Share

Bab 4. Hukuman Untuk Hendrik

"Halo, Zerlin," sapa Edo di seberang.

"Ya, kenapa, Do?" balas Zerlina.

"Gue dapet informasi, kepolisian Klaten menemukan Hendrik. Anehnya, dia ada di RSJD Dr. RM Soedjarwadi," tutur Edo.

"Apa?" seru Zerlina yang terkejut dengan informasi yang baru saja diberikan Edo.

"Lo, gak salah info, Do?" sambung Zerlina.

"Makanya, gue telepon, Lo. Kita ke Klaten buat memastikan informasi itu. Gue juga dengar kalau pihak keluarga Hendrik sedang menuju kesana dan sudah menunjuk seorang pengacara," terang Edo lagi.

"Gak usah, Do. Gue tunggu di Jakarta aja. Lihat keadaan dulu, baru ntar gue pikirin mau bagaimana," balas Zerlina.

"Lo, yakin?" Edo bertanya untuk memastikan.

"Iya, gue yakin. Ya udah, gue mau kasih tahu Sherly dulu. Biar dia mempersiapkan mental kalau itu benar-benar Hendrik," jelas Zerlina.

Zerlina segera menghubungi Sherly. Dia memberikan informasi seperti yang Edo berikan. Zerlina berharap, Sherly mampu melewati semua proses yang harus dijalaninya hingga tuntas. 

Tertangkapnya, Hendrik cukup menyita perhatian publik karena keluarga mereka termasuk keluarga terpandang dalam dunia bisnis. Walaupun tidak sampai membuat harga saham milik perusahaan mereka turun drastis, tetapi sempat mengguncang keuangan perusahaan itu. 

Hendrik dinyatakan bersalah karena telah terbukti melakukan tindak kekerasan pada Sheryl sampai mengakibatkan keguguran. Kekerasan yang direncanakan menambah masa hukuman Hendrik. Dia juga tidak kooperatif dalam masa persidangan. 

"Majelis hakim yang terhormat, Hendrik bersumpah bukan Hendrik yang melakukannya," ungkap Hendrik pada majelis hakim yang bertugas.

"Itu semua, Hendrico yang melakukannya!" ungkap Hendrik.

"Hendrico tidak suka Hendrik bahagia. Dia selalu ingin merusak hubungan antara Hendrik dan Sherly. Dia tahu, Hendrik sangat mencintai Sherly. Dia juga tahu jika Hendrik sebentar lagi akan menjadi papa. Dia yang melakukan kekerasan pada Sherly! Bukan Hendrik! Hendrik tidak bersalah!" Perkataan itu terus diulang oleh Hendrik untuk menyakinkan majelis hakim.

Sherly kebingungan dengan fakta yang diungkapkan oleh Hendrik. Selama dia menikah, tidak pernah dia berjumpa dengan Hendrico. 

Sedangkan kedua orang tua Hendrik, shock dengan apa yang mereka dengar. Hendrico adalah saudara kembar Hendrik.

Hendrico sudah meninggal karena ketidaksengajaan Hendrik pada masa anak-anak. Mereka selalu bersama dalam setiap waktu. Di mana ada Hendrik, di situ ada Hendrico. 

Hari itu, Hendrik ingin belajar berenang tanpa pengawasan mama atau juga pengasuh mereka. Di tengah-tengah aktivitas berenang tiba-tiba Hendrik mengalami kram pada kaki. Hal itu menyebabkan dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya dan itu membuat dirinya tenggelam. 

Hendrico yang ada di dekatnya langsung terjun untuk menolong saudara kembarnya itu. Hendrik terus memberontak berusaha untuk menaikkan badannya dengan menekan tubuh Hendrico. 

Akhirnya, Hendrik mampu meraih tepi kolam dan naik ke atas. Naas, Hendrico tidak terselamatkan karena terlalu banyak air yang masuk dalam paru-parunya. Kejadian itu membuat Hendrik mengalami trauma dan harus menjalani perawatan. 

Ternyata, setelah Hendrico meninggal, perlahan-lahan Hendrik menghidupkan sosok Hendrico pada dirinya. Kehadiran Hendrico sangat terasa di dalam Hendrik. Dengan pemikiran dan kepribadian yang berbeda dengan dirinya. 

Hendrico yang baik, lemah lembut, dan penyayang. Sedangkan Hendrik berwatak keras, kasar, dan egois. Hal itu membuat mama Hendrik lebih menyayangi Hendrico dan lebih dekat dengannya. 

Sayang, karena kesibukan kedua orang tuanya membuat kesehatan jiwa Hendrik tidak terpantau dengan baik. Mereka beranggapan trauma Hendrik sudah disembuhkan. Mereka tidak menyadari perubahan sifat pada Hendrik. 

Kepribadian Hendrik yang terkadang mudah berubah, tidak membuat kedua orang tuanya berpikir ada yang tidak beres dengan anaknya. Mama Hendrik justru berpikiran bahwa Hendrik berubah menjadi lebih baik setelah kehilangan saudara kembarnya. Dia mulai lebih protektif terhadap anak semata wayangnya itu. 

Hubungan antara anak dan mama mulai terusik sejak Hendrik berhubungan dengan Sherly. Kedekatan mereka mulai terjalin saat Sherly magang di perusahaan Hendrik sebagai sekretaris. Sherly mahasiswi tingkat akhir yang melakukan magang sebagai syarat untuk mengajukan skripsi waktu itu.

"Rico, kamu harus mengakui semua perbuatanmu pada majelis hakim!" seru Hendrik keras sambil menatap sebelah bagian yang kosong dengan sorot mata marah.

"Jika tidak, Hendrik yang akan di hukum. Hendrik tidak bersalah, mengakulah!" desak Hendrik pada sosok yang ada dalam pikirannya itu.

Setelah melakukan pemeriksaan kejiwaan pada Hendrik dengan bantuan psikiater kehakiman, putusan majelis hakim atas perbuatan Hendrik adalah memasukkannya kedalam RSJ. Dia harus menjalani perawatan dengan intensif selama dua tahun. Jika sebelum dua tahun sudah bisa sembuh, Hendrik harus menjalani sisa hukuman di penjara. 

"Sherly, percaya pada Hendrik. Hendrik tidak bersalah. Bukan Hendrik pelakunya. Hendrik sangat mencintai Sherly. Hendrik bahagia akan menjadi papa, tidak mungkin melakukan hal yang membahayakan anak Hendrik," ungkap Hendrik terus mengiba dan berusaha meraih tangan Sherly saat akan dibawa ke RSJ. 

Setelah pembacaan putusan hakim, Hendrik langsung dibawa ke RSJ yang ditunjuk oleh pengadilan. Pandangan yang jatuh pada Sherly, membuat hati Sherly terusik. 

Sherly meminta waktu sebentar untuk berbicara dengan Hendrik. "Hen, saya juga mencintai kamu. Kamu sekarang sedang sakit, jadi harus menuruti apa yang dikatakan oleh dokter nanti. Supaya kita bisa bersama lagi," bisik Sherly sambil memeluk suaminya itu. 

Kedua orang tua Hendrik, terutama mamanya sangat malu kepada Sherly yang menerima apa adanya sang suami tak lain adalah anak mereka. Mereka mendengar janji Sherly yang akan menunggu hingga masa hukuman Hendrik selesai dan bersama-sama melewati cobaan yang mereka hadapi. Hal itu membuat hatinya menjadi terharu dan berjanji akan menerima Sherly sepenuhnya. 

"Kamu benar-benar mau memaafkan suamimu dan menunggu dia menyelesaikan masa tahanannya?" tanya Zerlina pada Sherly setelah mereka sampai di sebuah kafe. 

Zerlina dan Sherly bertemu di kafe untuk membahas kelanjutan penyelesaian kasus Sherly. Zerlina harus menuntaskan tugasnya sebagai pengacara.

"Iya, Kak. Saya tidak jadi menggugat cerai pada Hendrik. Apa yang terjadi mungkin sudah jadi surat-Nya untuk makin dekat dengan Sang Pencipta dan belajar menerima kekurangan orang lain," papar Sherly dengan penuh keyakinan. 

"Saya mau melanjutkan pendidikan saya, Kak. Ambil yang untuk karyawan. Jadi pagi saya bisa bantu mama sama papa di toko, malam saya kuliah," lanjut Sherly mengungkapkan rencana masa depannya.

Jurusan psikologi bisnis yang menjadi pilihan Sherly. Selain untuk membantu memajukan usaha kedua orang tuanya, juga membantu Hendrik dalam mengurus perusahaan kelak. Perusahaan Hendrik kembali diambil alih oleh papanya untuk sementara waktu. 

"Baik kalau begitu. Apapun rencana yang mau kamu ambil, semoga sukses ya," sahut Zerlina menyemangati Sherly.

Mereka keluar bersama dari kafe menuju mobil mereka masing-masing. Sesaat sebelum mereka berpisah, Sherly memberikan sebuah paper bag pada Zerlina sebagai kenang-kenangan.

"Ini untuk kakak. Terima kasih sudah mau mendampingi saya dari awal sampai kasus ini selesai, " ucap Sherly sambil memeluk Zerlina.

Zerlina membalas pelukan Sherly. "Sama-sama, Sher. Saya juga berterima kasih atas kepercayaan yang kamu berikan pada saya," jawab Zerlina lalu melepaskan pelukannya.

"Ven-Ven …. Venchi …," teriak Zerlina memanggil anjing peliharaannya yang kabur sebelum memakai tali kekang.

Seperti biasa saat Zerlina lari pagi ditemani oleh anjing kesayangannya. Sudah satu tahun Venchi menemani dirinya saat di rumah. 

"Hai! Kemarin, Venchi!" seru Zerlina saat melihat anjingnya masuk kedalam pekarangan milik tetangganya.

Tiba-tiba pintu rumah itu terbuka dan tampak seorang gadis menggunakan kursi roda keluar dari dalam rumah. Venchi menggonggong dengan keras dan berputar-putar di sekitar gadis itu. 

"Hai! Selamat pagi," sapa gadis itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status