Share

Prahara Sang Pengacara
Prahara Sang Pengacara
Penulis: KOI'DE

Bab 1. Tragedi Sherly

"Permisi!" ucap Zerlina sambil mengetuk pintu kayu yang ada di depannya.

"Sher …. Sherly!" seru Zerlina lebih keras lagi sambil terus mengetuk pintu itu.

Ketukan yang semakin lama semakin berubah gedoran karena si penghuni rumah tidak juga membukakan pintu. Zerlina merasakan tangannya mulai sakit, dia menghentikan untuk mengetuk pintu dan membuka tas selempang untuk mencari sesuatu di dalamnya. Sedangkan mulutnya masih terus memanggil Sherly.

"Yes! Ketemu." Ternyata Zerlina mencari koin yang rencananya akan digunakan sebagai alat pengganti untuk mengetuk jendela kaca di sebelah pintu kayu. 

"Sherly!" teriak Zerlina sambil mengetuk jendela menggunakan koin itu. 

"Tidak mungkin dia tidak mendengar ketukan pintu ini," gumam Zerlina yang masih terus mencoba memanggil serta mengetuk pintu dan jendela. "Ada yang tidak beres ini." 

"Do, lo udah pasang CCTV yang gue suruh, kan?" tanya Zerlina pada seseorang di seberang telepon genggamnya dengan suara pelan. Walaupun dia yakin tidak ada yang mendengar pembicaraannya itu. Hanya untuk berjaga-jaga saja jika ternyata CCTV yang terpasang di teras rumah menangkap juga suara yang ada disekitarnya dan merekam setiap suara yang terdengar.

Zerlina menghubungi detektif swasta, peretas, dan juga sahabatnya, Edo.

Zerlina berhenti memanggil Sherly serta mengetuk pintu. Dia merasa kecurigaannya semakin menguat dengan keadaan penghuni rumah itu. Sesekali matanya memperhatikan keadaan di sekitar rumah Sherly. Lingkungan yang cukup sepi di pagi hari sehingga panggilan dirinya tidak mengganggu pemilik rumah di sebelahnya. 

"Iya. Gue udah pasang sesuai keinginan, Lo, Paduka Ratu," jawab Edo sengit dari seberang sana.

"Jangan lupa bayar utang-utang, Lo!" seru Edo lagi.

"Beres. Tenang aja, pasti gue bayar. Sekarang, Lo tolong buka dan coba lihat situasi di dalam rumah Sherly," pinta Zerlina sambil sesekali mengetuk jendela dan pintu secara bergantian.

"Jangan bilang, Lo lagi ada di depan rumah Sherly!" seru Edo yang mulai bertambah kesali dengan dugaannya itu. Mengingat tindakan Zerlina yang sering kali bertindak nekat demi untuk mencari kebenaran.

"Iya. Tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa sama gue, Ok?" sahut Zerlina santai dan kembali mendesak Edo untuk melakukan apa yang dimintanya. " Sudah buruan buka dan lihat situasinya!" 

Sementara Edo mencoba membuka akses CCTV tersembunyi yang sengaja dipasangnya atas permintaan Zerlina. CCTV itu untuk memantau diam-diam keadaan pemilik rumah dan sebagai celah untuk mencari kebenaran. Zerlina mencoba mencari celah untuk mengintip situasi di dalam rumah Sherly. 

"Zerlin, buruan lo cari pertolongan! Gue lihat Sherly terkapar di depan pintu kamar dia dan gue melihat seperti ada cairan di sekitar tubuhnya!" seru Edo panik sambil terus memantau situasi di dalam rumah itu.

"Ya–Yang benar, Lo! Coba lo lihat kira-kira sudah berapa lama dia di posisi seperti itu dan tolong sekalian telpon ambulans," seru Zerlina lalu menutup panggilan itu dan melangkahkan kakinya dengan cepat menuju gerbang pos satpam di depan perumahan yang agak jauh dari rumah Sherly.

"Pak, tolong saya!" seru Zerlina pada salah seorang satpam yang sedang bertugas.

"Loh! Nona kok ada di dalam?" tanya satpam itu yang kebingungan karena Zerlina tidak mendapatkan izin saat meminta untuk masuk ke dalam perumahan tersebut. 

Pihak perumahan, terutama bagian keamanan mendapatkan perintah dari pemilik rumah, Hendrik suami dari Sherly untuk tidak memperbolehkan Zerlina masuk ke dalam kawasan perumahan itu dengan alasan sudah mengganggu ketentraman dan ketenangan pemilik rumah. 

"Begini ya, Pak …" ucap Zerlina berhenti sambil membaca nama satpam yang terpasang di seragamnya. "Pak Ahmad, tidak perlu berpikir bagaimana saya bisa masuk, sekarang juga bapak harus ikut saya. Taruhannya nyawa Ibu Sherly!" pekik Zerlina pada Pak Ahmad.

"Tidak mungkin di dalam rumah ada orangnya, Nona," jawab Pak Ahmad atas pernyataan Zerlina.

"Tadi pagi, Pak Hendrik menitipkan rumahnya karena beliau dan Bu Sherly akan berlibur ke luar kota. Kata beliau untuk memperbaiki kesalahannya dan membuat hubungan dengan Bu Sherly menjadi lebih baik daripada dulu," terang Pak Ahmad lagi.

"Apa bapak melihat di dalam mobil atau di samping Pak Hendrik ada Bu Sherly?" tanya Zerlina memancing ingatan Pak Ahmad.

"Sepertinya, tidak terlihat," ucap Pak Ahmad setelah berusaha mengingat situasi pada saat Hendrik menitipkan rumahnya.

"Nah, dari mana bapak yakni kalau Bu Sherly ada di dalam mobil? Bisa sajakan Pak Hendrik berbohong. Lebih baik kita bersama memastikan keadaan Bu Sherly di dalam rumahnya. Ingat pak, taruhannya nyawa Ibu Sherly," desak Zerlina untuk menyudahi pembicaraan mereka.

Akhirnya Pak Ahmad dan temannya sepakat untuk menyetujui keinginan Zerlina untuk mendatangi rumah Sherly.

"Bawa satu atau dua teman, Pak. Buruan, Pak!" desak Zerlina yang mulai panik karena Edo memberitahukan lewat pesan bahwa Sherly sudah pingsan selama tiga puluh menit yang berarti tepat saat kedatangannya. Zerlina berpikir, jika Sherly berkeinginan untuk membukakan pintu saat namanya dipanggil oleh dirinya walaupun dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengangkat tubuhnya. Ada rasa bersalah dan cemas di dalam diri Zerlina memikirkan keadaan Sherly sekarang ini.

Akhirnya Pak Ahmad membawa dua teman yang sedang bertugas bersamanya. Satu dari pos dia dan satu lagi komandan satpam yang kebetulan sedang inspeksi di area depan perumahan.

"Bu Sherly!" panggil Pak Agung, komandan satpam itu sambil mengetuk pintu rumah itu sesampainya mereka di depan rumah Sherly.

"Pak, sudah dobrak saja pintunya!" seru Zerlina yang semakin emosi karena satpam itu masih saja tidak percaya dengan dirinya. Sedangkan dirinya tidak mungkin berkata bahwa dia tahu pasti keadaan di dalam karena sudah memasang CCTV ilegal di dalam rumah itu. 

Akhirnya pintu rumah itu dirusak oleh Pak Ahmad agar bisa masuk dengan cepat.

"Kalian pakai ini," pinta Zerlina sambil menyerahkan tiga pasang sarung tangan elastis pada ketiga satpam setelah dirinya memakai sarung tangan itu. 

Beruntung ketiganya menurut dan tidak banyak protes karena melihat keadaan di dalam rumah yang berantakan. Pecahan kaca dari bingkai foto dan pecahan lampu yang berserakan, majalah yang berantakan, meja yang sudah jungkir balik, dan retakan pada lemari kaca yang ada di ruang tamu.

"Hai guys! Sekarang saya berada di rumah Sherly korban kekerasan oleh suaminya yang semula mengajukan tuntutan tetapi, kemarin mencabut tuntutan tersebut dengan alasan yang tidak dapat saya mengerti," ucap Zerlina yang berpura-pura sedang membuat konten secara live.

Zerlina akan membuat rekaman langsung di media sosialnya jika sedang menangani kasus. Media sosial miliknya hanya berteman dengan Edo karena hanya dipakai sebagai tempat menyimpan bukti jika sewaktu-waktu HP miliknya diambil atau dirusak oleh pelaku yang tidak terima karena terbukti sudah melakukan kejahatan. Jika sudah masuk, Edo akan menyimpan video itu ke akun lainnya lagi. Untuk berjaga-jaga jika akun Zerlina dan akunnya diretas oleh pelaku.

"Saya sekarang sedang bersama Pak Ahmad petugas keamanan yang sedang bertugas bersama Pak Ade hari ini. Juga dengan Pak Agung selaku komandan keamanan perumahan cluster The Spring," ucap Zerlina sambil mengarahkan kamera ke wajah orang yang disebutkan dirinya. 

Mereka terus berjalan memasuki rumah untuk melihat situasi di dalam dan terus memanggil nama Sherly. Zerlina sendiri terus merekam semua hal yang mereka lewati. 

"I--Itu Bu Sherly!" seru Pak Ahmad yang melihat tubuh Sherly terkapar di depan pintu dengan bersimbah cairan bening bercampur darah. 

"Coba cek keadaan Bu Sherly!" seru Zerlina pada Pak Ahmad.

"Pak Agung, tolong segera hubungi pihak kepolisian untuk melaporkan kejadian ini," pinta Zerlina pada Pak Agung.

"Pak Ade, tolong cari penghuni rumah yang lainnya tanpa merubah dan menyentuh apapun," pinta Zerlina pada Pak Ade. 

"Saya yang akan menghubungi ambulans," ujar Zerlina sambil berjalan menjauh agar pembicaraannya tidak terdengar oleh siapapun.

"Halo, Lo cepat datang kesini dan segera lakukan pembersihan," ucap Zerlina saat sambungan teleponnya diangkat oleh seseorang di seberang. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status