“Hubungan kalian sudah sejauh itu?” tanya Fransiska dengan nada tidak percaya yang diangguki Lily “Hebat juga sih Gema bisa hadepin kamu yang manja.”
“Kalau gitu setelah ini Lily udah nggak gelendotan sama kamu lagi, Sayang.” Leo membuka suaranya menatap mereka berdua malas.“Mas Leo jahat banget sama aku,” ucap Lily dengan bibirnya yang mengerucut.“Sakit, Sayang.” Leo membelai tangannya yang baru saja mendapatkan pukulan dari Fransiska “Lagian kamu udah besar kenapa masih gelendotan sama Fransiska, memang nggak malu sama anak dan ponakan kita? Kalau kamu udah punya pasangan sana sama dia, kalau kamu sudah yakin langsung putuskan saja menikah lanjut punya anak, masa kamu tetap begini? Nggak malu sama anakmu nanti? Nikah di hotelku aja nanti aku kasih diskon sama kaya yang lain.”“Mumpung belum menikah aku mau manja-manjaan sama Kak Fransiska, Mas. Lagian kalian setiap saat ketemu masih aja nggak mau ngalah sama aku.” Lily mengatakan tanp“Kami tinggal, aku titip Lily dan percaya sama kamu. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saja.” Fransiska memohon pada Gema yang menganggukkan kepalanya.Semalaman berada di apartemen Lily, memastikan keadaannya sampai tidur. Gema melakukan ini semua bukan karena permintaan Fransiska, tapi dirinya sendiri yang tidak tega pada Lily saat melihat keadaannya kemarin didalam mobil. Bekas tamparannya terlihat jelas, Gema mengobati dengan es batu dan salep yang dikirim oleh Mona.Lily tidak membuka suaranya sama sekali sepanjang perjalanan, Gema bisa lihat dari matanya tatapan takut dan trauma, menggenggam tangan Lily tidak memberikan pergerakan sama sekali. Gema menatap Lily yang masih terdiam, pagi ini tidak ada suara yang keluar dari bibirnya.“Mau makan apa?” tanya Gema mendekati Lily yang tetap diam “Teman-teman kamu nanti kesini.” Gema menghembuskan napasnya saat tidak mendapatkan reaksi apapun dari Lily.Suara bel membuat langkah Gema ke pi
“Ada kebakaran?” suara Larissa membuat semua melangkahkan kaki kearah jendela dimana Larisa berada “Kebakarannya dekat sini deh.” Lily menatap apa yang dikatakan Larissa, panggilan darurat yang dimaksud Gema adalah ini. Pria itu meninggalkannya karena memang ada sesuatu yang darurat bukan menghindari dirinya, pemikiran negatif sempat hadir saat Gema berpamitan, tapi dengan cepat menyingkirkan pikiran negatif itu karena Gema sudah tahu sebenarnya dari awal.“Gema bilang darurat ini ternyata,” ucap Ryan memecah keheningan “Memang dia bawa pakaian dinasnya? Terus kesana naik apa?”“Tempatnya nggak terlalu jauh kayaknya sih jalan kaki,” jawab Yena melihat tempat yang terbakar “Gema pernah cerita pekerjaannya?” Yena mengalihkan tatapan kearah Lily.“Sudah, di mobilnya ada pakaian dinas sebagai jaga-jaga kalau ada sesuatu yang terjadi seperti sekarang.” Lily menjawab dengan kembali ke tempat semula “Gema udah cerita apapun terkait dengan pekerj
“Mona, gimana Gema?” tanya Lily saat melihat Mona duduk disalah satu kursi bersama beberapa pria yang menggunakan seragam sama dengannya.“Masih didalam, belum ada dokter yang keluar.” Mona mengangkat kepalanya menatap Lily yang tampak cemas “Kejadiannya cepat, harusnya sudah keluar tapi Gema masuk lagi karena ada anak kecil yang didalam dan waktu keluar setelah berhasil menyelamatkan anak itu nggak lama kemudian Gema pingsan. Tim melihat kalau pakaian yang dipakai Gema robek jadi gasnya masuk.”“Anaknya?” tanya Fransiska penasaran.“Sudah langsung ditangani dan baik-baik saja.” Mona menjawab yang diangguki Fransiska dengan lega“Duduk disini, Ly.”“Orang tua Gema sudah tahu?” tanya Fransiska lagi yang dijawab Mona dengan gelengan kepala “Kenapa nggak kasih kabar mereka?”“Nanti setelah semuanya selesai, lagian orang tua Gema nggak ada disini.”Lily hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka berdua, dirinya semakin cem
“Nggak usah dijawab karena memang nggak penting.”Pertanyaan Lily semakin membuat suasana menjadi hening, hembusan napas dikeluarkan Lily yang memilih duduk di kursi dekatnya. Setidaknya Lily bersyukur rumah sakit ini kursi penunggu bisa dibentuk memanjang menyerupai ranjang jadi setidaknya dirinya bisa istirahat nanti.“Orang tuaku hanya mengenal Mona, bagaimanapun di tempat kerja hanya Mona wanita yang memang dekat dengan kami para pria. Orang tua terutama mama pernah berharap kami bersama yang nyatanya pasti tidak mungkin karena Mona memiliki kekasih dan akan menikah. Wanita-wanita yang dikenalkan sama mama semuanya dengan harapan aku dan Mona menjaga jarak, mama takut aku sedih nanti waktu Mona menikah.” Gema membuka suara menceritakan hubungan dengan Mona “Aku sudah cerita tentang kamu, kalau mereka besok datang artinya besok adalah pertemuan pertama kalian.”“Kamu takut terjadi sesuatu dalam pertemuan ini?” tembak Lily yang diangguki Gema “Apa
“Sejauh mana hubungan kalian?” Gema menghembuskan napas panjang mendengar pertanyaan mamanya ketika dirinya selesai makan dan Lily ijin keluar menebus resep obatnya bersama sang adik “Setidaknya Lily nggak memandang pekerjaanku.”“Yakin kamu sama dia? Public figure, dunianya beda sama kita. Belum lagi gaya hidupnya, semalam memang kamu dapat voucher darimana? Hotel mahal itu, kamu yang bayar? Bukan dia? Mama sama papa nggak mau punya hutang sama dia.” Gema memilih menganggukkan kepalanya “Memang dari wanita pilihan mama nggak ada yang menarik hatimu? Pastinya nggak kalah cantik dari dia.”“Sayangnya mereka mundur ketika tahu pekerjaanku.” Gema mengatakan sebenarnya.“Kalau gitu dia memanfaatkan kamu agar nggak dibilang perawan tua.” Gema hanya bisa terdiam mendengar tuduhan mamanya pada Lily yang sangat tidak berdasar “Kamu yakin dia masih perawan?” “Ma, berhenti. Nggak baik bicara begitu! Lagian salah Lily apa? Dia semalam h
“Harusnya waktu itu aku nggak datang,” ucap Mona tidak enak yang dijawab Gema dengan gelengan kepala.Memijat kepalanya mengingat kejadian di rumah sakit, kehadiran Mona semakin membuat kedua orang tuanya menunjukkan rasa tidak sukanya pada Lily, bukan mereka berdua tapi hanya mamanya. Mona sendiri semakin tidak enak pada Lily dengan meminta maaf berkali-kali, Gema belum bertemu Lily setelah keluar dari rumah sakit dan ini hampir seminggu.“Kamu nggak hubungi dia?” tanya Mona membuyarkan lamunan Gema.“Belum,” jawab Gema sambil mengusap wajahnya kasar “Kamu masih hubungan sama dia?”Mona menganggukkan kepalanya “Kenapa nggak coba hubungi? Kamu nggak menunggu Lily yang hubungi duluan, kan? Apa tante masih...masih membuat kencan buta?” Gema menganggukkan kepalanya “Apa aku bantu bicara?” “Nggak usah, mereka ingin aku buat segera menikah. Padahal pria kalau belum nikah juga nggak ada masalah, alasan yang dipakai ingin cepat gendon
“Nggak usah di dengerin mereka,” tegur Fransiska yang langsung mengambil tempat disamping Lily “Mamanya Gema belum tahu kamu gimana, image kita memang nggak bagus tapi sekarang kamu harus melakukan sesuatu sendiri untuk meyakinkan dia.”“Apa perlu aku bantu?” Leo menawarkan bantuan yang dijawab langsung dengan gelengan kepala oleh Lily “Lagian ketemu gitu udah mikir negatif, kalau sampai terjadi ya bisa habis duluan itu Irwan sama kita.”Lily tersenyum mendengar kalimat Leo, mereka memang selalu mendukung dirinya dalam keadaan apapun. Orang tua atau lebih tepatnya mama Gema yang tidak menyukai Lily sudah menjadi bahan pikiran sendiri, tidak menghubungi Gema adalah salah satu cara yang dilakukannya beberapa hari belakangan. Kedatangan Gema ke apartemen dan melamarnya semakin membuat dirinya bingung harus bersikap, perasaan pada Gema mungkin belum sepenuhnya tapi setidaknya sudah membuatnya nyaman.“Paling penting buat kita itu adalah kebahagiaan kamu,
“Kapan aku dapat jawabannya? Biar aku bisa bicara sama orang tuaku melamar kamu secara resmi?” Gema menatap Lily yang duduk disampingnya.“Kenapa buru-buru sih? Kita juga baru kenalan dan menjalin hubungan.” Lily menggelengkan kepalanya melihat Gema yang semangat.“Mending pacaran halal, Ly.” Gema memberikan alasan masuk akal yang mendapatkan tawa keras dari Lily “Teman-teman kamu sudah pada menikah, memang kamu nggak mau?”“Gracia belum menikah, lagian menikah bukan buat ajang cepat-cepatan. Aku menikmati waktu yang ada sekarang, waktu seorang diri lebih tepatnya.” Lily memberikan alasan masuk akal yang membuat Gema mengerucutkan bibirnya.Keheningan menemani mereka setelah Lily mengatakan hal tersebut, melihat reaksi Gema yang hanya diam membuat Lily menjadi tidak tega. Saling menatap satu sama lain dengan pikiran masing-masing, semua yang dikatakan Gema memang benar adanya walaupun ada keraguan dalam diri Lily tapi mendengar jawaban da