Share

A Hyperdreamer

Mi Hee. Gadis Korea yang berambisi memiliki kekasih seorang idol. Tak disangka banyak yang telah dikorbankannya untuk sekedar melihat idol yang sangat dikaguminya. Hampir seluruh teman-teman di sekolahnya dulu mengejek dan meremehkan impiannya itu. Mereka tak sadar bahwa dengan ejekan itu membuat Mi Hee semakin berpacu untuk menggapai mimpi-mimpinya. Ah, Mi Hee memang seorang gadis yang luar biasa. Sungguh bahagia memiliki sahabat baru sepertinya. Dia juga sering mengajakku mengunjungi beberapa tempat terhebat di Seoul. Mulai dari tempat syutingnya Boys Before Flower, Full House, dan masih banyak lagi. Aku benar-benar sangat bahagia. Setahun berlalu, sudah melekat dalam benakku wangi aroma alamnya, musim dinginnya yang menusuk tulang, dan hidung-hidung mancung dengan wajah tirus yang berseliweran di sekelilingku. Aku sudah sangat hafal dengan itu semua. Mi Hee membuatku lupa akan Indonesia, kampung halamanku.

"Memangnya apa yang sedang kau kejar di sini?" Mi Hee memandangku dengan sangat lama sambil menyantap ramen yang baru saja kami pesan.

"Cinta. Aku melihat banyak cinta di negara ini."

"Oya? Aku baru tahu, kalau Korea ini penuh dengan cinta. Apa kau tersihir dengan drama-dramanya?" Mi Hee mengedipkan sebelah matanya padaku.

"Aniyo. Sejak pertama kali aku melihatnya dalam TV, aku tertarik dan semakin tertarik setiap membayangkan seandainya aku berada di sini. Akhirnya, impianku tercapai..." ulasku dengan datar.

"Wah, aku sangat senang kalau ada orang asing begitu mencintai negaraku ini. Kau tenang saja aku akan selalu menjadi pemandumu yang paling setia, tetapi kau harus bisa mempertemukanku dengan Ahn Jae. Bagaimana?" tukasnya sambil berteriak padaku.

"YAAAAAA, Mi Hee!!! Bagaimana mungkin? Aku saja tidak kenal dengannya!" jeritku begitu mendengar dia menyebutkan nama idol yang sangat disukainya itu.

"Hahaha... Makanya, kau harus ikut denganku ke acara Fan Meeting mereka. Okay????" jawabnya lagi sambil menyentil hidungku dengan kuat.

"Aaauuuwwwww!!!" jeritku sekali lagi.

"Percayalah, Kara... Kau akan jatuh cinta saat melihat mereka tampil di atas panggung. Mungkin juga kau akan pingsan saat melihat Ahn Jae menari di sana. Oh... Ahn Jae." Mi Hee menganga sambil memeluk bantal kursi yang sedari tadi dipegangnya.

"Kau pikir setiap gadis akan berpikiran yang sama sepertimu?" ujarku sambil menyentil dahinya dengan kuat lalu berlari masuk ke kamar dan menguncinya dari dalam. Sayup-sayup ku dengar Mi Hee berteriak memanggilku. Rasakan! Itu adalah pembalasan karena dia sudah menyentil hidung mancungku tadi. Aku tertawa kecil sendiri.

Pagi ini, Mi Hee mengerucutkan mulutnya padaku. Sambil meraih semangkuk sereal yang baru saja ku siapkan, dia memandangku dengan tatapan tajam.

"Wae?" tanyaku saat melihat keadaannya yang tak beraturan.

"Kau masih tidak ingin ikut?"

Aku menggeleng.

"YAAA, Kara!!!! Ku mohon!"

"Tidak bisa!" sahutku dengan keras.

"Kenapa? Kau tidak punya uang? Kau bisa memakai uangku!"

"Aniyo!" elakku lagi dan kali ini meraih sebotol air mineral dari dalam kulkas.

"Ayolah, Kara! Help me!!!" Mi Hee terus merayuku sembari bergelendotan manja di bahuku.

Aku memandang gadis bermata sipit ini. Iba juga sebenarnya, tetapi....

"Aku janji akan mentraktirmu Kue Beras!"

Aku kaget. Ya, Kue beras adalah makanan favoritku selama di Korea. Mungkin karena aku sangat merindukan Indonesia dan bunda. Ah, Mi Hee tahu saja kelemahanku.

"Okay???" serunya lagi.

Aku masih memandangnya.

"Kara!!!"

Aku tersenyum sambil mengangguk.

Mi Hee tertawa dengan bahagianya. Baiklah, mungkin sudah saatnya aku menyetujui ajakannya. Semoga saja apa yang ada di benaknya sama persis dengan apa yang ada di benakku.

Ku gelangkan jam tangan berbentuk hati di tangan kananku. Jam ini baru saja ku beli di Myoengdoeng bersama Mi Hee pekan lalu. Warna bunga sakura yang melekat di rantainya, membuat jiwaku terasa tenang. Aku selalu berpikir, sampai kapan aku akan mencintai negara ini dengan sangat dan teramat? Sepertinya seluruh nuansa alam, humaniti, dan pesonanya melekat kuat dalam relung hatiku yang paling dalam. Untuk sebagian orang, memang tak terlalu menarik dan terlalu berlebihan jika aku memujinya seperti ini. Hum... Beginilah rasanya jika cinta itu sudah tertanam kuat. Beginilah rasanya jika cinta itu tulus dari dasar jiwa. Beginilah rasanya. 

"Kau sudah selesai?" Suara Mi Hee membuyarkan lamunanku.

Aku mengangguk. "Ayo!"

"Ayo!!"

Aku memandang Mi Hee dengan penasaran. "Kenapa?"

"Kau cantik sekali, Kara...."

Aku melotot padanya. "Tidak usah banyak bicara! Aku tidak percaya padamu. Ayo pergi!" ujarku sambil menyeretnya keluar dari dalam kamar.

Mi Hee tertawa lebar. Sekarang dia sudah mulai tahu kelemahanku. Sedikit saja dipuji seperti tadi, aku merasa terbang ke awan.

Ramai. Suasana ini sangat ramai sampai kepalaku terasa pusing dan ingin pecah. Ku tutup kedua telingaku dengan tangan sambil menunduk. Seharusnya aku menolak saja waktu Mi Hee mengajakku menonton boyband kesayangannya ini. Ini bukan styleku, tetapi karena rasa penasaran yang begitu besar terhadap idolanya ini membuatku harus terkurung di antara para remaja dan teriakan mereka. Baiklah, aku harus menghadapi kericuhan ini. Tidak boleh kalah!

"SNine!!! SNine!!!!!!" Mereka berteriak dengan sangat kencang, termasuk Mi Hee.

"Ahn Jae!!!" Mi Hee berteriak sekeras mungkin.

Ku pandangi sahabat Koreaku itu. Badannya meliuk-liuk mengikuti irama musik yang sedikit hiphop. Kedua tangannya terangkat ke atas, rambut panjangnya terurai, dan terkibas ke udara. Apa yang ada di dalam pikirannya sampai segila ini dengan mereka? Untuk para idol di depan sana, di atas panggung, yang tak mengerti betapa perjuangan penggemar mereka sampai sejauh ini. Seperti Mi Hee, dia harus merelakan sebagian uang kuliahnya untuk membeli tiket, meninggalkan mata kuliah yang terpenting sekalipun, dan tak perduli apapun itu yang penting hati bahagia hanya dengan memandang para idol ini. Termasuk aku? Oh, tidak!!!! Aku hanya ikut saja, bukan penggemar. Tolonggg!!!!!!! Aku tidak ingin menjadi bagian dari para wanita-wanita ini. Namun, kalau dipikir-pikir, tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Para remaja maupun gadis dewasa di sana juga sama histerisnya dengan para gadis di negara ini. Aku memamg sangat menyukai Korea dan juga dramanya, tetapi aku masih bisa berpikir logika untuk menyebut mereka sebagai Dewa. Ah, sudahlah. Setidaknya aku sudah menuruti keinginan Mi Hee untuk melihat idol kesayangannya itu. Walaupun sebenarnya aku tidak nyaman dalam kerumunan ini.

"Gyo Joon!!!!"

"Lee Sin!!!"

"Ahn Jae!"

"Alan!"

"Sang Yoen!!"

Siapapun mereka di atas panggung sana, aku tak perduli. Aku ingin secepatnya keluar dari sini. Bising!!

"Kara!!!" teriak Mi Hee memanggilku.

Ku angkat kepalaku dan melihatnya.

"Ayo, bersenang-senang!" serunya sambil terus berteriak dan bergoyang.

Aku hanya tersenyum.

"Kau akan jatuh cinta pada mereka. Percayalah padaku!" seru Mi Hee dalam suasana riuh seperti ini.

"Tidak akan! Aku tidak percaya padamu!" balasku sambil tertawa kecil.

"Mari bertaruh!" teriak Mi Hee.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status