Share

Bab 6

Penulis: Merry Raharja
"Nggak apa-apa, dia bukan orang yang pelit. Anggap saja ini hadiah karena kamu sudah mulai bekerja. Kak Nadira sangat hebat dalam pekerjaannya, kamu bisa belajar banyak dengan mengikutinya."

Kata-kata Adelio hanya memprioritaskan kepeduliannya kepada Jenita.

Nadira yang berada tidak jauh dari situ bisa mendengar kata-katanya. Hatinya langsung muram.

Dia murah hati? Dalam benak Adelio, Nadira adalah wanita yang akan merelakan apa pun, merelakan proyek-proyeknya, merelakan pekerjaan desainnya, bahkan merelakan keinginan ibunya yang sudah meninggal.

Sekarang, dia bahkan merelakan suaminya untuk wanita lain.

Tanpa bercermin pun Nadira bisa melihat betapa menyedihkannya keadaannya saat ini.

Nadira, kenapa hidupmu menyedihkan begini?

"Aku sempat bertanya-tanya kenapa Bu Nadira sampai mendatangiku. Ternyata karena suamimu memiliki wanita lain."

Suara gurauan pria terdengar, membuat Nadira melangkah mundur tanpa sadar. Kakinya tersandung, pijakannya goyah dan dia terjatuh ke belakang.

Pupil matanya tiba-tiba membesar, segala kemungkinan melintas di benaknya. Tiba-tiba, ada sepasang tangan kekar menopang pinggangnya.

Pada saat itu, dia bersyukur bahwa Sharga masih menunjukkan sedikit simpatinya. Detik berikutnya, dia melihat bibir pria itu tertarik membentuk senyuman menggoda, lalu cengkeraman tangan di pinggangnya terlepas.

Nadira terkejut karena pria itu mempermainkannya.

Pada saat itu, entah mendapat kekuatan dari mana, Nadira menarik ujung jas Sharga saat tubuhnya hampir jatuh ke lantai.

Mata gelap pria itu berkedip beberapa kali karena terkejut dan dia terpaksa memegang pinggang Nadira lagi, menahannya agar tidak terjatuh.

Tanpa diduga, Nadira menabrak dada Sharga yang keras dan tegap. Nadira mengernyitkan dahinya, mendongak ke atas dan melihat mata hitam Sharga yang tidak terbaca.

Mata pria itu penuh rasa geli, suaranya mengandung ejekan. "Kamu menjadikanku batal hidup?"

Nadira tidak bisa memunculkan kesan baik tentang pria ini, terutama dengan lelucon yang baru saja dia lontarkan. Dia mendorong pria itu menjauh dengan jijik, menarik jarak di antara mereka.

Bagaimana mungkin Nadira bersedia mengakui bahwa dia sengaja melakukannya?

"Tadi hanya refleks, aku minta maaf, Pak Sharga."

Jika saja pria ini tidak menggodanya, kejadian mengejutkan barusan tidak akan terjadi.

Nadira mengepalkan ujung jarinya dengan erat, memaksa dirinya untuk tenang. Dia hanya bisa bergantung kepada Sharga untuk bisa mendapatkan Proyek Obari. Sekarang, Sharga adalah tuannya.

Nadira menarik napas dalam-dalam, sebuah senyuman muncul kembali di wajahnya.

"Sekarang, Pak Sharga sudah bisa memercayaiku, bukan? Aku bukan mata-mata yang dikirim oleh WR Group dan aku benar-benar ingin bekerja sama denganmu."

Sharga berkata dengan malas sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

"Entahlah. Siapa yang bisa menjamin kalau kalian tidak sedang bersandiwara di depanku."

Nadira mengatupkan bibirnya rapat-rapat, merasa bahwa pria ini sangat waspada. Siapa pun yang menjadi istrinya kelak, khawatirnya mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk memulai percakapan dengan lawan jenis.

Dia menatapnya dengan sabar, dengan senyum di wajahnya.

"Aku nggak perlu melakukan semua itu. Relasi Pak Sharga sangat luas, hanya soal perintah saja kalau ingin mengecek kebenarannya."

Masa lalu Jenita dan Adelio diketahui oleh semua mahasiswa di Universitas N saat itu.

Beberapa saat kemudian, Sharga dengan enggan membuka mulut dengan enggan.

"Karena Bu Nadira bersikeras ingin bekerja sama, sebaiknya aku perjelas saja. Begitu proyek ini jatuh ke tangan LS Group, kalau Adelio ingin memeriksanya, cepat atau lambat dia akan menemukan keterlibatanmu. Kalau masalah ini menyebar, akan memberikan dampak pada LS Group ...."

Sharga sengaja menghentikan penjelasannya, lalu mendekatkan tubuhnya kepada Nadira. Bibir hangatnya menyentuh daun telinga Nadira, tersenyum tipis.

"Pada saat itu, akan ada orang yang mengatakan bahwa kamu berkhianat denganku. Apa kamu bersedia menanggung konsekuensi ini, Bu Nadira?"

Sharga mengucapkan kata "Bu Nadira" dengan intonasi yang berat.

Nadira menegang, mengerti apa yang Sharga maksud. Apa yang dia lakukan sekarang sama saja dengan bermain api.

Namun, selama dia bisa menyelesaikan proyek ini tepat waktu sebelum kepergiannya, apa yang orang lain bicarakan adalah urusan mereka.

Kerutan di kening Nadira perlahan mengendur.

"Pak Sharga nggak perlu khawatir soal ini. Pak Sharga adalah seorang pebisnis, jadi yang terpenting adalah proyek ini nggak membawa kerugian untukmu."

Dia merasa bahwa Sharga bukan tipe orang yang bertindak hati-hati karena takut menyinggung perasaan Adelio. Pria ini memiliki sifat kejam yang tidak takut pada apa pun.

Sharga tersentak, lalu mengalihkan pandangannya. Dia melanjutkan tatapan malasnya dan memanggilnya dengan lembut.

"Hei."

Nadira mengangkat pandangannya. "Hmm?"

Mata Sharga melintasi bagian atas kepalanya dan jatuh lurus ke seberang ruangan, suaranya diwarnai dengan sedikit godaan.

"Suamimu sepertinya melihat ke arah kita."

Nadira tertegun, tubuhnya menegang. Dia menoleh dan mendapati bahwa Adelio memang melihat ke arahnya.

Mereka berdua sama-sama terkejut.

Tatapan Adelio awalnya berkilat karena terkejut saat melihat Nadira ada di sini. Namun, dia juga melihat Sharga di sisinya.

Jenita tidak menyadari ada yang tidak beres dengan gelagat Adelio, malah dengan santainya berjalan mendekat dan menyapa Nadira.

"Kak Nadira, kebetulan sekali. Kalau tahu kamu akan datang, aku nggak akan menemani Lio ke sini. Jangan salah paham dulu, karena Pak Adelio nggak punya pendamping wanita, jadi aku menemaninya."

Jenita berbicara dengan bahasa isyarat yang canggung.

Setelah itu, pipinya sedikit memerah dan dia dengan takut-takut melirik ke arah Nadira. Tatapannya berubah menjadi gelisah.

Saat ini, Nadira merasa seperti ibu tiri yang sengaja menggertak Jenita.

Adelio tersentak, berjalan mendekat dan menggenggam tangan Nadira.

"Bukannya aku sudah memintamu istirahat di rumah? Kenapa malah keluar sendirian?"

Nadira terkejut, tidak tahu apakah Adelio sedang memedulikannya atau mencurigainya.

Tanpa mengungkapkan apa pun, dia berkata, "Bukannya aku sudah pernah memberitahumu soal karya yang aku buat untuk kelulusan kuliah? Saat mendengar lelang karya itu dibuka hari ini, aku datang naik taksi karena kamu sibuk di perusahaan."

Ketika Jenita mendengar itu, dia tanpa sadar berniat menyembunyikan tangannya. Namun, Nadira tiba-tiba menatap pergelangan tangannya dan bertanya secara tiba-tiba.

"Nona Jenita, kenapa gelang ini bisa ada padamu?"

Jenita tidak bisa menyembunyikannya tepat waktu karena pergelangan tangannya dipegang oleh Nadira. Gelang berwarna biru kehijauan itu terpampang dengan jelas di depan mereka.

Sharga bersandar di tepi kursi dengan tangan bersedekap, menyaksikan drama itu dengan penuh minat.

Suasana menjadi hening sesaat.

Nadira tiba-tiba meninggikan suaranya dan menatap wajah Adelio. "Aku tahu, kamu membeli itu tanpa sepengetahuanku karena ingin memberi kejutan untukku, ya 'kan?"

Adelio tertegun, menjawab sambil menatap Nadira.

"Ya, aku datang setelah selesai bertemu klien. Aku sudah memikirkan gelang itu sejak lama dan Jenita membantumu menyimpannya sebentar."

Nadira tersenyum santai.

"Aku tahu kamu akan mempertimbangkan semua ini, jadi maaf karena sudah merepotkanmu untuk menyimpannya, Nona Jenita. Tapi, karena aku sudah di sini, aku nggak akan merepotkanmu lagi untuk membantuku menyimpannya."

Wajah Jenita berubah pucat. Dia hanya bisa memendam amarahnya di dalam hati tanpa bisa menunjukkannya saat melihat Nadira mengulurkan tangannya ke arahnya.

Dengan enggan dia melepaskan gelang itu. Gerakannya sempat terhenti sejenak, sebelum meletakkannya di tangan Nadira.

Merasa puas, Nadira memasang kembali gelang itu di pergelangan tangannya dan dengan sengaja melambaikannya di depan Adelio dan Jenita.

"Bagus nggak?"

"Bagus." Adelio menimpali dengan sabar seperti biasa.

"Eh, bukannya ini Pak Sharga? Kenapa Kak Nadira bisa bersama Pak Sharga? Seingatku, perusahaan kita sepertinya nggak ada kerja sama dengan LS Group."

Jenita mengubah topik pembicaraan dan bertanya pada Adelio. Suaranya lembut dan tenang.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 50

    Sharga mengacungkan jempol ke arah Nadira dan berpura-pura serius."Bagus sekali, jangan mau mengemis kepadanya."Nadira tertawa getir saat melihat keseriusan Sharga. Namun, tawa yang terdengar begitu pelan dan tertahan.Dia tidak bisa memastikan apakah Sharga sedang memujinya atau hanya meremehkannya.Dia melambaikan tangan ke arahnya dengan perasaan lega."Sudah waktunya pulang."Nadira baru akan mengangkat kakinya dan melangkah pergi, tiba-tiba ada sesuatu yang menariknya dari belakang. Dia terdiam, lalu mencoba menariknya beberapa kali lagi, tetapi kakinya masih ditarik ke belakang.Ketika dia menunduk dan melihat ke belakang, ternyata anjing Sharga tengah menggigit ujung roknya.Nadira menoleh ke arah Sharga dengan bingung. "Apa maksudnya?""Mungkin ... dia nggak mau kamu pergi?"Sudut bibir Sharga sedikit terangkat, anjing ini benar-benar sangat peka.Nadira melihat mata anjing itu tidak segarang sebelumnya. Saat ini, matanya berbinar dan terlihat sangat lembut.Namun, Nadira tid

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 49

    Adelio mengepalkan tangannya dengan erat, tetapi tubuhnya yang tinggi tidak bergerak. Wajahnya terlihat acuh dan dingin."Pak Sharga, kamu harusnya tahu seperti apa hubungan di antara kita. Kamu nggak boleh menyentuhnya.""Katakan itu padaku setelah kamu memberi pelajaran pada Nando. Oh ya, selesaikan skandalmu sendiri, jangan sampai aku mengatakannya di depan kakek."Asap putih jernih yang bercampur dengan napas yang dihembuskan Sharga saat berbicara memadat dan mengepul ke atas, sedikit ketidaksabaran mengintai di antara kedua alisnya.Adelio mengetahui temperamen Sharga. Dia tidak akan berakhir baik-baik saja jika sampai memprovokasinya.Apalagi, dia sudah mengatakan apa yang harus dia katakan.Dia berbalik dan bersiap untuk pergi.Namun, suara rendah Sharga terdengar lagi."Adelio, jangan berpikir bahwa semua orang sama menjijikkannya sepertimu. Aku nggak akan menyentuh wanita yang sudah berkeluarga, ini batasan yang tak pernah kulanggar."Bahu Adelio yang tegang berangsur-angsur

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 48

    "Bukannya takut, aku nggak mau cari masalah saja. Pak Sharga nggak takut disalahpahami?"Nadira bersembunyi ke samping, tatapannya melirik ke arah tangga."Aku mau sembunyi di atas."Tanpa menunggu persetujuan Sharga, dia langsung lari ke atas.Sharga juga tidak menghentikannya, hanya mengaitkan bibirnya dan tertawa."Sikapmu malah menunjukkan kalau kita sedang berselingkuh."Langkah kaki Nadira terhenti sejenak, yang dikatakannya memang benar.Namun, Nadira tidak punya pilihan lain. Adelio sudah mencurigai hubungannya dengan Sharga, jika sekarang dia tahu bahwa Nadira juga datang ke rumah Sharga, dia akan makin curiga.Saat sampai di ruang tamu, Adelio sempat melihat bayangan berkelebat, serta pintu yang tertutup di lantai dua. Namun, itu hanya bayangan sekilas, jadi dia tidak bisa melihat sosok itu dengan jelas. Namun, dia bisa memastikan bahwa itu pasti seorang wanita.Sharga sudah punya pasangan?Jika memang begitu, kenapa Sharga menyembunyikan wanitanya?Sharga tidak senang dengan

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 47

    Sharga duduk di sofa, menyeruput kopinya sambil membicarakan masalah proposal dengan Nadira.Jari-jari kurus pria itu menunjuk data yang tertulis. "Kalau kamu menuliskan sesuai dengan data ini, mereka akan berpikir bahwa biayanya terlalu tinggi. Kalau kamu ingin mendapatkan hak untuk menjalankan proyeknya, kamu harus memberikan harga yang lebih murah dari WR Group. Satu-satunya yang dilihat oleh pebisnis adalah keuntungan."Nadira mengernyitkan dahinya. "Tapi, aku sudah menghitung angka ini berkali-kali, nggak mungkin bisa lebih rendah lagi.""Bagaimana kamu akan berterima kasih padaku kalau aku masih bisa menurunkan angka ini lebih rendah lagi?"Ujung-ujung jari Sharga memutar-mutar pulpen. Nadira merasa pulpen itu pun jadi tampak menawan di genggamannya."Aku akan mentraktirmu makan." Dia tidak mampu memberikan apa pun selain mentraktirnya makan.Namun, pria ini adalah seorang pengusaha yang licik. Nadira memberikan proposal ini secara cuma-cuma, bahkan permintaannya pun sederhana, y

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 46

    Hah?Mulut Nadira hampir ternganga, untuk pertama kalinya dalam hidupnya dia mendengar permintaan untuk mencuri dari seseorang.Tidak, penjelasan itu terdengar terlalu aneh.Nadira tahu dia tidak bisa menang berdebat dengan Sharga. Keberadaan pria itu masih sangat baru di otaknya. Tidak ada kata yang tidak bisa dijawab oleh Sharga."Aku akan naik dan mengambilnya."Sharga melihat punggung kurus Nadira, anjingnya pun mengikuti tatapannya....Grup WR.Adelio baru selesai mendiskusikan masalah Liane dengan Jenita, lalu keluar untuk bertemu klien. Tiba-tiba, dia bertemu dengan Nando secara tidak sengaja, yang tidak terlihat sombong seperti biasanya. Sepertinya auranya sedikit melemah.Dia ingat bahwa terakhir kali Nando meneleponnya, memberitahunya bahwa Nadira sedang bersama Sharga, saat itu, dia tidak punya waktu untuk memberi Nando pelajaran.Adelio membuka pintu mobil dan melangkah keluar, berjalan lurus ke arah Nando. Dia langsung mencengkeram kerah bajunya, wajahnya sangat tidak ber

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 45

    Sentuhan berbulu itu sangat mengejutkan Nadira hingga bulu kuduknya berdiri. Dia langsung melompat ke sofa ketakutan, tanpa sadar hendak menarik ujung pakaian Sharga."Pak Sharga ...."Tolong kondisikan anjingmu itu!Sharga hanya mengangkat pandangannya dengan malas. "Dia cuma mau kamu mengelusnya."Nadira terkejut. "Apa kamu yakin dia nggak sedang menginginkan dagingku?"Dia selalu merasa bahwa anjing itu akan menerkamnya kapan saja.Sharga meminum setengah kopinya dan bersandar di sofa dengan santai. "Dia memang minta daging."Cara dia berbicara membuat Nadira takut dan meringkukkan tubuhnya di sofa.Pria itu meliriknya, lalu menambahkan."Dia nggak makan daging manusia, jadi kenapa harus takut?"Meskipun Nadira tahu bahwa Sharga suka mempermainkannya, tidak dapat dipungkiri bahwa anjing sebesar itu masih membuatnya takut.Dia hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan pembicaraan dengan Sharga, lalu pergi dari tempat ini."Pak Sharga, bagaimana kalau kita bicarakan Proyek Obari dulu? Apa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status