Share

Bab 3. Latar Belakang Hilangnya Orang Tua Sherly

Keesokan hari, Sherly sudah mulai bisa menerima kenyataan pahit yang sudah terjadi. Setelah diperbolehkan pulang oleh dokter, Sherly memilih untuk tinggal di rumah kedua orang tuanya. 

Pihak kepolisian juga sudah meminta keterangan kronologi kejadian yang dialami Sherly. Pihak kepolisian segera mengerahkan anggota mereka untuk mencari Hendrik dan keberadaan kedua orang tua Sherly. 

Kedua orang tua Hendrik juga sudah dimintai keterangan perihal status DPO yang sekarang disematkan pada Hendrik. Mereka tidak percaya dengan apa yang didengarnya, karena selama ini Hendrik tidak pernah bertindak kasar dan sangat mencintai Sherly. Akan tetapi, ada sesuatu yang mengganjal dalam hati mama Hendrik mengenai salah satu anaknya itu.

Mama Hendrik memilih untuk tidak memberitahukan pada siapa pun tentang apa yang menjadi ganjalannya. Sebagai sesama wanita, Mama Hendrik memilih menutup mata dan hati atas apa yang dialami oleh Sherly saat ini. 

Mama Hendrik memang tidak menyukai Sherly menjadi menantunya. Menurut mama Hendrik, Sherly tidak selevel dengan keluarganya. Dia tidak berasal dari keluarga kaya. Orang tua Sherly hanya pedagang di pasar Tanah Abang dan tinggal di kawasan perumahan subsidi dari pemerintah. 

Perbedaan kasta yang dialami Sherly, pernah juga dirasakan oleh Zerlina. Persahabatan tulus yang Zerlina berikan justru menjadi bumerang pada dirinya. Tak ingin diingat, tapi tak bisa dilupakan. Kesakitan yang pernah dirasakan dulu, masih terasa hingga sekarang. 

Di sisi lain, Zerlina mulai mempersiapkan segala sesuatunya untuk melakukan pembelaan pada Sherly. Hari-harinya disibukkan dengan mulai mencari fakta baru terkait kasus Sherly dan mencari keberadaan Hendrik.

Dulu ketidakadilan dalam hukum pernah dirasakan oleh Zerlina. Sehingga hal itu membuat Zerlina berupaya sedemikian rupa sehingga bisa melakukan pembelaan semaksimal mungkin untuk client-nya.

Hari berganti hari tak terasa sudah satu bulan pencarian Hendrik masih belum membuahkan hasil. Sedangkan kedua orang tua Sherly ternyata berada di Malaysia, pihak imigrasi Malaysia memulangkan keduanya setelah mengkonfirmasikan kebenaran dengan pihak imigrasi di Indonesia. 

Berdasarkan pengakuan dari kedua orang tua Sherly kepada kepolisian, tiga hari sebelum Sherly mencabut tuntutannya Hendrik datang ke rumah orang tua Sherly.

"Ma, Pa, maafkan Hendrik," pinta Hendrik kala itu pada mama dan papa Sherly.

"Hendrik khilaf. Hendrik cemburu karena terlalu mencintai Sherly. Tolong kasih kesempatan buat Hendrik untuk memperbaiki kesalahan yang telah Hendrik lakukan," sesal Hendrik sambil berurai air mata penuh penyesalan dan tampak sangat terpuruk.

Kedua orang tua Sherly, sepakat memberikan maaf. Tapi, tidak untuk kesempatan berhubungan dengan Sherly lagi. Kesempatan itu tidak bisa diberikan jika keinginan Sherly tidak akan meneruskan rumah tangganya. Sherly adalah anak tunggal mereka, kebahagiaan Sherly yang pertama dan terutama yang menjadi prioritas hidup mereka.

"Sher, Hendrik datang ingin berbicara dengan kamu. Pergilah ke depan, dengarkan apa yang ingin disampaikannya," kata mama Sherly.

Awalnya Sherly enggan bertemu dengan suaminya itu. Ada sedikit rasa takut jika emosi suaminya tiba-tiba naik. Hendrik sering tampak seperti memiliki dua kepribadian. Terkadang lembut dan sangat memanjakannya. Terkadang mudah emosi dan terlalu posesif lalu akan bertindak sangat kasar padanya. Namun, setelah di pikir lagi, Hendrik tidak mungkin melakukan kekerasan di depan kedua orang tuanya, kan. 

"Sayang, maafkan saya. Saya janji, di depan kedua orang tuamu. Selamanya tidak akan melukai dirimu lagi. Berikan kesempatan pada saya untuk belajar memperbaiki diri tanpa hidup terpisah," tutur Hendrik setelah Sherly duduk di depan sofa tempat duduk Hendrik.

Penyesalan dari Hendrik sangat terasa di setiap kata-katanya. Sampai tiga hari kesabaran Hendrik dalam meminta maaf serta membujuk Sherly untuk kembali ke rumahnya berhasil. Sherly juga memutuskan mencabut tuntutannya ke kepolisian seperti keinginan Hendrik.

Sherly juga menarik perlindungan hukum sebagai saksi korban serta membatalkan pembelaan dari firma hukum di mana Zerlina bekerja.

"Hendrik, berusaha untuk menjelaskan perasaannya dan akhirnya Sherly luluh atas usaha yang dilakukan Hendrik selama tiga hari itu," terang mama Sherly pada pihak kepolisian saat diminta keterangan perihal yang terjadi. 

"Hendrik datang ke rumah kami sendiri waktu itu. Sherly ingin merapikan rumah setelah lama dia tinggalkan, itu alasan yang diberikan oleh Hendrik pada kami," ucap papa Sherly.

"Kami percaya pada Hendrik, karena melihat dan merasakan kebaikan serta ketulusan dalam memperlakukan Sherly. Hal itu membuat kami berubah pikiran dan sepakat memberikan kesempatan seperti yang diinginkan oleh Sherly.

Hendrik juga memberikan hadiah liburan pada kami ke Malaysia sebagai bentuk ungkapan terima kasih karena kami sudah memaafkannya. Tidak ada kecurigaan apapun yang kami rasakan atas rencana dadakan itu, kami berpikir itu bentuk spontanitas dari Hendrik.

Hendrik ikut mengantar kami sampai ke Malaysia. Dia juga menyiapkan penginapan untuk kami menginap selama berlibur. Hendrik menginap semalam dengan alasan untuk beristirahat sebentar dan mengurus perjalanan wisata kami beserta transportasinya.

Keesokan hari, Hendrik sempat berpamitan pada kami sebelum keberangkatannya ke bandara. Dia meminta maaf atas perkataan dan perlakuannya pada Sheryl. Juga karena terpaksa meninggalkan kami di sini berdua. Hendrik mengatakan bahwa apa yang dilakukannya demi kebaikan kami berdua. Entah apa maksudnya saat itu, kami tidak tahu.

Kami baru menyadari jika paspor kami tidak ada di dalam tas sewaktu ada petugas yang meminta menunjukkan identitas kami saat berada di tempat wisata Genting Highland. Saat kami akan menelepon, baru kami tahu jika telepon seluler kami juga hilang.

Kami langsung dibawa oleh petugas keamanan disana dan diinterogasi. Beruntung, kami masih bisa menunjukkan identitas dengan KTP Indonesia. 

Entah kapan Hendrik mengambil kedua barang kami itu. Kami awalnya tidak mencurigai Hendrik yang mencuri paspor dan telepon kami. Namun, mengingat selain kami berdua hanya ada Hendrk, serta jadwal wisata kami dia juga yang mengaturnya membuat kami jadi mencurigainya.

Akhirnya kami dipulangkan kembali ke Indonesia setelah melakukan berbagai proses." Penjelasan papa Sherly pada petugas kepolisian yang bertugas untuk menginterogasi papa Sherly.

Mama Sherly juga diinterogasi untuk mendapatkan kesamaan kronologis dengan yang dinyatakan oleh papa Sherly. Pernyataan yang diberikan oleh kedua orang tua Sherly, sama. Hal itu membawa mereka cepat untuk kembali ke rumah dan berkumpul bersama dengan Sherly kembali.

Pencarian Hendrik terus dilakukan dan makin meluas hingga ke luar negeri. Petugas kepolisian mencoba menyusuri perjalanan Hendrik dari Malaysia hingga kembali ke Indonesia keesokan harinya. 

Pihak keamanan perumahan cluster The Spring, Pak Ahmad dan Pak Ade adalah orang terakhir yang bertemu dengan Hendrik juga sudah memberikan keterangan. Pihak kepolisian cukup kesulitan untuk mencari keberadaan Hendrik. 

CCTV yang ada di sekitar perumahan pun kurang membantu dalam pencarian Hendrik. CCTV di rumah Hendrik ternyata telah dimatikan sejak Sherly kembali ke rumah itu. Sedangkan Zerlina tidak dapat memakai hasil rekaman CCTV yang telah dipasangnya secara ilegal. 

Mobil yang dipakai oleh Hendrik terakhir kali sudah ditemukan. Mobil itu ditemukan di parkiran salah satu Mall di Surabaya. Setelah melakukan pemeriksaan pada CCTV yang ada di Mall, lalu melakukan penangkapan. Tetapi, ternyata pengemudinya bukan Hendrik.

Pengemudi itu hanya disuruh oleh seseorang yang tidak dikenal pada saat dirinya bekerja sebagai sopir online di Semarang. Orang itu memberikan instruksi untuk membawa mobil itu di dari Semarang ke Surabaya dengan imbalan uang yang cukup besar lalu meninggalkan mobil itu di sana dan kembali ke Semarang lagi.

Pihak Kepolisian menunjukkan foto Hendrik pada pengemudi itu agar dapat dikenali dan mencari kepastian siapa yang menyuruhnya. Ternyata, itu bukan Hendrik, atau lebih tepatnya tidak mirip dengan Hendrik yang ada di foto. 

Catatan telepon Hendrik juga sudah dilacak, tetapi, telepon itu terakhir kali dipakai pada saat meninggalkan rumahnya dan mati hingga sekarang. 

Zerlina sebagai pengacara Sherly juga ikut membantu pihak kepolisian dengan caranya sendiri. Zerlina meminta Edo untuk menyadap telepon milik papa dan mama Hendrik. Walaupun beresiko jika ketahuan, tapi Zerlina tidak memperdulikannya, baginya penangkapan secepatnya Hendrik adalah prioritas. Dia tidak mau kehidupan Sherly dibayang-bayangi oleh Hendrik yang masih tidak diketahui rimbanya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status