Home / Romansa / Playdate / Tidak Terduga

Share

Tidak Terduga

Author: nura0484
last update Last Updated: 2023-09-14 09:04:17

“Haduh...mata kamu infeksi lagi?” Rahayu menatap Lily yang matanya sedikit bengkak “Kemarin lupa lepas atau gimana?”

“Udah lepas, Ma. Nggak tahu ini kenapa.” Lily menutup matanya dengan kacamata waktu keluar kamar “Aku nanti ke rumah sakit sama Mbak Merry.”

“Kegiatan kalian bagaimana?” tanya Rahayu sedikit khawatir.

“Nggak ada kegiatan, duo bocil paling lagi latihan dance. Vokal juga udah diambil, lagian juga nggak ada undangan buat tampil jadi agak santai.” Lily menjawab sambil menata penampilannya “Kegiatan shooting buat majalah baru minggu depan, semoga aja sudah baikan.”

“Harus baikan, istirahat yang banyak. Cuman periksa aja? Nggak sampai nginap kaya dulu?” Rahayu menatap Lily khawatir “Mama temani?”

Lily menggelengkan kepalanya “Aku pulang kalau sudah selesai, Ma. Aku berangkat, Mbak Merry udah di depan.”

Mencium punggung tangan mamanya dan langsung menuju mobil yang ada didepan pargar, kali ini Merry menyetir sendiri tanpa supir. Kegiatan mereka yang tidak banyak membuat supir tidak harus mengantarkan kemanapun mereka keluar, manager sudah cukup pergi bersama untuk melakukan tugasnya. Merry, sebenarnya tidak hanya memegang Lily tapi mereka bertiga karena manager utama. Mereka hanya mempunyai dua manager, Merry yang lebih banyak bersama dengan Lily dibandingkan satunya.

“Kamu nanti ke agency?” Merry membuka suaranya saat mobilnya mendekati rumah sakit.

“Pulang, Mbak. Kalau mbak ke agency salam buat Bella dan Larissa.”

Merry berdecak pelan “Kaya nggak hubungan aja setiap saat pakai salam segala.” Lily tertawa mendengarnya “Aku antar aja sampai selesai dokter, ambil obatnya bisa ngatasi? Aku diminta balik ke agency, kalian ada tawaran tampil di Malaysia makanya harus balik.”

“Mbak anter aku terus tinggal nggak papa, aku nanti kabari setiap saat terutama perkataan dokter. Aku udah gede jadi paham, Mbak. Jangan lupa aku udah kepala tiga.” Lily memberikan nada peringatan.

Merry tertawa mendengar nada suara Lily “Aku melihat kalian itu kaya masih kecil aja, apalagi kamu. Kalau gitu aku turunin aja ya? Kamu ke Poli sendiri? Kasih tahu semua yang terjadi.” Lily memilih menganggukkan kepalanya.

Rencana mereka lakukan, Merry menurunkan Lily di lobi rumah sakit. Langkah kaki Lily mengarah ke poli, setidaknya Lily tidak perlu mendaftar karena agency sudah mendaftarkan dirinya. Lily bahkan tidak mengikuti antrian yang ada, jalur khusus yang membuat Lily bisa masuk dengan cepat. Dokter memeriksa matanya, Lily hanya diam atas apa yang dokter lakukan. Hembusan napas terdengar pelan, jantung Lily berdetak kencang mendengarnya dan seketika takut mendatanginya.

“Semua akan baik-baik saja dalam empat hari, kurangi kegiatan kalau bisa jangan dipakai main HP atau membaca.” Lily hanya menganggukkan kepalanya “Obatnya hanya tetes, kamu bisa langsung ambil di apotek. Usahakan untuk tidak lupa melepas contact lens, kamu sering lupa lepas makanya sering cedera, kalau kamu tetap lupa nanti bukan hanya bengkak tapi berakibat sama penglihatan. Kamu sudah tahu dan pernah aku bilangin, ini resepnya udah bisa kamu ambil di apotek. Semoga cepat sembuh.”

“Terima kasih, Dok.”

Hembusan napas panjang dikeluarkan Lily, sakit yang selalu hadir dari dulu adalah mata dan sering dirinya absen tampil hanya karena mata, semoga saja besok bisa melakukan pemotretan. Menunggu obat di apotek membosankan, memainkan ponselnya tanpa peduli keadaan sekitar. Langkah kakinya menuju pintu keluar rumah sakit saat selesai dari apotek, seketika terhenti ketika melihat banyak ambulance yang membuat Lily menatap ingin tahu.

“Tawuran remaja, anak sekarang memang nggak bisa menahan diri.”

“Kalau nggak tawuran memang nggak bisa apa? Gini yang malu itu orang tua, semoga nggak ada korban.”

Lily mendengarkan beberapa orang berbicara, menggelengkan kepalanya saat membayangkan apa yang dikatakan mereka benar. Masa muda diisi oleh sesuatu yang bermanfaat, tapi sayang tidak semua orang beruntung bisa merasakan itu semua. Lily menatap sekitar dan sepertinya IGD tidak cukup untuk menampung mereka, makanya ada beberapa dibawa masuk kedalam. Menghembuskan napas panjang, memilih untuk menjauh dari tempat dimana banyak orang melihat korban, hampir saja dirinya jatuh ketika seseorang mendorong secara tidak sengaja.

“Lily? Kamu nggak papa?” Lily membelalakkan matanya melihat Gema berada dihadapannya “Hallo, kamu nggak papa?” tanya Gema lagi.

Lily membeku, merasakan tangan Gema di pinggangnya dan seketika sadar dengan langsung menggelengkan kepalanya “Nggak papa.” Gema yang melihat itu menghembuskan napas lega, melepaskan tangannya dari pinggang Lily “Kenapa kamu ada disini?”

“Kerja.” Lily memperhatikan pakaian Gema dan akhirnya sadar jika sedang bekerja “Kamu mau pulang?” Lily menganggukkan kepalanya “Aku antar.”

“Eh...nggak perlu.” Gema tidak mendengarkan Lily dan tetap melangkah dihadapannya, melihat itu membuat Lily hanya bisa mengikuti langkahnya “Kamu tidak memastikan mereka?”

“Sudah ada yang mengurus, banyak anak-anak disini. Kamu nggak ada yang jemput? Nggak masalah pakai mobil dinas?” Lily menatap mobil dihadapannya yang tidak lain mobil seperti ambulance.

“Memang nggak papa?” tanya Lily ragu.

“Nggak masalah, sekalian aku balik kantor dan buat laporan. Bagaimana? Mau diantar atau panggil kendaraan online? Tapi...masalah kamu sudah selesai atau belum?” Gema menatap ragu pada Lily.

“Sudah, baiklah antar aku pulang.”

Gema tersenyum menatap Lily yang langsung masuk kedalam mobil, memilih melakukan hal yang sama dan langsung bertanya tentang tujuan Lily dengan memasang GPS. Lily menatap Gema sekilas, menyetir dalam keadaan yang sangat serius dan melihat itu membuat Lily tidak berani mengganggu.

“Kenapa mata kamu?” tanya Gema membuka suaranya.

“Biasa, masalah dari dulu.” Lily menjawab sambil lalu “Jadi...pekerjaanmu itu...”

“Aku bekerja di pemadam kebakaran.” Gema menjawab cepat “Apa ada masalah berteman dengan pekerja dengan profesi ini?”

“Nggak, tapi tadi kenapa kamu yang membawa mereka ke rumah sakit? Memang tadi ngapain?” tanya Lily penasaran.

“Kami bukan hanya bekerja saat ada kebakaran aja, seumpama kucing kamu masuk got maka kami yang langsung turun tangan. Tadi itu biasa tawuran dan dipanggil untuk membantu polisi, kali aja ada sesuatu yang terjadi makanya nggak bawa mobil pemadam dan kami hanya membawa ambulance.”

Lily hanya menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan dari Gema, selama ini yang dirinya tahu adalah hanya memadamkan api saja dan jika tidak ada kebakaran, mereka akan kebanyakan luang atau menganggur. Bertemu Gema akhirnya Lily tahu jika pekerjaan pemadam tidak seperti apa yang ada dalam bayangannya, mata Lily menatap Gema yang fokus menyetir.

“Kemarin cewek kamu?” seketika Lily merutuki kebodohannya karena tidak bisa memilah pertanyaan.

“Bukan, kemarin itu cewek yang dikenalkan sama ibuku. Aku juga nggak tahu cewek ke berapa yang dibawa ke aku.”

Lily membelalakkan matanya mendengar jawaban Gema “Ibu-ibu ternyata sama aja, nggak bisa gitu membiarkan anaknya memilih sendiri.” Lily langsung mengeluarkan apa yang ada dalam pikirannya dengan mengerucutkan bibirnya.

“Bagaimana kalau kita bilang sama orang tua jika kita bersama? Jangan kasih jawaban sekarang, kalau kita bertemu lagi baru kasih jawabannya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Playdate   Hamil

    “Ada apa kesini?” “Lily pengen makanannya mama.” Fiona mengerutkan kening mendengar jawaban Gema “Makanan apa?” “Apapun yang mama masak.” Gema menatap Lily yang hanya diam “Memang mau apa, sayang?”Lily menatap Gema sedikit malu “Mas yang masak dibantuin mama, aku lagi pengen ayam goreng mentega.”Gema menghembuskan napas panjang “Bukannya aku pernah buatin? Kenapa harus ke mama?” Lily mengerucutkan bibirnya mendengar suara Gema “Ya tahu, mas buat ayam mentega terus mama...” Lily menatap tidak enak pada Fiona “Mama buatin sop merah.” Lily langsung menundukkan kepalanya setelah mengatakan keinginannya depan sang mertua.“Kamu ke kamar aku buat istirahat.” Gema memberikan perintah yang diangguki Lily.Melangkahkan kakinya menuju kamar Gema, kamar yang menemani Gema pada saat muda sampai sekarang. Kamar itu juga yang menjadi saksi pernikahan mereka sekarang, membuka pintu kamar yang tidak banya

  • Playdate   Tidak Cukupkah?

    “Kamu yakin ketemu sama dia? Gema harus temani kamu.” “Aku memang harus ketemu dia, menyelesaikan semuanya.” “Apa nggak ada cara lain? Gracia bilang apa yang dilakukan terakhir itu sudah menakutkan, ditambah kita pernah melihat bagaimana istrinya.” Fransiska kembali mencegah keinginan Lily.“Kami khawatir sama kamu, Ly.” Yena melanjutkan kalimat Fransiska.“Kak, restoran ini punya Mas Leo. Aku yakin sudah disiapkan dengan baik sama Mas Leo, walaupun aku nggak yakin dia akan bersikap baik tapi setidaknya aku berada di tempat aman. Apalagi ruangan itu sudah disiapkan sama Mas Leo, kalian juga bisa melihat dan mendengar pembicaraan kita.” Lily menatap mereka satu per satu.“Gema akan ikut menonton?” Fransiska menatap Gema yang menganggukkan kepalanya “Bagaimana kalau sampai ada....” Fransiska tidak bisa melanjutkan kalimatnya.“Aku sudah persiapkan semuanya jadi nggak perlu khawatir.” Gema menatap mereka berlima satu p

  • Playdate   Rasa Khawatir

    “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia muncul lagi?” Lily meremas kedua tangannya mendapatkan pertanyaan dari papanya, tidak hanya orang tuanya tapi juga orang tua Gema. Gosip tersebut tampaknya tidak berhenti, agency sendiri sudah mengeluarkan klarifikasi saat media dan orang-orang tahu siapa yang dimaksud. Awalnya mereka juga tidak peduli, kedua orang tua mereka juga sudah bertanya dan sudah dijelaskan sesuai versi mereka, tapi tampaknya gosip semakin meluas.“Kamu bilang kalau nggak akan sebesar ini.” Edi membuka suaranya.Lily hanya menundukkan kepalanya mendengar suara papanya Gema yang selama ini lebih banyak diam, seketika terkejut saat Gema menggenggam tangannya. Mengangkat kepalanya dengan menatap Gema yang menatap lurus kearah kedua orang tua mereka berdua, perasaannya seketika menjadi sedikit tenang.“Kami memilih diam, membiarkan agency yang menyelesaikan semuanya.” Gema membuka suaranya.“Memang kalian nggak mau

  • Playdate   Gosip Besar

    Public figure yang berprofesi sebagai penyanyi dikabarkan sudah menikah dengan petugas pemadam kebakaran. Apa maksud dari pernikahan beda profesi ini? Apa hanya untuk sementara atau memang ada cinta didalamnya?Seseorang mengatakan jika penyanyi berinisial “L” ini cinta mati sama mantan tunangannya, bahkan mereka membuat perjanjian agar mantan tunangannya menunggu dirinya janda, sama seperti penyanyi itu yang menunggu sang mantan sampai duda.Petugas pemadam kebakaran yang beruntung atau buntung menikah dengan penyanyi berinisial “L”Mempermainkan pernikahan, mereka memang layak bersama. Kasihan pasangan mereka yang harus merasakan permainan itu.Istri mantan tunangan penyanyi “L” mengatakan jika suaminya menyebut nama penyanyi itu saat mereka bercinta.Hembusan napas panjang dikeluarkan Lily setelah membaca beberapa gosip yang dikatakan Fransiska, semua yang dibaca hanya satu menarik perhatian Lily mengenai janda da

  • Playdate   Momen Bersama

    “Aku sama sekali nggak sadar, keadaan kantor gimana?” “Nggak ada apa-apa, mungkin kita memang sibuk sama keadaan sekitar ditambah beberapa panggilan darurat sampai-sampai nggak hirauin begituan.”“Memang nggak ada...”“Nggak ada, sayang. Kalau ada pasti aku cerita.” Gema menenangkan Lily dengan mencubit hidungnya pelan “Kapan kita tinggal di rumah sendiri?”“Aku sampai lupa.” Lily menatap tidak enak.Gema menggelengkan kepala, membuka ponsel melihat jadwal kerja mereka berdua “Aku kalau ninggalin kamu sendirian jelas nggak tega.” “Ada satpam disana, nggak usah takut. Kalau nggak dipaksa kapan lagi kita keluar dari zona nyaman?” Gema menganggukkan kepalanya “Semua keperluan sudah disana juga, lagian rumah juga setiap saat dibersihkan. Kita juga sudah buat selamatan, tinggal masuk saja jadi aku balikin ke kamu.” Lily menyandarkan kepalanya menatap apa yang dilihat Gema, Merry selalu memberikan

  • Playdate   Udang Dibalik

    “Mama memang ada acara apa?” “Aku juga nggak tahu, memang nggak bilang waktu hubungi?” Lily menggelengkan kepalanya “Mama nggak lagi macem-macem, kan?” “Kenapa baru kepikiran ya?” Gema terdiam dengan tetap fokus pada keadaan jalan “Lihat nanti saja kalau di rumah ramai kita langsung pulang.” Mengikuti apa yang dikatakan Gema adalah jalan aman, Lily tidak terlalu paham dengan karakter mertuanya tapi Gema pastinya paham. Mereka memilih membahas hal-hal lainnya, ditinggal selama hampir seminggu membuat mereka merasakan rindu satu sama lain.“Padahal waktu sebelum menikah nggak begini amat,” ucap Gema sambil tersenyum.“Bedalah, mas. Hawanya juga beda.” Lily memberikan alasan.Gema menganggukkan kepalanya “Beda yang halal dan nggak.”“Rasa khawatir lebih besar, kalau dulu mah bodo amat walaupun tetap khawatir juga. Diperparah kalau mas sama sekali nggak hubungi, udah pikiran aneh-aneh langsung da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status