Mengandung Benih Majikan Arogan

Mengandung Benih Majikan Arogan

last updateLast Updated : 2025-04-29
By:  Razi MaulidiOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
4views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Nathan Septian, seorang pria yang terkenal arogan bertemu dengan gadis desa tanpa sengaja. Pertemuannya melibatkan mereka ke jenjang pernikahan yang tidak dilandasi dengan cinta. Apakah pernikahan itu bertahan lama? Bisakah mereka jatuh cinta?

View More

Chapter 1

Chapter 1. Pertemuan

"Mau lari kemana kau! Dasar anak gak berguna! Kau harus terima juragan itu supaya keluarga kita terbebas dari hutang. Dengar kau!" teriak ibu Salma pada putrinya.

"Tidak, ibu. Aku tidak mau." balas Tina sambil terus berlari.

"Apa kamu tidak mau mendengarkan ibumu?" teriak ibu Salma pada putrinya.

"Aku tidak mau, ibu. Aku tidak mau di jodohkan dengan juragan itu." jawab Tina dengan suara yang gemetar.

Ibu Salma marah dan terus memaksa Tina untuk menerima perjodohan itu. Tina merasa terjebak dan memutuskan untuk lari ke kota. Saat itu juga, Tina mendengar suara desas desus dari tetangga bahwa ibunya berhutang banyak pada rentenir yang terkenal kejam. Artinya, memang ibunya tukang ngutang dan sudah tersebar di kalangan komplek perumahan tersebut.

Sudah begitu jauh dari rumah, sang ibu masih juga masih mengejarnya. Kini, pelarian Tina sudah berada di jalan raya. Melihat satu mobil berdiri di pinggir, tiba-tiba saja Tina menerobos masuk ke dalam mobil itu.

"Tuan, tolong aku, Tuan. Cepat pergi dari sini, Tuan. Ibuku mengejar ku, dia mau menjodohkan ku dengan juragan jahat itu. Aku lari dari mereka, tolong aku, Tuan." pinta Tina pada seorang pria tampan dan bergaya.

Pria itu tidak menjawab. Matanya terus menatap gadis itu dari kaca depan.

"Tolong, Tuan. Tolong aku." pinta gadis itu lagi.

Mendengar ucapan gadis itu yang gemetar menahan rasa takut, pria itu bergegas tancap pedal gas. Mobil itu segera berlalu dari sana. Melihat dari jauh, ibunya hanya bisa memaki-maki putrinya yang melarikan diri.

Selama di dalam mobil, gadis itu terdiam seribu bahasa. Tubuhnya bergetar. Ia tidak menyangka sang ibu tega menjualnya hanya untuk melunaskan hutang mereka. Padahal ia juga punya seorang kakak, tetapi kenapa harus dirinya yang di korbankan. Pertanyaan itu terus melayang di pikirannya. Apa karena dia tidak punya pekerjaan yang layak? Di bandingkan kakaknya yang bekerja sebagai model?

"Mau turun di mana?" tanya pria itu datar.

"Hah? Di mana saja, ini sudah sampai kota kan? Aku tidak tau, turunkan aku di mana saja." jawab gadis itu dengan tubuh yang masih gemetar.

Pria itu menghembuskan nafasnya, dirinya berpikir harus dia turunkan di mana gadis itu? Apa mungkinkah dia turunkan di tepi jalan? Pikirannya buntu memikirkan orang asing yang baru saja di temuinya. Walaupun mereka belum menatap muka satu sama lain.

Pria itu lalu mencari tempat di mana yang banyak kerumunan orang, di situ mungkin aman untuk dia turunkan gadis itu. Pikirnya.

"Terimakasih, Tuan. Anda sudah menolong saya. Saya tidak tau harus berterima kasih bagaimana, tapi, maaf. Saya tidak punya uang untuk ongkos mobil anda, Tuan." ucap gadis itu dengan lembut. Kepalanya di tunduk dan kemudian menatap lurus kembali. Ia merogoh tasnya yang sempat ia bawa.

Ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan memberikan nya pada pria itu. "Hanya ini, Tuan. Ambil saja sebagai tanda terimakasih ku."

Gadis itupun pergi menjauhi mobil mewah itu. Tidak tau arah yang tentu, tapi entahlah. Yang penting dirinya sudah jauh dari ibunya. Gadis itu berputar-putar saja di sana, sementara perutnya sudah keroncongan minta di isi. Ia meraih kembali tasnya, benar saja ia tidak membawa uang sepersen pun.

Dari kejauhan, pria itu masih di sana. Dia memperhatikan gadis itu dari jarak jauh. Kepalanya benar-benar menggeleng. Ternyata, setelah menurunkan gadis itu tadi, pria itu tidak langsung pergi dari sana. Merasa iba dan kasian melihat gadis sendirian di sana, mungkin gadis itu pergi tanpa tujuan.

"Anda masih di sini? Sebenernya anda mau ke mana?" tanya pria itu datar.

"Tidak tau." jawab gadis itu singkat dan lesu.

Sesekali ia memegang perutnya yang sudah berbunyi sejak tadi. Pria itu menatapnya lekat.

"Bangun. Ikutlah denganku!"

Gadis itu mendongak melihat pria itu lalu tersenyum lebar. Gadis itupun mengikuti langkah kaki pria asing itu tanpa berpikir apapun. Toh, perutnya udah kelaparan sejak tadi. Gimana mau berpikir coba.

Ternyata pria itu menuju sebuah restoran yang dekat taman itu, dia duduk tepat di pinggir jendela. "Silahkan duduk. Ayo, pesan saja apa saja yang mau kamu makan dan minum." ucap pria itu datar, namun tetap dingin.

Gadis itu mengangguk. "Tapi ini restoran mewah, pasti mahal kan? Aku sudah bilang tadi tidak punya uang." bisik gadis itu.

"Sedang ada promo dan hari ini tidak bayar. Gratis. Ayo, pilih saja menunya apa saja."

Mendengar nama gratis buru buru gadis itu melihat menu makanan yang ada di atas meja. Tapi sayangnya, dia tidak mengerti bahasa menu di sana.

"Tuan, aku tidak mengerti." ujarnya pelan, nyaris hampir tidak terdengar oleh pria itu.

Gadis itu begitu polos rupanya. Sejenak pria itu tersenyum melihat tingkah malu malu gadis itu.

Pria itu meraih menu itu dan melihatnya. "Kamu mau makan apa?" tanyanya singkat.

"Hmmm, nasi goreng saja. Dan minum jus alpukat dan air putih saja."

"Hmmm, sesederhana itukah?"

Gadis itu hanya tersenyum. Pria itu lalu memesan dua nasi goreng dengan lauk daging yang empuk. Dan juga minuman jus alpukat dan juga teh hangat. Hari sudah hampir gelap, sudah sekalian makan malam saja.

Setelah makan pun gadis itu terlihat pucat dan lesu. "Ada mau pesan cemilan. Silahkan saja." tanyanya singkat.

Gadis itupun dengan antusias memesan beberapa kue seperti cake dan juga kentang goreng juga bolu pandan yang di sukainya. Gadis itu melahap semua yang di sukai itu dengan lahap. Sudah seperti orang begitu kelaparan saja, padahal tadi baru saja makan. Sudah begitu lama gadis itu tidak makan cemilan seperti itu. Sudah pasti dia merindukan semua makanan itu.

Setelah makan pun mereka bergegas pergi dari restoran itu, "tapi Tuan, aku mau di bawa ke mana? Aku tidak mau malah nambah merepotkan." ujar gadis itu.

"Kalau kamu di sini pun mau pulang ke mana? Mau tinggal di mana? Yang ada nanti malah preman-preman datang mengganggumu."

Gadis itu tidak menjawab, memikirkan bagaimana nasibnya jika benar preman itu ada dan datang mengganggunya.

"Ayo, ikutlah bersamaku ke rumahku."

"Tu-Tuan serius. Tapi kan.." gadis itu menggantungkan kalimatnya..

"Kamu sedang cari pekerjaan kan? Kamu bisa bekerja di rumahku. Sementara waktu sebelum kamu dapat pekerjaan lain. Iya, kalau kamu betah kerja di rumahku juga tidak apa-apa."

Gadis itu semakin sumringah mendengar adanya pekerjaan yang di tawarkan pria itu. Gadis itu lalu mengulurkan tangan yakni berterimakasih dan menerima pekerjaan itu. Gadis itu juga memperkenalkan dirinya.

"Namaku Tina, Tuan."

"Nathan. Panggil aku Nathan bukan dengan sebutan Tuan."

"Tapi tidak enak jika aku harus memanggilmu nama. Anda kan majikan ku. Aku panggil, Tuan saja."

Sejenak Nathan malah tersenyum kecut melihat kelucuan Tina.

Mereka berdua pun tancap gas menuju perumahan elit milik Nathan. Mata gadis itu begitu terbelalak melihat pemandangan di depannya. Dirinya begitu takjub ada surga di depan matanya.

"Ayo, masuk."

Gadis itupun mengangguk dan mengekori langkah Nathan melangkah masuk ke dalam rumah. Tampak di sana juga ada satpam dan juga para bodyguard yang berjaga. Sementara itu, di dalam juga terdapat beberapa pembantu alias art rumah tangga. Kenapa Nathan membutuhkan art lagi? Pikir Tina.

Udahlah. Gak usah ambil pusing, ia terus melangkah masuk mengikuti langkah Nathan.

Para pelayan di sana tampak menyambut kepulangan Nathan dengan ramah dan lembut.

"Dengar semua, ini aku bawa teman baru yang tinggal di sini. Kalian ajar dia baik baik, dan bertemanlah dengannya. Namanya Tina. Dia dari desa." ujar Nathan memberitahukan kedatangan Tina.

Semua pelayan di sana mengangguk paham dan tersenyum lebar.

"Kamu boleh bekerja di sini, tapi kamu hanya bekerja untukku. Pribadiku! Paham!"

"Pribadi? Apa maksudnya, Tuan?"

Bersambung...

Yuk lanjut baca di bab berikutnya.. Terimakasih sudah mampir baca.. Dukung terus cerita ini ya...

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
5 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status