Share

Playdate
Playdate
Penulis: nura0484

Rencana Gila

“ASTAGA! Jam segini belum bangun.” Lily menutup telinganya saat mamanya masuk kedalam kamar “Kebiasaan jadi penyanyi jangan dibawa ke rumah.”

“Lily masih ngantuk, Ma. Baru tidur setelah subuh, habis ngerjain lagu sama Gracia.” Lily memberikan alasan masuk akal.

“Kalau udah di rumah artinya waktu istirahat bukan begini, bukannya kamu sudah memutuskan di belakang layar sekarang? Kenapa masih aja ada tawaran segala, terus buat lagu sama Gracia memang mau keluarin lagu baru? Siapa? Kamu atau Gracia?” Rahayu memulai pertanyaan panjangnya yang membuat Lily membuka matanya.

“Rezeki nggak boleh ditolak, Ma.” Lily memilih mengambil jawaban aman “Mama mau ngapain kesini?” menatap penuh selidik “Jangan bilang mama mau jodohin aku?” Rahayu tersenyum tipis, melihat itu hanya bisa menghembuskan napas panjang “Aku bukan nggak mau membuka hati atau mencari pacar, Ma. Aku baik-baik saja jadi jangan khawatir masalah jodoh.”

“Mama kan mau lihat anak kamu, Li.” Rahayu mencoba memberikan alasan masuk akal.

“Sekarang mana yang berhasil dari usaha mama? Kak Fransiska? Gagal, terus siapa? Bella? Gagal juga. Kak Yena sama Larissa? Haduh...lingkungan pasangan mereka tidak beda jauh dari aku, Ma. Gracia? Hubungannya aja masih belum jelas, tapi dia sama orang tuanya santai banget nggak kaya mama.” Lily mencoba mengingat semua usaha mamanya “Aku sama Fatur putus baik-baik dan memang keputusan bersama, Ma.”

“Lagian kamu milih kontrak dibandingkan pernikahan,” ucap Rahayu dengan nada kesalnya “Kalian saling cinta malah milih yang nggak pantas dipilih.”

Lily memilih diam, kepalanya sudah sangat pusing dan membutuhkan istirahat. Kehadiran mama tercintanya didalam kamar semakin membuatnya pusing, keinginan untuk kembali tidur sudah hilang setelah mendengar ceramah dari mamanya. Keputusannya berpisah dengan Fatur memang karena kontrak dari perusahaan tempatnya bekerja dalam waktu lima tahun, sebenarnya bukan hanya perusahaannya saja tapi beberapa kerjasama dengan perusahaan lain juga meminta itu, kalau mereka berdua memutuskan menikah pastinya tidak bisa membayar penalti.

Keadaan Fatur sendiri pada saat itu tidak bisa terlalu lama, kondisi kesehatan mamanya semakin menipis dan dengan terpaksa menikahi wanita yang memang sudah disiapkan keluarganya. Lily tidak bisa berbuat banyak dan langsung memutuskan untuk mengakhiri semuanya, perasaan sedih pasti terjadi dan tidak ingin terlalu lama jatuh dalam perasaannya tersebut.

“Kamu tidur dulu, biar nanti kalau ketemu sama cowok dari temannya mama udah segar.” Rahayu menepuk pelan lengan Lily.

“Cowok mana lagi, Ma? Mama nggak capek?” Rahayu menggelengkan kepalanya “Sekarang siapa lagi?”

“Temannya abang kamu.” Lily membelalakkan matanya “Bukan yang tiap hari kesini, tapi teman yang baru ketemu. Kamu ada masalah sama profesi dari pasangan?” Lily menggelengkan kepalanya “Bagus kalau begitu.”

“Memang pekerjaan dia apa?” tanya Lily penasaran.

“Abang kamu bilang dia kerja di perusahaan swasta dan jabatannya masih staf begitu.” Rahayu mencoba mengingat pekerjaan dari teman kakaknya.

“Hanya ketemu, kan? Tidak lebih?” Rahayu menganggukkan kepalanya “Kalau nggak cocok jangan marah dan berhenti buat jodohin lagi.” Rahayu menganggukkan kepalanya lagi “Aku tidur dulu, mama keluar sana.”

“Nggak sopan.” Rahayu menepuk pelan lengan Lily “Habis dhuhur atau pas makan siang ketemuannya.” Lily hanya menganggukkan kepalanya.

Pintu kamar ditutup, hembusan napas panjang dikeluarkannya. Memilih memejamkan mata, waktu istirahatnya semalam dipakai bersama dengan Gracia membuat lagu. Kedatangan mamanya semakin membuat pusing, setidaknya dengan tidur bisa menghilangkan rasa lelah dan siapa tahu pria yang dikenalkan kakaknya memang menarik perhatian. Jodoh bisa datang dimana dan kapan saja tanpa ada yang tahu, hembusan napas dikeluarkan agar tidak terlalu memikirkan hal yang belum terjadi sama sekali.

“Cantik sekali, anak siapa ini?” Lily memutar bola matanya malas mendengar suara mamanya saat keluar dari kamar “Mau sarapan dulu?”

“Telat, lagian udah mau masuk makan siang.” Lily menatap jam yang ada di dinding “Aku kemana ini?” Rahayu memberi kode agar membuka pesan “Private, kan? Aku nggak mau jadi perhatian banyak orang.”

“Kakak kamu sudah lakukan reservasi secara tertutup.” Rahayu menenangkan Lily yang hanya menganggukkan kepalanya “Kamu naik apa?”

“Kendaraan online lah, Ma. Aku mana bisa nyetir? Kalian semua perlakukan aku kaya anak kecil.” Lily menatap malas pada Rahayu “Aku berangkat, kayaknya supirnya udah mau dekat.” Lily mencium punggung tangan Rahayu sebelum keluar rumah.

“Semoga yang ini cocok.”

Lily memilih tidak menjawab, melangkahkan kakinya keluar yang bertepatan dengan kendaraan onlinenya datang. Rencana sudah dilakukan Lily jika nanti sang pria berbuat aneh atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya, sahabat-sahabatnya sudah siap membantu dalam bentuk apapun. Kondisi jalan yang luang membuat Lily sampai dengan cepat, memasuki restoran yang bergaya minimalis dengan banyak spot untuk foto membuat tatapannya tertuju pada tempat tersebut, menyebutkan nama sesuai dengan petunjuk mamanya dan Lily bersyukur pria tersebut belum datang.

Memainkan ponselnya sambil menunggu kedatangan pria itu, pria yang tidak lain adalah teman kakaknya yang tidak pernah diketahuinya. Suara langkah sepatu terdengar, mengangkat kepalanya mendapati pria yang berpenampilan kantor dan pastinya rapi, menahan napas karena pria ini sedikit sesuai dengan pria impian atau hampir mendekati Jimmy dulu.

“Lily? Adiknya Surya?” Lily menganggukkan kepalanya “Anton.”

“Silakan duduk, Mas.”

“Maaf terlambat tadi masih ada yang harus dikerjakan, maklum pegawai.” Anton menatap tidak enak yang hanya dijawab Lily gelengan kepala “Sudah pesan?” Lily sekali lagi menggelengkan kepalanya “Kita pesan sekarang? Aku tidak punya banyak waktu, jam istirahat tidak bisa terlalu lama.”

Pesan, berbicara panjang lebar dan Lily berusaha mengikuti pembicaraan Anton yang tidak terlalu dipahaminya. Pria yang bekerja di bidang teknologi membicarakan tentang teknologi terbaru dan juga kondisi pekerjaannya, Lily akhirnya hanya bisa diam sampai suara ponsel menghentikan pembicaraannya dan Anton langsung mengangkatnya.

“Ya, ini mau selesai. Kamu tunggu dimana? Luar? Ok, aku kesana sekarang.” Anton menutup ponselnya menatap tidak enak pada Lily “Maaf, aku harus duluan.”

“Tidak masalah, Mas.” Lily berusaha mengerti.

“Aku bayar dulu nanti kamu transfer yang bagianmu.” Anton berdiri yang hanya bisa membuat Lily menatap tidak percaya.

Lily mengikuti langkah Anton dan seketika membeku melihat apa yang ada dihadapannya, hembusan napas dikeluarkannya ketika sudah sadar dari apa yang dilihatnya. Pemandangan yang tidak bisa masuk dalam pikirannya saat ini, pria yang terlihat keren dan ok ternyata belok. Lily melihat Anton berpelukan dengan pria lain yang tidak tahu siapa dan tidak peduli siapa, Lily tidak akan mau bertemu lagi dengan pria bernama Anton.

“Gila! Nggak nyangka kalau dia gay. Masa Kak Surya nggak tahu dia gay?” Lily bergidik ngeri membayangkan ketika kakaknya berbicara dengan Anton.

“Mbak, billnya belum dibayar.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status