Share

Chapter 4

Author: Apple Leaf
last update Last Updated: 2021-04-15 14:29:07

 Ilana menghabiskan makan siangnya tanpa tersisa. Setelah bertemu Danish pagi ini, ia menjadi sangat bersemangat. Bahkan,lebih ceria dari biasanya. Kania bengong melihat sahabatnya yang biasanya tidak pernah menghabiskan makan siang. Kini, piring di depannya itu seperti habis dicuci.

 “Rahang kamu hampir jatuh,” ujar Ilana seraya menyeka bibirnya dengan elegan.

 Kania menutup mulutnya rapat-rapat. Setelah itu ia bertanya kepada Ilana dengan tatapan heran tidak terbendung di matanya. “Ada angin apa, Na? Tumben banget semua makan siang habis?”

 “Tadi pagi ketemu Danish,” jawabnya polos.

 “Danish?” Kania bertambah kaget. Ia sudah sejak lama mengetahui Ilana memiliki perasaan pada pria itu karena Kania merupakan tempat curhat Ilana. “Bukannya hampir tiap hari ketemu Danish? Sekarang apa bedanya?”

 “Aku udah pernah bilang kan kalau aku enggak mau lanjut kuliah S2?”

 Kania mengangguk, menunggu penjelasan sahabatnya itu dengan antusias. Sepertinya ia akan mendengar berita yang tidak terduga. Oleh sebab itu, Kania meneguk jus di depannya dalam sekali teguk.

 Ilana melanjutkan ucapannya, “Aku mau nikah.”

 Hening melanda meja mereka sebelum Kania terbatuk-batuk. Kaget mendengar ucapan Ilana yang terdengar tidak masuk akal. Sorot mata Kania menyiratkan keheranan dan keingintahuan yang dalam. Sejak kapan Ilana memiliki pemikiran seperti itu? Menikah di usianya yang baru saja menginjak 20 tahun? Apakah Kania tidak salah dengar?

 Kania menggaruk telinganya, berharap kalau ia salah dengar barusan. Namun, Ilana meraih tangan Kania. Sekali lagi ia berucap agar meyakinkan Kania bahwa apa yang ia ucapkan tadi tidaklah main-main.

 “Kamu enggak salah dengar. Kalian sama aja, enggak ada yang percaya sama aku.”

 “Gimana mau percaya? Umur kamu baru 20 tahun. 20 tahun Ilana. Mau nikah sama siapa?”

 “Sama Danish,” lagi-lagi Ilana menjawab dengan wajah polosnya seakan-akan tidak peduli dengan penderitaan dunia ini.

 Ekspresi Kania berubah datar. Ia sangat tahu bagaimana perasaan Ilana pada Danish, dan ia juga tahu bagaimana perlakuan Danish pada Ilana. Kania melihat Danish tidak memiliki perasaan apa pun pada Ilana. Ya, dia mendukung Ilana, tapi untuk menikah? Kania tidak percaya kalau Danish mau menuruti permintaan Ilana.

 “Terus Danish udah setuju nikah?”

 Dengan polasnya Ilana menggeleng. Kania sudah dapat menduga kalau semua itu hanya angan-angan Ilana saja. Kania menghela napasnya sambil menyandarkan punggungnya.

 “Udah ngomong sama Danish?”

 Sekali lagi, Ilana menggelengkan kepala dengan lembut. Ia menundukkan kepala, memainkan kuku panjangnya. Ilana tidak tahu apa yang ia ucapkan tentang pernikahan itu merupakan hal yang besar. Setelah ia mengatakan pemikirannya kepada keluarganya, mereka tidak membantah ataupun melarang Ilana. Mungkin mereka tahu kalau Ilana hanya terobsesi sesaat saja.

 “Kamu tahu pernikahan itu bukan buat main-main. Pernikahan itu hal yang besar, Ilana. Aku tahu persis perasaan kamu ke Danish, tapi apa kamu tahu perasaan Danish ke kamu? Enggak kan? Walaupun kamu pengen nikah sama Danish, tapi kalau Danish enggak memilih kamu bagaimana?”

 “Aku ngerti apa yang kamu maksud. Jadi aku bakal serius ngejar Danish,” kata Ilana dengan percaya diri mendeklarasikan akan mengejar Danish.

    🍁🍁🍁

 Termenung sendirian di dalam kamarnya. Ilana tengah memikirkan ucapan Kania padanya tadi siang. Kania benar, selama ini Ilana mencintai Danish diam-diam, meski kadang tidak dapat ia sembunyikan. Ilana tidak pernah terang-terangan mengejar Danish. Yang dimaksud dalam hal ini adalah mengejar Danish sebagai seorang pria. Gadis itu bertingkah layaknya adik kecil yang manis dan terkadang manja pada Danish. Ya, Ilana merasa kalau ia bertingkah seperti seorang adik bagi Danish. Jadi mana mungkin Danish mengetahui perasaan Ilana padanya? Perasaan Ilana pada Danish adalah perasaan untuk seorang pria bukan untuk seorang kakak.

 Ilana menatap ponselnya berlama-lama, tepatnya ia menatap nomor ponsel Danish. Ia ingin menelepon Danish, tapi tidak punya alasan. Jadi Ilana bolak-balik mengunci dan menghidupkan ponselnya beberapa kali.

 “Kalau aku mau nikahin Danish, aku harus terang-terangan ngejar Danish kan? Aku udah putusin enggak melanjutkan kuliah demi belajar jadi Ibu rumah tangga yang baik. Biar nanti Danish enggak kecewa.” Ilana menghela napasnya ketika ucapan Kania lagi-lagi menggema di telinganya.

 Merasa gelisah sampai ponselnya terjatuh dari tangannya. Buru-buru Ilana mengambil ponsel berwarna rose gold itu. Sejenak ia mengamati layar yang kini sebuah panggilan terjawab dari nomor Danish. Ilana panik dan hampir menjatuhkan ponselnya. Buru-buru ia menaruh ponsel tersebut di telinganya.

 “Ada apa Ilana? Saya bertanya dari tadi. Kalau tidak ada yang penting, saya matikan panggilannya.”

 “Tunggu Kak Dan.”

 “Saya tunggu,” jawab Danish singkat.

 “Kak Dan, ajakan makan malam kemarin masih berlaku enggak?” entah dari mana Ilana tiba-tiba bisa berpikir begitu cepat. Apa lagi pertanyaannya ini terbilang menguntungkan baginya. Tiba-tiba saja ia ingat Danish mengajaknya makan malam untuk menghindari masakannya kemarin.

 Hening di seberang telepon. Ilana menjauhkan ponselnya, melihat pada layar tersebut apakah Danish masih di sana atau sudah mematikan teleponnya. Helaan napas pelan keluar dari mulutnya. Ternyata Danish belum mematikan telepon hanya saja pria itu terdiam seolah-olah enggan menjawab Ilana.

 Sekali lagi Ilana bertanya, “Masih berlaku enggak? Kita makan malam ya malam ini?”

 “Ok. Ketemu di tempat biasa.”

 “Eh, Kak—” belum sempat Ilana menyelesaikan ucapannya, tapi telepon itu sudah terputus. Sedikit kesal lantaran Danish tidak akan menjemputnya malam ini. Meskipun demikian, setidaknya Danish mau makan malam bersama Ilana.

    🍁🍁🍁

 Sudah tiga kali tepatnya Ilana melirik pada jam tangannya. Ia sedang menunggu kedatangan Danish di restoran tempat mereka biasa makan malam. Mereka cukup sering makan malam, bukan hanya berdua saja, melainkan bersama keluarga Ilana juga.

 Ilana mengangkat tangannya guna memanggil pelayan. Ia kembali memesan jus untuk kedua kalinya. Jam makan malam sudah lewat lima belas menit, tapi Danish—pria itu belum datang juga. Apakah Danish sengaja setuju lalu membohongi Ilana dengan tidak menepati janjinya? Ilana sebenarnya bukan gadis yang sabar dan hanya akan diam saja ketika disuruh menunggu. Akan tetapi, jika hal itu datang pada Danish, ia akan menunggu dengan sabar.

 Gigi Ilana saling berbenturan sehingga menimbulkan bunyi. Ia tampak sudah tidak sabar menunggu Danish. Lantas ia bangkit dari duduknya, melakukan sedikit pergerakan untuk mengurangi rasa bosannya. Menunggu memang hal yang paling membosankan apalagi untuk gadis aktif seperti Ilana.

 Beberapa menit kemudian, sosok pria yang ditunggu-tunggu berjalan mendekat. Sosok tinggi, berpenampilan rapi, bersih dan tampan perlahan duduk di depan Ilana.

 “Udah lama nunggu? Aku ada urusan yang harus ditangani barusan. Jadi agak telat.”

 Agak telat? Dua puluh lima menit Ilana menunggu di sana. Gadis itu tersenyum canggung, sejenak memalingkan muka. Kalau pria itu bukan Danish, mungkin Ilana sudah mengamuk di sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Please Marry Me   Chapter 33 Ending

    Esok paginya Ilana dijemput oleh Danish. Saking semangatnya, Ilana bahkan tidak sarapan. Dia berpamitan pada orang tuanya lalu langsung masuk ke mobil Danish. Meski kantor Ilana dan kantor Danish berlawanan arah, tetapi tak masalah bagi Danish.Hubungan mereka baru saja berjalan, Danish ingin berpacaran seperti pasangan kekasih pada umumnya. Salah satunya mengantar kekasihnya ke kantor."Kamu buru-buru keluar rumah, jangan bilang kamu belum sarapan," tebak Danish.Ilana tersipu dan menjawab, "Karena kamu bilang bakal jemput aku, jadinya aku terlalu bersemangat. Kamu beliin aku sarapan, oke?""Udah saya duga. Lihat ke bekalang. Saya udah beli sarapan untuk kita," ujar Danish.Ilana pun menengok ke belakang, melihat ada dua kotak yang berisi sarapan. Danish sebetulnya sangat perhatian, hanya sajabaru sekarang dapat ia lakukan."Makasih, Kak Danish."Danish sekilas memalingkan muka begitu mendengar sebutan yang akrab di telinganya. Simpul senyumnya tak bisa dia tutupi."Udah lama banget

  • Please Marry Me   Chapter 32

    "Adik kamu belum pulang juga?" Raihan bertanya pada Arion ketika sudah tiba di rumah. Kania dan Arion saling menatap karena seharian ini mereka tak melihat Ilana.Arion menggeleng, balik bertanya, "Emangnya Ilana pergi ke mana? Dia enggak telepon?""Papa sudah hubungi berkali-kali, tapi ponselnya enggak aktif." Sejak tadi Raihan sudah menghubungi nomor ponsel Ilana, tapi panggilan tersebut tidak tersambung. Sekarang sudah pukul 10 malam dan Ilana pergi sejak pagi, tentu saja Raihan dan Oke khawatir."Papa enggak coba hubungi Danish? Siapa tahu sekarang mereka lagi bersama," dengan santai Arion berkata. "Pa, aku ke kamar dulu. Biar aku yang hubungi Danish kalau Papa enggak mau." Arion segera menuju ke kamarnya. Sedangkan Kania sudah pergi lebih dulu.Di luar kamarnya, Arion menghubungi Danish melalui telepon. Dia berharap agar tak terjadi apa pun pada Ilana. Pasalnya Ilana tak memberi kabar ke rumah."Halo, Pak Danish," Arion segera berucap dan bertanya, "saya mau tahu apa Ilana sedang

  • Please Marry Me   Chapter 31

    Alih-alih mengantar Ilana pulang, Danish mengajak Ilana ke rumahnya sore itu. Jika dulu Ilana akan sangat senang, sekarang ekspresinya mengatakan sebuah penolakan."Kamu enggak suka saya ajak ke rumah?" tanya Danish."Ya, lagian ngapain, sih, ngajak aku ke rumah kamu?" Ilana membalas dengan pertanyaan. Meski begitu Ilana melangkah ke depan pintu, menekan tombol sandi yang ternyata—sandi tersebut masih sama seperti dulu. Danish tak sekalipun menggantinya.Ilana menoleh pada Danish di belakangnya memberikan tatapan yang tak dimengerti oleh Danish."Saya cuma malas aja ganti password," kata Danish. Dia mempersilakan Ilana masuk lebih dulu."Aku lapar," ujar Ilana menoleh pada Danish dan tiba-tiba tersenyum, "kamu harus masak makanan yang enak buat aku."Danish membalas dengan senyum. Dihampirinya Ilana lalu mendekatkan wajahnya dan seketika wajah Ilana merona. Danish sedang menggodanya saat ini?Ternyata pria itu sudah menahan keinginannya terlalu lama dan kini tak sungkan lagi mengecup

  • Please Marry Me   Chapter 30

    Menikmati keindahan pantai menjadi suatu hal yang menarik perhatian Ilana belakangan ini. Selain dapat menghilangkan penat akan kesehariannya yang sibuk.Meski sudah mengetahui kesalahpahaman tersebut, dia tak menghubungi Danish. Bukan karena tak ada rasa, melainkan Ilana menunggu Danish mengambil inisiatif.Pagi itu di Pantai Nyang Nyang Uluwatu, Ilana merentangkan kedua tangannya ketika angin pantai menyambut lembut. Suara ombak kecil terdengar menenangkan di telinganya. Saat ini pantai masih sepi, Ilana menikmati keindahan itu, berlari kecil ke tepi pantai dan kakinya menyentuh air.Seorang pria mengenakan busana santai melangkah mendekat ke tepi pantai. Kedatangan pria itu tertangkap oleh netra Ilana."Gimana dia bisa tahu aku ada di sini?"Ilana merasa kebingungan karena hanya ada dirinya dan pria itu di pantai. Suasana akan menjadi canggung begitu mereka berpapasan nanti.Tak lama kemudian pria itu sudah berdiri di depan Ilana. Seulas senyum terpasang di wajah tampannya. Jujur s

  • Please Marry Me   Chapter 29

    "Kenapa buru-buru Ilana?" Raihan yang duduk di kursi kerja bertanya penasaran.Arion dan Kania menyusul di belakang Ilana, sontak Raihan menjadi sangat terkejut."Ada apa ini?" Laki-laki itu segera berdiri."Gini, Pa, aku sama Kania enggak sengaja—”"Cukup!" potong Ilana, tanpa menoleh pada kakaknya, dia berucap lagi, "aku mau ngomong sama Papa. Kakak sebaiknya ngasih aku ruang."Arion dan Kania mengangguk. Mereka merasa bersalah karena tak hati-hati saat berbicara. Arion menutup pintu ruang kerja ayahnya. Kini ruang kerja itu sunyi karena Ilana belum mengutarakan maksudnya."Duduk, Na."Setelah keduanya duduk, Ilana menatap dalam pada ayahnya. Raihan belum pernah menerima tatapan ini dari Ilana. Raut mukanya sedikit khawatir."Pa, tolong jelasin sama aku," kata Ilana."Apa yang ingin kamu dengar?""Papa punya masalah apa sama Danish 5 tahun lalu? Aku pengen Papa jawab jujur!"Suasana di ruangan itu menjadi sedikit tegang. Keingintahuan Ilana adalah rahasia yang disimpan oleh Raihan.

  • Please Marry Me   Chapter 28

    "Ilana!" Tiba-tiba Erna berseru dan segera memeluk Ilana. Tentu saja setelah acara pernikahannya selesai.Ilana menjadi sedikit canggung. "Bu Erna, tolong jangan meluk erat-erat, aku enggak bisa napas," kata Ilana. Oleh karena itu, Erna dengan segera melepaskan Ilana."Aduh, maaf. Habisnya aku senang sekali bisa bertemu Ilana lagi," timpal Erna."Selamat atas pernikahan Ibu," ujar Ilana. Kemudian pandangannya teralih pada Farrel, "Kak Farrel membuat aku tercengang, tapi aku sangat bahagia karena akhirnya kalian bersama."Farrel berdiri di samping Ilana, tetapi matanya mengarah pada Danish. "Ehem. Terus gimana sama kamu?"Kening Ilana mengkerut serta kedua alisnya bertautan. Sepertinya tak suka akan pertanyaan Farrel. Kalau saja hari ini bukan hari bahagia Farrel, maka Ilana akan benar-benar memukul lelaki itu."Ya, udah deh. Aku enggak akan bertanya. Makasih banget kamu udah mau datang di hari bahagiaku," ucap Farrel lagi.Kemudian Farrel dan Erna menyalami para tamu yang tengah berpa

  • Please Marry Me   Chapter 27

    Arion dan Kania telah turun dari mobil mereka, sedangkan Ilana masih mengatur pernapasannya. Entah mengapa jantungnya berdebar kencang padahal bukan dia yang akan menikah, tetapi dia menjadi canggung."Ilana ayo buruan turun. Acaranya udah mau mulai," ujar Arion.Farrel mengadakan pernikahannya di sebuah hotel mewah dengan pemandangan outdoor pantai. Para tamu sudah mulai berdatangan sejak tadi. Kebanyakan dari mereka datang bersama pasangan.Ketika melihat itu Ilana jadi berkecil hati karena dia tak membawa pasangan. Dia turun perlahan dari mobil dibantu oleh Arion. Dan setelah itu Arion menggandeng Kania, sedangkan Ilana berjalan di samping mereka.Mereka menunjukkan kartu undangan kepada staf yang bertugas dan mempersilakan mereka untuk masuk. Ilana terpukau melihat dekorasi indoor aula pernikahan, yang langsung memperlihatkan dekorasi outdoor di balik dinding kaca—yang terlihat mewah.Tanpa berkata apa pun pada kakaknya, Ilana melangkah melewati pintu kaca yang lebar itu, seketika

  • Please Marry Me   Chapter 26

    "Bu, ada surat undangan untuk Ibu," kata salah satu staf kepada Ilana.Ilana mendongak, lalu meraih surat undangan di tangan staf wanita itu. "Terima kasih."Ketika Ilana membaca nama yang tertera di surat undangan tersebut, matanya melebar tak percaya. Sudah lama sekali dia tak bertemu Farrel dan sekarang pria itu akan menikah dengan Erna yang membuat Ilana semakin tak percaya."Dulu pas aku muji Bu Erna, Farrel enggak mau dengar. Nah, sekarang mereka bakal nikah." Ilana tertawa di balik surat undangan pernikahan itu.Detik berikutnya tawanya menghilang karena Farrel mengingatkannya pada seseorang. Tangan Ilana spontan meletakkan kartu undangan tersebut. "Apa dia juga bakal datang?" Dengan cepat Ilana menghempaskan pikirannya tentang lelaki itu.***Mengingat hari pernikahan Farrel seminggu lagi, Ilana dan Kania pergi ke butik langganan mereka. Memilih gaun yang tepat dan pas bukan hal mudah ternyata. Ilana sudah mencoba 5 gaun, tetapi masih merasa tak sesuai. Sementara Kania sudah m

  • Please Marry Me   Chapter 25

    5 Tahun kemudian ....Banyak hal telah terjadi dalam 5 tahun terkahir. Ilana menyelesaikan kuliah S2-nya dua tahun lalu, dan dia langsung bergabung dengan perusahaan ayahnya. Tentunya Ilana memulai dari karyawan biasa sampai membawanya pada jabatan manajer. Sementara Arion adalah penerus ayahnya, dia kini menjabat sebagai Vice Presiden Director.Selain bekerja, Ilana juga menghabiskan waktunya berjalan-jalan—kapan pun dia mendapatkan waktu—menikmati masa mudanya, sendirian ataupun bersama sahabatnya. Oh, ya, siapa yang menduga kalau Kania dan Arion menjalin hubungan sejak 3 tahun lalu? Dan mereka pun melangsungkan pernikahan tak lama setelah menjalin kasih. Mereka juga dikarunia seorang anak perempuan yang sangat manis.Pagi itu, tak seperti biasanya Ilana bangun kesiangan akibat menonton film sampai dini hari. Jadi, sekarang ini dia terburu-buru, menenteng tasnya sambil mengenakan sepatu hak tingginya."Ma, Pa, Kak Arion udah berangkat?" tanya Ilana sesampainya di ruang makan. "Aduh p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status