang tersebut dengan penuh pertimbangan.

“Mbak Mona, bisa kita tukaran nomer hp?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status