Beranda / Romansa / Prahara Sang Pengacara / Bab 4. Hukuman Untuk Hendrik

Share

Bab 4. Hukuman Untuk Hendrik

Penulis: KOI'DE
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-25 17:49:48

"Halo, Zerlin," sapa Edo di seberang.

"Ya, kenapa, Do?" balas Zerlina.

"Gue dapet informasi, kepolisian Klaten menemukan Hendrik. Anehnya, dia ada di RSJD Dr. RM Soedjarwadi," tutur Edo.

"Apa?" seru Zerlina yang terkejut dengan informasi yang baru saja diberikan Edo.

"Lo, gak salah info, Do?" sambung Zerlina.

"Makanya, gue telepon, Lo. Kita ke Klaten buat memastikan informasi itu. Gue juga dengar kalau pihak keluarga Hendrik sedang menuju kesana dan sudah menunjuk seorang pengacara," terang Edo lagi.

"Gak usah, Do. Gue tunggu di Jakarta aja. Lihat keadaan dulu, baru ntar gue pikirin mau bagaimana," balas Zerlina.

"Lo, yakin?" Edo bertanya untuk memastikan.

"Iya, gue yakin. Ya udah, gue mau kasih tahu Sherly dulu. Biar dia mempersiapkan mental kalau itu benar-benar Hendrik," jelas Zerlina.

Zerlina segera menghubungi Sherly. Dia memberikan informasi seperti yang Edo berikan. Zerlina berharap, Sherly mampu melewati semua proses yang harus dijalaninya hingga tuntas. 

Tertangkapnya, Hendrik cukup menyita perhatian publik karena keluarga mereka termasuk keluarga terpandang dalam dunia bisnis. Walaupun tidak sampai membuat harga saham milik perusahaan mereka turun drastis, tetapi sempat mengguncang keuangan perusahaan itu. 

Hendrik dinyatakan bersalah karena telah terbukti melakukan tindak kekerasan pada Sheryl sampai mengakibatkan keguguran. Kekerasan yang direncanakan menambah masa hukuman Hendrik. Dia juga tidak kooperatif dalam masa persidangan. 

"Majelis hakim yang terhormat, Hendrik bersumpah bukan Hendrik yang melakukannya," ungkap Hendrik pada majelis hakim yang bertugas.

"Itu semua, Hendrico yang melakukannya!" ungkap Hendrik.

"Hendrico tidak suka Hendrik bahagia. Dia selalu ingin merusak hubungan antara Hendrik dan Sherly. Dia tahu, Hendrik sangat mencintai Sherly. Dia juga tahu jika Hendrik sebentar lagi akan menjadi papa. Dia yang melakukan kekerasan pada Sherly! Bukan Hendrik! Hendrik tidak bersalah!" Perkataan itu terus diulang oleh Hendrik untuk menyakinkan majelis hakim.

Sherly kebingungan dengan fakta yang diungkapkan oleh Hendrik. Selama dia menikah, tidak pernah dia berjumpa dengan Hendrico. 

Sedangkan kedua orang tua Hendrik, shock dengan apa yang mereka dengar. Hendrico adalah saudara kembar Hendrik.

Hendrico sudah meninggal karena ketidaksengajaan Hendrik pada masa anak-anak. Mereka selalu bersama dalam setiap waktu. Di mana ada Hendrik, di situ ada Hendrico. 

Hari itu, Hendrik ingin belajar berenang tanpa pengawasan mama atau juga pengasuh mereka. Di tengah-tengah aktivitas berenang tiba-tiba Hendrik mengalami kram pada kaki. Hal itu menyebabkan dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya dan itu membuat dirinya tenggelam. 

Hendrico yang ada di dekatnya langsung terjun untuk menolong saudara kembarnya itu. Hendrik terus memberontak berusaha untuk menaikkan badannya dengan menekan tubuh Hendrico. 

Akhirnya, Hendrik mampu meraih tepi kolam dan naik ke atas. Naas, Hendrico tidak terselamatkan karena terlalu banyak air yang masuk dalam paru-parunya. Kejadian itu membuat Hendrik mengalami trauma dan harus menjalani perawatan. 

Ternyata, setelah Hendrico meninggal, perlahan-lahan Hendrik menghidupkan sosok Hendrico pada dirinya. Kehadiran Hendrico sangat terasa di dalam Hendrik. Dengan pemikiran dan kepribadian yang berbeda dengan dirinya. 

Hendrico yang baik, lemah lembut, dan penyayang. Sedangkan Hendrik berwatak keras, kasar, dan egois. Hal itu membuat mama Hendrik lebih menyayangi Hendrico dan lebih dekat dengannya. 

Sayang, karena kesibukan kedua orang tuanya membuat kesehatan jiwa Hendrik tidak terpantau dengan baik. Mereka beranggapan trauma Hendrik sudah disembuhkan. Mereka tidak menyadari perubahan sifat pada Hendrik. 

Kepribadian Hendrik yang terkadang mudah berubah, tidak membuat kedua orang tuanya berpikir ada yang tidak beres dengan anaknya. Mama Hendrik justru berpikiran bahwa Hendrik berubah menjadi lebih baik setelah kehilangan saudara kembarnya. Dia mulai lebih protektif terhadap anak semata wayangnya itu. 

Hubungan antara anak dan mama mulai terusik sejak Hendrik berhubungan dengan Sherly. Kedekatan mereka mulai terjalin saat Sherly magang di perusahaan Hendrik sebagai sekretaris. Sherly mahasiswi tingkat akhir yang melakukan magang sebagai syarat untuk mengajukan skripsi waktu itu.

"Rico, kamu harus mengakui semua perbuatanmu pada majelis hakim!" seru Hendrik keras sambil menatap sebelah bagian yang kosong dengan sorot mata marah.

"Jika tidak, Hendrik yang akan di hukum. Hendrik tidak bersalah, mengakulah!" desak Hendrik pada sosok yang ada dalam pikirannya itu.

Setelah melakukan pemeriksaan kejiwaan pada Hendrik dengan bantuan psikiater kehakiman, putusan majelis hakim atas perbuatan Hendrik adalah memasukkannya kedalam RSJ. Dia harus menjalani perawatan dengan intensif selama dua tahun. Jika sebelum dua tahun sudah bisa sembuh, Hendrik harus menjalani sisa hukuman di penjara. 

"Sherly, percaya pada Hendrik. Hendrik tidak bersalah. Bukan Hendrik pelakunya. Hendrik sangat mencintai Sherly. Hendrik bahagia akan menjadi papa, tidak mungkin melakukan hal yang membahayakan anak Hendrik," ungkap Hendrik terus mengiba dan berusaha meraih tangan Sherly saat akan dibawa ke RSJ. 

Setelah pembacaan putusan hakim, Hendrik langsung dibawa ke RSJ yang ditunjuk oleh pengadilan. Pandangan yang jatuh pada Sherly, membuat hati Sherly terusik. 

Sherly meminta waktu sebentar untuk berbicara dengan Hendrik. "Hen, saya juga mencintai kamu. Kamu sekarang sedang sakit, jadi harus menuruti apa yang dikatakan oleh dokter nanti. Supaya kita bisa bersama lagi," bisik Sherly sambil memeluk suaminya itu. 

Kedua orang tua Hendrik, terutama mamanya sangat malu kepada Sherly yang menerima apa adanya sang suami tak lain adalah anak mereka. Mereka mendengar janji Sherly yang akan menunggu hingga masa hukuman Hendrik selesai dan bersama-sama melewati cobaan yang mereka hadapi. Hal itu membuat hatinya menjadi terharu dan berjanji akan menerima Sherly sepenuhnya. 

"Kamu benar-benar mau memaafkan suamimu dan menunggu dia menyelesaikan masa tahanannya?" tanya Zerlina pada Sherly setelah mereka sampai di sebuah kafe. 

Zerlina dan Sherly bertemu di kafe untuk membahas kelanjutan penyelesaian kasus Sherly. Zerlina harus menuntaskan tugasnya sebagai pengacara.

"Iya, Kak. Saya tidak jadi menggugat cerai pada Hendrik. Apa yang terjadi mungkin sudah jadi surat-Nya untuk makin dekat dengan Sang Pencipta dan belajar menerima kekurangan orang lain," papar Sherly dengan penuh keyakinan. 

"Saya mau melanjutkan pendidikan saya, Kak. Ambil yang untuk karyawan. Jadi pagi saya bisa bantu mama sama papa di toko, malam saya kuliah," lanjut Sherly mengungkapkan rencana masa depannya.

Jurusan psikologi bisnis yang menjadi pilihan Sherly. Selain untuk membantu memajukan usaha kedua orang tuanya, juga membantu Hendrik dalam mengurus perusahaan kelak. Perusahaan Hendrik kembali diambil alih oleh papanya untuk sementara waktu. 

"Baik kalau begitu. Apapun rencana yang mau kamu ambil, semoga sukses ya," sahut Zerlina menyemangati Sherly.

Mereka keluar bersama dari kafe menuju mobil mereka masing-masing. Sesaat sebelum mereka berpisah, Sherly memberikan sebuah paper bag pada Zerlina sebagai kenang-kenangan.

"Ini untuk kakak. Terima kasih sudah mau mendampingi saya dari awal sampai kasus ini selesai, " ucap Sherly sambil memeluk Zerlina.

Zerlina membalas pelukan Sherly. "Sama-sama, Sher. Saya juga berterima kasih atas kepercayaan yang kamu berikan pada saya," jawab Zerlina lalu melepaskan pelukannya.

"Ven-Ven …. Venchi …," teriak Zerlina memanggil anjing peliharaannya yang kabur sebelum memakai tali kekang.

Seperti biasa saat Zerlina lari pagi ditemani oleh anjing kesayangannya. Sudah satu tahun Venchi menemani dirinya saat di rumah. 

"Hai! Kemarin, Venchi!" seru Zerlina saat melihat anjingnya masuk kedalam pekarangan milik tetangganya.

Tiba-tiba pintu rumah itu terbuka dan tampak seorang gadis menggunakan kursi roda keluar dari dalam rumah. Venchi menggonggong dengan keras dan berputar-putar di sekitar gadis itu. 

"Hai! Selamat pagi," sapa gadis itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 15. Sekelumit Masa Lalu Daffa

    "Anak Konglomerat Dilaporkan Atas Kasus Pelecehan" "Heboh! Sahabat Makan Anak Sahabat" "Inisial D Pelaku Pedofil, Korban C Adalah Anak Dr R" "Benarkah Tuan Muda D Pelaku Pedofil?" "Anak Dokter Jadi Korban Pedofilia." "Anak Rumahan Jadi Korban Pelecehan Orang Terdekat" "Bejat! Pelaku D Tega Melakukan Pelecehan Pada C Yang Notabene Adalah Anak Sahabatnya Sendiri." "Korban C Anak Dokter di RS Terkenal di Jakarta" "Pelaku D Sudah Kenal Dekat Dengan Keluarga C" "Pelaporan Pelecehan Atas C Telah di Terima Pihak Kepolisian" *** "Sialan! Apa yang sudah lo lakukan, Ray! Berengsek!," umpat Daffa yang baru membaca headline di beberapa sosial media dan berita di televisi. "Halo, iya Pa?" sapa Daffa saat ponselnya berdering. "Apa maksud berita yang beredar. Kamu masih belum kapok juga, HAH!" bentak papa Daffa–di seberang–Arman Sanjaya, konglomerat terkaya di kotanya. "Fitnah itu, Pa. Daffa sudah tidak pernah melakukan itu," kilah Daffa dengan perasaan takut. "Hari ini juga kamu pul

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 14. Nasi Goreng Ala-ala

    "Baik, kalau begitu. Besok pagi kita pergi bersama ke kantor polisi untuk membuat laporan terlebih dahulu," jelas Zerlina setelah mendengar keputusan Raymond. Raut muka Raymond seakan terlukis apa yang baru saja dibacanya dari laptop milik Edo. Walaupun Zerlina belum sempat membacanya, tapi dia merasa yakin ada kenyataan yang tidak pernah diketahui oleh Raymond selama ini. "Besok Christy harus ikut atau tidak?" tanya Raymond. Jujur saja, Raymond gelisah memikirkan bagaimana penilaian orang pada anak gadisnya. Bukan bermaksud menutupi, tetapi lebih menjaga mental Christy. "Bisa hadir, bisa juga tidak. Terpenting saat memberikan keterangan harus jelas dan detail. Nanti kita bisa tanyakan langsung pada Christy, apakah dia siap memberikan keterangan atau mau diwakilkan," terang gadis itu sambil menatap wajah Raymond. Keesokkan pagi, di rumah Raymond. Terlihat Bi Minah sedang membuat sayur cap cay dan telur dadar untuk sarapan. "Bi, benar Christy gak pulang semalam?" Terdengar suara

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 13. Keputusan Raymond

    Christy merasakan dirinya lebih tenang dan lega. Apa yang telah dia lakukan, menceritakan yang sudah terjadi di hidupnya. Termasuk kejadian menyakitkan beberapa waktu yang lalu kepada Raymond. Respon dari papanya, membuat dia merasa lebih dipercaya dan dihargai oleh seseorang yang selama ini diandalkannya. Walaupun Daffa adalah orang yang sudah diberikan kepercayaan yang besar oleh Raymond, tetapi itu tidak membuat papanya menutup telinga dengan apa yang telah dia ceritakan. "Sekali lagi, maafkan, Papa. Satu hal yang harus kamu camkan dalam hati dan pikiran kamu, bahwa papa sangat menyayangi kamu. Kamu adalah hidup papa. Maaf, jika selama ini Papa kurang perhatian sama kamu, Papa sungguh menyesali hal itu. Papa terlena dengan kebaikan manusia, sehingga kejadian buruk bisa menimpamu. Papa janji akan melakukan semua yang sudah papa katakan tadi. Papa tidak akan membiarkan dia bebas setelah mengetahui perbuatanya. Sekarang kamu istirahat lah. Papa masih ada yang mau dibicarakan dengan

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 12. Christy Berbicara

    Christy mulai meneteskan air matanya. Dengan perlahan dia mulai menceritakan peristiwa yang menimpa dirinya. Pelecehan pertama yang terjadi dan pelakunya adalah orang yang selama ini dekat, bahkan sudah dianggap sebagai keluarga oleh dia dan Raymond.Sembari menahan air mata, Christy menceritakan dari awal hingga akhir tentang perbuatan Daffa setelah pulang dari liburan ke Yogyakarta. Beberapa menit berlalu, tak terlihat mimik wajah Raymond yang berubah, tampak datar-datar saja, tak ada emosi yang terbaca di sana. Entah apa yang terlintas di benak Raymond. Serta apa yang dirasakan oleh ayah satu anak itu, setelah mendengarkan cerita Christy tentang sahabatnya.Walaupun tampak tak ada emosi di wajah Raymond, tapi tidak di dalam hatinya. Laki-laki itu sedang menahan emosi yang bergemuruh menyesakkan hati. Sakit hati berulam jantung yang dia rasakan atas kemalangan anak gadisnya. Dia tahu, tidak mungkin Christy mengatakan kebohongan tentang apa yang telah menimpanya. Akan tetapi, dia jug

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 11. Raymond ke Rumah Zerlina

    'Apa-apan ini. Dasar gadis aneh. Meminta izin, tetapi juga mengancam. Lagi pula, kenapa aku gak boleh mengajak Daffa? Jangan-jangan gadis ini mau menggodaku? Tapi, dia bilang ada masalah penting. Masalah siapa yang harus aku tahu dan tidak melibatkan Daffa? Apa ada hubungannya dengan Christy?' ungkap Raymond dalam hati saat membaca pesan-pesan yang dikirimkan oleh Zerlina. "Maaf, Dok. Saya ingin memberitahukan jika pasien sudah tidak ada lagi. Tadi pasien terakhir," ucap seorang suster perawat yang membantu Raymond praktik. Raymond seorang dokter anak yang bekerja di rumah sakit milik kakaknya. Dia diberikan tanggung jawab untuk mengelola rumah sakit umum itu sejak semua keluarga kakaknya pindah ke luar negeri. Karena di sini terjadi permasalahan yang cukup besar dan membuat rumah sakit serta perusahaan milik kakaknya sedikit mengalami goncangan. Permasalahan yang terjadi pada keponakannya itu telah merusak nama baik keluarga kakaknya. Entah peristiwa apa yang dihadapi oleh kepon

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 10. Christy Menginap di Rumah Zerlina

    Raymond berjalan menuju ke kamarnya sambil memeluk tubuh remaja yang masih lemah itu. Kamar Raymond dan Christy bersebelahan. Ada pintu sekat di antara kamar mereka, tetapi sejak Christy berumur 7 tahun, pintu itu dikunci karena istri Raymond tidak ingin tidur malamnya diganggu dengan segala rengekan dari putrinya. Jadi, Raymond mempersiapkan toilet training sejak Christy sudah mulai bisa berjalan agar tidak mengganggu tidur istrinya. Dia membiasakan putrinya untuk membuang air kecil setelah minum susu sebelum tidur di malam hari. Jika di tengah malam ada keinginan untuk buang air kecil lagi, Raymond melatih Christy untuk melakukannya di pispot. Pispot itu ditaruh di dalam kamar mandi yang ada di kamar miliki Christy. "Sudah, tidak apa-apa. Kamu aman sama papa. Mimpi buruk takut sama papa," canda Raymond sambil menepuk pundak dan menghibur Christy setelah sampai di dalam kamar. Christy tersenyum getir mendengar candaan papanya. Christy ingin menceritakan peristiwa yang baru saja d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status