“Lily, kamu nggak papa?” suara Gema menyadarkannya dan seketika menganggukkan kepalanya “MONA!” Lily hampir saja mundur ke belakang mendengar teriakan Gema, tangan pria itu masih berada di pinggangnya agar tidak membuatnya jatuh “Kamu bawa ke mobil, tampaknya dia shock.” Lily masih diam menatap Gema yang berbicara dengan seseorang “Li, kamu sama Mona dulu. Aku masih ada yang harus dikerjakan.” Gema memberikan tatapan khawatir yang hanya diangguki Lily.
Hembusan napas lega dikeluarkan Lily saat tangan Gema sudah lepas dari pinggangnya, tapi tangan seseorang memegang lengannya yang hampir membuatnya jatuh. Lily baru menyadari jika ada rekan kerja Gema, dirinya lupa nama wanita yang ada dihadapannya tapi seketika melihat nama yang ada di pakaian.“Kita ke mobil dulu, Mbak. Mas Gema bisa marah kalau nanti ada yang mengganggu kerjanya.” Mona mengantarkan Lily menuju mobil ambulance.“Memang ada apa?” tanya Lily penasaran.“Kucing kampung ngerusak kabel yang ada diatas kantor itu.” Mona menunjuk gedung yang ada dihadapan mereka.“Gedung agency?” Mona menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Lily “Terus gimana?” Lily menatap sekitar dimana sudah banyak orang yang ada disekitar dan tatapannya terhenti kearah Gema.“Hampir aja konslet, telat dikit mungkin sudah kebakaran.” Mona menjawab sambil menatap kearah Gema, mendengar penjelasan Mona membuat Lily seketika bergidik ngeri “Mbak nggak papa? Tadi ngapain?” Mona melihat keadaan Lily dengan mengecek tubuhnya.“Aku tadi kira ramai ada wartawan ternyata teman pemadam, makanya nggak lihat jalan. Aku mungkin tadi kena dorong karena terlalu ingin tahu.” Lily menjawab dengan matanya juga mengarah pada Gema, seketika matanya membelalak saat menyadari beberapa wartawan tidak jauh dari agency sedang meliput “Mbak, aku duluan aja. Aku titip salam sama Mas Gema, bilang kalau aku sudah baik-baik saja.” Lily berdiri dan melangkahkan kakinya kembali ke agency.“Mbak, jangan balik kesana.” Mona menghentikan langkah Lily “Mbak nggak lihat kalau karyawannya pada keluar? Lebih aman kalau disini aja, nanti Mas Gema bisa marah sama aku.” Mona memberikan tatapan memohon.Lily melihat dengan memastikan apa yang Mona katakan, matanya membelalak saat melihat kedua adiknya berada disana dengan tatapan mencari-cari, tanpa mengatakan apapun langsung melangkahkan kakinya pada kedua adiknya tersayang. Lily memeluk mereka berdua dari belakang yang langsung disambut dengan pelukan dalam, hembusan napas lega keluar dari bibir mereka berdua. Lily melupakan Mona yang masih menatapnya dengan tatapan ketakutan, bahkan dirinya juga melupakan Gema yang sedang bertugas.“Masalah kucing buat pusing banyak orang,” ucap Bella dengan ekspresi kesalnya.“Kamu kan juga dijulukin kucing, jadi nggak boleh bilang gitu.” Lily mencubit pipi Bella yang langsung memberikan tatapan tajam “Kita kemana gitu daripada nunggu disini.” Lily memberikan usul.“Boleh, kita ke cafe situ aja gimana?” Larissa menunjuk cafe yang sudah menjadi langganan mereka “Manager kita dimana?”“Mbak Merry tadi sama aku, tapi nggak tahu karena aku kepo jadinya pisah.” Lily mengatakan santai sambil melangkah ke cafe “Apa mereka sudah ada di cafe?”“Kayaknya sudah,” ucap Bella memberi kode melihat kursi yang sudah ada beberapa orang “Kita pisah aja.”Bertiga duduk bersama dekat dengan kaca, pemandangan yang ada diluar bisa dilihat dengan sangat jelas. Hembusan napas terdengar dari bibir mereka berdua, Lily mengernyitkan dahinya menatap kedua anggota yang sudah dianggap adik sendiri. Bella memainkan sedotan minuman dengan tidak semangat, Larissa menatap kosong lurus ke depan.“Kalian berdua ada masalah?” tanya Lily hati-hati.“Hari ini tepat lima tahun kepergian Brandon, Kak.” Larissa menjawab sambil menghembuskan napas panjang “Kita nanti malam mau ke rumahnya.”“Terus? Bang Dinan sama Mas Ruli nggak kasih ijin?” tanya Lily penasaran.Larissa langsung menggelengkan kepalanya “Mereka ikutan, kita hanya kangen sama dia.”Lily memilih diam, Brandon memang dekat dengan kedua anggotanya, tapi bukan hanya Brandon melainkan seluruh anggota mereka memang dekat satu sama lain. Mereka sering menghabiskan waktu bersama dulu, Lily dan Gracia saja yang jarang bertemu dengan mereka karena memang tidak dekat, walaupun begitu mereka tetap saling menyapa atau berbicara hal-hal umum. Mereka selalu memiliki hubungan kekeluargaan dengan member lain, hubungan yang tidak diketahui fans karena hanya mereka yang tahu.“Peralatan masih ada di agency gimana bisa bawa keluar? Banyak wartawan lagi.” Bella membuka suara dengan nada kesal, Lily mengikuti pandangan Bella yang langsung mengarah ke jalan “Apa masih lama ya?”“Kayaknya udah selesai.” Lily mengatakan dengan suara pelan saat melihat Gema mendatangi mobil dimana dirinya tadi berada disana “Kalian mau ambil barang? Kayaknya sudah bisa, bareng aja itu sama manager.” Lily menatap manager mereka yang beranjak dari tempat duduknya.“Kak Lily nggak ikut?” tanya Bella yang dijawab dengan gelengan kepala “Mau langsung pulang atau disini?”“Pulang, kalian kalau ke tempat Brandon salam buat keluarga dan teman-teman anggotanya.” Lily mengatakan dengan menatap kedua adiknya lembut.Hembusan napas panjang dikeluarkan saat melihat mereka keluar dari cafe, tatapan Lily mengarah pada kue yang tadi mereka bertiga pesan. Kebiasaan mereka adalah tidak menghabiskannya, jika ada Fransiska bisa habis kena marah dan jika sudah begini secara otomatis Lily yang menghabiskannya.“Sudah nggak shock?” Lily menatap bingung dengan keberadaan Gema yang tiba-tiba duduk dihadapannya, meletakkan minumannya diatas meja “Kenapa pergi?”“Oo...tadi lihat teman jadi daripada sendirian lebih baik sama teman.” Lily memberikan alasan masuk akal yang diangguki Gema “Gimana bisa kucing ngerusak kabel?”“Kayaknya ada yang sengaja mancing kucing buat ke tempat kabel, untungnya nggak kenapa-kenapa.” Gema menjawab sambil menikmati minuman “Kita bertemu tidak sengaja berapa kali? Tiga? Apa bisa dibilang jodoh?” Gema memberikan tatapan menggoda “Aku sadar diri, jadi kamu tenang saja.”“Maksudnya?” Lily menatap bingung dengan pernyataan Gema.“Kamu public figure jadinya pasti malu kalau berjodoh dengan pemadam kebakaran.” Gema menjawab santai dan tidak ada nada menggoda “Biasanya public figure itu cari lawyer, dokter atau politikus kalau nggak dapat satu profesi.”Lily menganggukkan kepalanya mendengar kata-kata Gema “Apa gambaran public figure seperti itu? Aku tidak menyalahkan karena memang rata-rata begitu, jadi tidak akan melakukan pembenaran.”“Apa ini termasuk cara menolak?” tanya Gema penuh rasa ingin tahu.Lily mengerutkan keningnya “Menolak kamu? Memang kita...maksudnya kamu pernah menyatakan? Kamu hanya bilang kalau ketemu lagi jodoh dan meminta aku memberi jawaban.”“Mas Gema.” Lily menatap Mona yang mendatangi mereka berdua “Mau pulang sekarang atau nanti?”“Kucingnya langsung bawa ke dokter hewan, cek yang benar. Apa ada sesuatu yang masuk dalam tubuhnya, agak aneh aja kalau tiba-tiba dia ada disana.” Gema memberikan instruksi yang diangguki Mona “Aku nanti balik sendiri sekalian mau memastikan kabel-kabel dulu, kamu kalau mau duluan langsung saja sama yang lain.”Mona menganggukkan kepalanya “Mbak, lain kali kalau ketemu kita foto bareng. Kakak aku suka sama Mbak Lily.” Mona mengalihkan pandangannya kearah Lily yang hanya menganggukkan kepalanya “Aku duluan, Mas Gema. Mari, Mbak Lily.”Menatap Mona yang keluar dari cafe, keadaan mereka menjadi hening dan Lily sendiri tidak tahu harus berbicara apa. Mengalihkan pandangan kearah Gema yang memainkan ponselnya, Lily memilih menikmati makanan yang tadi dipesan kedua adiknya. Mereka senang memesan makanan tapi suka malas menghabiskan, Lily selalu bagian menghabiskan makanan yang mereka pesan.“Apa tidak ada jadwal kencan lagi dari ibu?” tanya Lily memecahkan keheningan mereka dan langsung merutuki kebodohannya.“Aku bilang kalau lagi pendekatan sama cewek.”“Ada apa kesini?” “Lily pengen makanannya mama.” Fiona mengerutkan kening mendengar jawaban Gema “Makanan apa?” “Apapun yang mama masak.” Gema menatap Lily yang hanya diam “Memang mau apa, sayang?”Lily menatap Gema sedikit malu “Mas yang masak dibantuin mama, aku lagi pengen ayam goreng mentega.”Gema menghembuskan napas panjang “Bukannya aku pernah buatin? Kenapa harus ke mama?” Lily mengerucutkan bibirnya mendengar suara Gema “Ya tahu, mas buat ayam mentega terus mama...” Lily menatap tidak enak pada Fiona “Mama buatin sop merah.” Lily langsung menundukkan kepalanya setelah mengatakan keinginannya depan sang mertua.“Kamu ke kamar aku buat istirahat.” Gema memberikan perintah yang diangguki Lily.Melangkahkan kakinya menuju kamar Gema, kamar yang menemani Gema pada saat muda sampai sekarang. Kamar itu juga yang menjadi saksi pernikahan mereka sekarang, membuka pintu kamar yang tidak banya
“Kamu yakin ketemu sama dia? Gema harus temani kamu.” “Aku memang harus ketemu dia, menyelesaikan semuanya.” “Apa nggak ada cara lain? Gracia bilang apa yang dilakukan terakhir itu sudah menakutkan, ditambah kita pernah melihat bagaimana istrinya.” Fransiska kembali mencegah keinginan Lily.“Kami khawatir sama kamu, Ly.” Yena melanjutkan kalimat Fransiska.“Kak, restoran ini punya Mas Leo. Aku yakin sudah disiapkan dengan baik sama Mas Leo, walaupun aku nggak yakin dia akan bersikap baik tapi setidaknya aku berada di tempat aman. Apalagi ruangan itu sudah disiapkan sama Mas Leo, kalian juga bisa melihat dan mendengar pembicaraan kita.” Lily menatap mereka satu per satu.“Gema akan ikut menonton?” Fransiska menatap Gema yang menganggukkan kepalanya “Bagaimana kalau sampai ada....” Fransiska tidak bisa melanjutkan kalimatnya.“Aku sudah persiapkan semuanya jadi nggak perlu khawatir.” Gema menatap mereka berlima satu p
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia muncul lagi?” Lily meremas kedua tangannya mendapatkan pertanyaan dari papanya, tidak hanya orang tuanya tapi juga orang tua Gema. Gosip tersebut tampaknya tidak berhenti, agency sendiri sudah mengeluarkan klarifikasi saat media dan orang-orang tahu siapa yang dimaksud. Awalnya mereka juga tidak peduli, kedua orang tua mereka juga sudah bertanya dan sudah dijelaskan sesuai versi mereka, tapi tampaknya gosip semakin meluas.“Kamu bilang kalau nggak akan sebesar ini.” Edi membuka suaranya.Lily hanya menundukkan kepalanya mendengar suara papanya Gema yang selama ini lebih banyak diam, seketika terkejut saat Gema menggenggam tangannya. Mengangkat kepalanya dengan menatap Gema yang menatap lurus kearah kedua orang tua mereka berdua, perasaannya seketika menjadi sedikit tenang.“Kami memilih diam, membiarkan agency yang menyelesaikan semuanya.” Gema membuka suaranya.“Memang kalian nggak mau
Public figure yang berprofesi sebagai penyanyi dikabarkan sudah menikah dengan petugas pemadam kebakaran. Apa maksud dari pernikahan beda profesi ini? Apa hanya untuk sementara atau memang ada cinta didalamnya?Seseorang mengatakan jika penyanyi berinisial “L” ini cinta mati sama mantan tunangannya, bahkan mereka membuat perjanjian agar mantan tunangannya menunggu dirinya janda, sama seperti penyanyi itu yang menunggu sang mantan sampai duda.Petugas pemadam kebakaran yang beruntung atau buntung menikah dengan penyanyi berinisial “L”Mempermainkan pernikahan, mereka memang layak bersama. Kasihan pasangan mereka yang harus merasakan permainan itu.Istri mantan tunangan penyanyi “L” mengatakan jika suaminya menyebut nama penyanyi itu saat mereka bercinta.Hembusan napas panjang dikeluarkan Lily setelah membaca beberapa gosip yang dikatakan Fransiska, semua yang dibaca hanya satu menarik perhatian Lily mengenai janda da
“Aku sama sekali nggak sadar, keadaan kantor gimana?” “Nggak ada apa-apa, mungkin kita memang sibuk sama keadaan sekitar ditambah beberapa panggilan darurat sampai-sampai nggak hirauin begituan.”“Memang nggak ada...”“Nggak ada, sayang. Kalau ada pasti aku cerita.” Gema menenangkan Lily dengan mencubit hidungnya pelan “Kapan kita tinggal di rumah sendiri?”“Aku sampai lupa.” Lily menatap tidak enak.Gema menggelengkan kepala, membuka ponsel melihat jadwal kerja mereka berdua “Aku kalau ninggalin kamu sendirian jelas nggak tega.” “Ada satpam disana, nggak usah takut. Kalau nggak dipaksa kapan lagi kita keluar dari zona nyaman?” Gema menganggukkan kepalanya “Semua keperluan sudah disana juga, lagian rumah juga setiap saat dibersihkan. Kita juga sudah buat selamatan, tinggal masuk saja jadi aku balikin ke kamu.” Lily menyandarkan kepalanya menatap apa yang dilihat Gema, Merry selalu memberikan
“Mama memang ada acara apa?” “Aku juga nggak tahu, memang nggak bilang waktu hubungi?” Lily menggelengkan kepalanya “Mama nggak lagi macem-macem, kan?” “Kenapa baru kepikiran ya?” Gema terdiam dengan tetap fokus pada keadaan jalan “Lihat nanti saja kalau di rumah ramai kita langsung pulang.” Mengikuti apa yang dikatakan Gema adalah jalan aman, Lily tidak terlalu paham dengan karakter mertuanya tapi Gema pastinya paham. Mereka memilih membahas hal-hal lainnya, ditinggal selama hampir seminggu membuat mereka merasakan rindu satu sama lain.“Padahal waktu sebelum menikah nggak begini amat,” ucap Gema sambil tersenyum.“Bedalah, mas. Hawanya juga beda.” Lily memberikan alasan.Gema menganggukkan kepalanya “Beda yang halal dan nggak.”“Rasa khawatir lebih besar, kalau dulu mah bodo amat walaupun tetap khawatir juga. Diperparah kalau mas sama sekali nggak hubungi, udah pikiran aneh-aneh langsung da