“Ketemu berkali-kali?” tanya Fransiska memastikan yang diangguki Lily “Aku dulu sama Mas Leo juga sama, nggak sengaja beberapa kali. Siapa tahu kalian memang jodoh.” Lily menggelengkan kepalanya “Memang kenapa? Nggak cakep?”
“Bukan itu,” jawab Lily cepat sambil memukul lengan Fransiska.“Terus apa? Kamu nggak yakin dia ini pria baik-baik?” tanya Fransiska memastikan dengan nada gemasnya “Dia nggak minta jawaban ya, tapi minta kamu jawab entah itu ya atau nggak. Aku menyimpulkan dari cerita kamu begitu, terus apa yang membuat kamu ragu?” Lily mengangkat bahunya, Fransiska memberikan tatapan penuh selidik “Latar belakang? Memang dia kerja apa?”“Aku nggak peduli sama itu, Kak.” Lily menyahuti langsung “Entahlah.” Lily seketika mengangkat bahunya.“Kenapa malah pusing? Jangan bilang kamu udah suka? Cinta pada pandangan pertama.” Fransiaka memberikan tatapan menggoda.“Bukan!” Lily teriak frustasi dengan wajah kesalnya.“Ya, terus apa? Kamu nggak kasih tahu yang jelas.” Fransiska sudah semakin kesal dengan jawaban dan reaksi dari Lily.Lily sendiri tidak tahu jawaban dari pertanyaan Fransiska, dirinya tahu jika mereka bertemu lagi Gema tidak minta jawaban ya tapi setidaknya memberikan jawaban. Gema tampan, bahkan Lily sudah merasakan berada dalam pelukannya walaupun tidak sengaja, tapi menjalin hubungan seperti yang pernah Fransiska alami bersama dengan Leo tidak pernah ada dalam bayangan Lily. Pekerjaan Gema mungkin menjadi salah satu pertimbangan Lily tidak bisa menerimanya, bukan menganggap jelek tapi bukankah seorang public figure harusnya sama politikus, dokter atau pengacara dan Gema bukan dari latar belakang tersebut.“Memang apa yang menjadi pertimbangan kamu? Kalau aku lihat kamu sudah mulai suka sama dia,” ucap Fransiska yang membuyarkan lamunan Lily “Jangan terlalu menyimpulkan itu sebagai rasa suka, pertemuan tidak sengaja bukan berarti kalian jodoh di pernikahan siapa tahu kalian berjodoh sebagai sahabat, nggak usah terlalu mikir nanti kamu malah pusing.” Fransiska menarik Lily kedalam pelukannya.“Kak, apa profesi kita itu hanya bisa berteman dekat dengan pengusaha, dokter, lawyer atau apapun itu?” tanya Lily tiba-tiba, Fransiska melepaskan pelukan memberikan tatapan penuh selidik “Gema, dia itu pekerjaannya pemadam kebakaran.”Suasana menjadi hening setelah Lily mengatakan tentang latar belakang Gema, hal yang menjadi pikirannya selama ini. Fransiska menghembuskan napas panjang setelah akhirnya Lily mengatakan hal sebenarnya, merapikan rambut Lily yang berantakan dimana tampak ekspresi wajahnya yang kusut dengan pikirannya.“Kamu malu? Semua itu hanya profesi, selama dia bekerjanya halal kenapa menjadi masalah.” Fransiska membuka suaranya “Kamu takut dia nggak bisa mengikuti gaya hidupmu? Kamu sendiri nggak pernah melakukan hal aneh-aneh, ke cafe atau pub juga jarang bahkan nggak pernah. Kamu sudah suka sama dia?” Lily seketika menggelengkan kepalanya “Lalu?”“Aku takut berjodoh sama kaya Kak Fransiska dan Mas Leo.” Lily menjawab sambil menundukkan kepalanya.Fransiska mengangkat alisnya mendengar jawaban Lily “Memang kenapa kalau berjodoh? Kamu malu sama pekerjaannya?” Lily memilih diam “Gema bilang kalau kalian bertemu dia membutuhkan jawaban, bukan berarti dia menanti jawaban ya. Kamu bisa memberikan jawaban tidak, lagian kamu juga belum mengenal Gema dengan baik. Kamu mau Mas Leo menyelidiki Gema? Siapa tahu dia bukan pemadam kebakaran biasa.”“Kakak!” Lily mengerucutkan bibirnya mendengar nada menggoda Fransiska “Harusnya memang aku nggak mikir berlebih.”“Ya memang nggak harus mikir berlebih.” Fransiska memukul lengan Lily gemas “Kamu itu lebih tua dari Larissa dan Bella tapi kelakuan masih aja nggak berubah, kelakuan kamu lebih manja daripada mereka berdua, tapi memang kalian nggak tukeran nomer hp?” Lily menggelengkan kepalanya “Aku jadi penasaran cowok yang bernama Gema itu.”“Aku bilangin Mas Leo kalau kakak penasaran sama cowok lain,” goda Lily yang tidak dihiraukan Fransiska “Aku balik sekarang, Mbak Merry udah hubungi. Aku ada rekaman soundtrack. Ketemu kapan-kapan, Kak.” Lily mencium pipi Fransiska sebelum akhirnya keluar.Jadwalnya rekaman lagu soundtrack, soundtrack film yang telah direncanakan dari bulan lalu. Pertemuannya dengan Fransiska setidaknya tidak terlalu jauh dari agency, menggunakan ojek online sudah bisa sampai dengan sangat cepat. Kedatangannya langsung disambut producer dan juga beberapa orang yang terlibat dalam lagu soundtrack, Lily sudah membaca lyricnya dan sempat berlatih dengan kedua rekan satu groupnya.“Kak Lily, KEREN!” teriakan Bella dan Larissa seketika membuat wajah Lily memerah.“Kamu memang selalu tidak mengecewakan sama sekali.” Producer mendatangi Lily dengan menjabat tangannya “Pilihan saya tidak pernah salah setiap meminta kalian berenam.”“Terima kasih banyak, Pak.” Lily mengatakan dengan sopan “Kalau ada project baru lagi boleh nanti langsung hubungi Mbak Merry.”Producer tertawa mendengar kata-kata Lily “Siap! Kalau begitu saya pergi dulu. Kalian berdua juga harus latihan, barangkali soundtrack selanjutnya bisa diisi bersama.”“SIAP, PAK!” Teriak mereka bersamaan.Bertiga menuju ruangan yang biasa dipakai untuk membuat lagu, Lily biasa menghabiskan waktu disini jika sedang menulis sesuatu dan biasanya ditemani Larissa. Bella sangat jarang berada di ruangan ini, lebih banyak berada di ruang practice dance untuk berlatih tapi akhir-akhir ini jarang kesana karena penyakitnya.“Ketemu Kak Fransiska tadi?” tanya Bella yang diangguki Lily “Aku kangen sama dia, memang kalian bicara apaan?”“Anak kecil nggak boleh tahu.” Lily mengatakan sambil lalu dengan fokusnya tetap pada musik dihadapannya “Kalian berdua bukannya mau latihan dance? Bukannya ada undangan tampil dance?”“Bukannya kita berenam?” tanya Bella balik yang membuat Lily terdiam mencoba mengingat “ASTAGA! Kita berdua aja ya, Ris?” Lily memutar bola matanya malas “Kita latihan sekarang.”Lily hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap mereka berdua, baginya kedua anak tadi masih kecil dan menggemaskan. Mereka sudah bersama dalam waktu cukup lama, mengenal luar dalam tanpa perlu berbicara. Menghabiskan waktu di ruangan membuat Lily tidak menyadari waktu yang dilewatinya, hembusan napas panjang saat melihat jam sudah menunjukkan waktunya mereka semua pulang.“Baru pulang?” sapa Merry dengan tatapan terkejut yang hanya diangguki Lily “Mau diantar?” Lily menggelengkan kepalanya “Cari pacar biar nggak hubungi kendaraan online mulu.”“Bagus, cowokku banyak berarti.” Lily menanggapinya santai, Merry hanya bisa menggelengkan kepalanya “Ada apa itu ramai-ramai, Mbak?” mereka berdua menatap apa yang menjadi bahan pertanyaan Lily, gedung agencynya tampak ramai dengan banyaknya wartawan “Bos besar lagi ada masalah?” Merry memukul lengan Lily keras yang langsung mendapatkan tatapan tajam “Kita kesana aja.”Mereka melangkahkan kakinya mendekati keramaian, langkah kaki Lily terhenti saat melihat pakaian yang pernah dilihatnya dulu. Menatap sekeliling berharap tidak bertemu dengannya, hembusan napas lega saat tidak melihat punggung atau bayangan dari orang yang dicarinya. Tarikan seseorang mengejutkan Lily, lebih mengejutkan lagi Lily bisa merasakan aroma yang sama seperti dulu.“Kita bertemu lagi dan sayangnya di situasi yang sama. Aku tidak akan meminta jawabannya sekarang."“Ada apa kesini?” “Lily pengen makanannya mama.” Fiona mengerutkan kening mendengar jawaban Gema “Makanan apa?” “Apapun yang mama masak.” Gema menatap Lily yang hanya diam “Memang mau apa, sayang?”Lily menatap Gema sedikit malu “Mas yang masak dibantuin mama, aku lagi pengen ayam goreng mentega.”Gema menghembuskan napas panjang “Bukannya aku pernah buatin? Kenapa harus ke mama?” Lily mengerucutkan bibirnya mendengar suara Gema “Ya tahu, mas buat ayam mentega terus mama...” Lily menatap tidak enak pada Fiona “Mama buatin sop merah.” Lily langsung menundukkan kepalanya setelah mengatakan keinginannya depan sang mertua.“Kamu ke kamar aku buat istirahat.” Gema memberikan perintah yang diangguki Lily.Melangkahkan kakinya menuju kamar Gema, kamar yang menemani Gema pada saat muda sampai sekarang. Kamar itu juga yang menjadi saksi pernikahan mereka sekarang, membuka pintu kamar yang tidak banya
“Kamu yakin ketemu sama dia? Gema harus temani kamu.” “Aku memang harus ketemu dia, menyelesaikan semuanya.” “Apa nggak ada cara lain? Gracia bilang apa yang dilakukan terakhir itu sudah menakutkan, ditambah kita pernah melihat bagaimana istrinya.” Fransiska kembali mencegah keinginan Lily.“Kami khawatir sama kamu, Ly.” Yena melanjutkan kalimat Fransiska.“Kak, restoran ini punya Mas Leo. Aku yakin sudah disiapkan dengan baik sama Mas Leo, walaupun aku nggak yakin dia akan bersikap baik tapi setidaknya aku berada di tempat aman. Apalagi ruangan itu sudah disiapkan sama Mas Leo, kalian juga bisa melihat dan mendengar pembicaraan kita.” Lily menatap mereka satu per satu.“Gema akan ikut menonton?” Fransiska menatap Gema yang menganggukkan kepalanya “Bagaimana kalau sampai ada....” Fransiska tidak bisa melanjutkan kalimatnya.“Aku sudah persiapkan semuanya jadi nggak perlu khawatir.” Gema menatap mereka berlima satu p
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia muncul lagi?” Lily meremas kedua tangannya mendapatkan pertanyaan dari papanya, tidak hanya orang tuanya tapi juga orang tua Gema. Gosip tersebut tampaknya tidak berhenti, agency sendiri sudah mengeluarkan klarifikasi saat media dan orang-orang tahu siapa yang dimaksud. Awalnya mereka juga tidak peduli, kedua orang tua mereka juga sudah bertanya dan sudah dijelaskan sesuai versi mereka, tapi tampaknya gosip semakin meluas.“Kamu bilang kalau nggak akan sebesar ini.” Edi membuka suaranya.Lily hanya menundukkan kepalanya mendengar suara papanya Gema yang selama ini lebih banyak diam, seketika terkejut saat Gema menggenggam tangannya. Mengangkat kepalanya dengan menatap Gema yang menatap lurus kearah kedua orang tua mereka berdua, perasaannya seketika menjadi sedikit tenang.“Kami memilih diam, membiarkan agency yang menyelesaikan semuanya.” Gema membuka suaranya.“Memang kalian nggak mau
Public figure yang berprofesi sebagai penyanyi dikabarkan sudah menikah dengan petugas pemadam kebakaran. Apa maksud dari pernikahan beda profesi ini? Apa hanya untuk sementara atau memang ada cinta didalamnya?Seseorang mengatakan jika penyanyi berinisial “L” ini cinta mati sama mantan tunangannya, bahkan mereka membuat perjanjian agar mantan tunangannya menunggu dirinya janda, sama seperti penyanyi itu yang menunggu sang mantan sampai duda.Petugas pemadam kebakaran yang beruntung atau buntung menikah dengan penyanyi berinisial “L”Mempermainkan pernikahan, mereka memang layak bersama. Kasihan pasangan mereka yang harus merasakan permainan itu.Istri mantan tunangan penyanyi “L” mengatakan jika suaminya menyebut nama penyanyi itu saat mereka bercinta.Hembusan napas panjang dikeluarkan Lily setelah membaca beberapa gosip yang dikatakan Fransiska, semua yang dibaca hanya satu menarik perhatian Lily mengenai janda da
“Aku sama sekali nggak sadar, keadaan kantor gimana?” “Nggak ada apa-apa, mungkin kita memang sibuk sama keadaan sekitar ditambah beberapa panggilan darurat sampai-sampai nggak hirauin begituan.”“Memang nggak ada...”“Nggak ada, sayang. Kalau ada pasti aku cerita.” Gema menenangkan Lily dengan mencubit hidungnya pelan “Kapan kita tinggal di rumah sendiri?”“Aku sampai lupa.” Lily menatap tidak enak.Gema menggelengkan kepala, membuka ponsel melihat jadwal kerja mereka berdua “Aku kalau ninggalin kamu sendirian jelas nggak tega.” “Ada satpam disana, nggak usah takut. Kalau nggak dipaksa kapan lagi kita keluar dari zona nyaman?” Gema menganggukkan kepalanya “Semua keperluan sudah disana juga, lagian rumah juga setiap saat dibersihkan. Kita juga sudah buat selamatan, tinggal masuk saja jadi aku balikin ke kamu.” Lily menyandarkan kepalanya menatap apa yang dilihat Gema, Merry selalu memberikan
“Mama memang ada acara apa?” “Aku juga nggak tahu, memang nggak bilang waktu hubungi?” Lily menggelengkan kepalanya “Mama nggak lagi macem-macem, kan?” “Kenapa baru kepikiran ya?” Gema terdiam dengan tetap fokus pada keadaan jalan “Lihat nanti saja kalau di rumah ramai kita langsung pulang.” Mengikuti apa yang dikatakan Gema adalah jalan aman, Lily tidak terlalu paham dengan karakter mertuanya tapi Gema pastinya paham. Mereka memilih membahas hal-hal lainnya, ditinggal selama hampir seminggu membuat mereka merasakan rindu satu sama lain.“Padahal waktu sebelum menikah nggak begini amat,” ucap Gema sambil tersenyum.“Bedalah, mas. Hawanya juga beda.” Lily memberikan alasan.Gema menganggukkan kepalanya “Beda yang halal dan nggak.”“Rasa khawatir lebih besar, kalau dulu mah bodo amat walaupun tetap khawatir juga. Diperparah kalau mas sama sekali nggak hubungi, udah pikiran aneh-aneh langsung da