แชร์

Bab 5 : Dicegat preman

ผู้เขียน: Andi_At98
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-09-07 00:34:01

Taksi itu tak langsung pergi dari terminal itu. Namun, menunggu beberapa orang yang sepertinya sudah menghubungi taksi itu. Setelah tiga orang yang masuk ke dalam taksi, taksi langsung berangkat meninggalkan terminal itu.

Supir taksi itu memilih jalur alternatif yang jarang dilalui orang agar bisa lebih cepat sampai ke tempat tujuan. Jalur itu melewati beberapa kampung dan tempat sepi yang tak berpenghuni. Keheningan malam menjadi teman perjalan mereka saat itu. Malam sudah menujukkan pukul 22.00, Amat merasa kantuk datang padanya. Dia menghela napas panjang dan menutup matanya. Namun, lima belas menit kemudian, taksi yang mereka tumpangi mendadak berhenti. Amat membuka matanya dan melihat beberapa orang mencegat taksi mereka. Para pencegat itu menyuruh Amat dan Kamal untuk keluar. Tanpa rasa takut Amat keluar dari taksi itu. Sedangkan, Kamal sebenarnya tidak ingin keluar karena merasa sedikit takut, tetapi karena tidak ingin meninggalkan sahabatnya sendirian, dia terpaksa keluar.

Setelah mereka keluar, pencegat itu menyuruh supir taksi itu untuk pergi. Karena saking takutnya, supir taksi itu bergegas injak gas dan pergi dari sana bersama tas Amat dan Kamal yang tertinggal di taksi itu. Amat terus memperhatikan ke sepuluh orang yang mencegatnya itu. Dan salah satu orang dari mereka seperti familiar bagi Amat dan Kamal.

Dengan lantang Amat berkata, "Ternyata kamu lagi, bukankah dulu pernah ku katakan untuk tidak mengganggu kami lagi ... kali ini ku jamin kamu akan menyesalinya."

Orang itu menjawab dengan marah, "Ini adalah malam di mana kamu akan mati!, karena kamu telah mencampuri urusanku dengan dia." Sambil menunjuk ke arah Kamal.

Kamal yang ditunjuk semakin merasa ketakutan.

Lalu Amat berkata, "Itu seharusnya kata-kata untukmu!" Sambil bergerak maju.

Kemudian, teriakkan lantang bergema, "Serang!" Diiringi suara langkah kaki yang berderu.

Para preman itu menyerang secara bersamaan ke arah Amat dan Kamal. Delapan orang preman menyerang Amat dan sisanya menyerang Kamal. Kamal yang terdesak terpasak melawan. Para preman yang kali ini menyerang mereka memiliki ilmu bela diri yang bagus. Sehingga, Amat tampak kesusahan menghadapi mereka. Pertempuran kali ini memang brutal. Suara tinju yang bersahutan dan tendangan-tendangan ganas yang menyakitkan terdengar hampir disetiap bagian tubuh Amat. Amat sampai terdorong mundur beberapa langkah.

Karena melihat pertarungan yang semakin tak terkendali dan melihat sahabatnya juga kewalahan. Anang bersiap mengeluarkan ilmu tenaga dalamnya. Namun sebelum sebelum itu terjadi datang seseorang yang membantunya. Orang itu menyerang para preman yang ingin menendang ke arah Amat. Dengan sigap dia juga menolong Kamal yang kewalahan. Orang itu menyapa Amat dan meminta izin untuk bertarung. Dengan senang hati, Amat mengizinkannya untuk bergabung. Kini mereka bertiga di kelilingi sepuluh orang yang siap mengkroyok mereka. Salah satu dari mereka mengeluarkan pisau dari sakunya. Perkelahian kembali dimulai ketika preman yang memegang pisau itu menyerang. Dengan tendangan kerasnya Amat berhasil melepaskan pisau itu dari genggaman pemiliknya. Dan kemudian, dia bertarung dengan yang lain.

Mereka terus dihajar dan Amat sebisa mungkin menghindari dan membalasnya serangan dari lawan-lawannya itu. Namun, karena jumlah lawan yang cukup besar dan mereka juga ahli bela diri, itu membuat Amat beberapa kali terpojok. Begitu juga dengan seseorang yang membantu mereka tadi. Kamal disamping mereka sudah terlihat babak belur.

Dengan mata yang membiru, Kamal berkata kepada Amat "Sudahi ini semua!".

Namun, belum sempat Amat menjawab, Kamal berteriak histeris melihat perutnya ditusuk dengan sebuah pisau. Amat yang melihat itu berteriak dan langsung menendang pelakunya.

Setelah itu, Kamal roboh dan sekali lagi berkata "Sudahi ini semuaaa!".

Melihat sahabatnya roboh, Amat berteriak sejadi-jadinya. Dan tenaga dalamnya kini melonjak keluar. Dia terus maju ke arah lawan sendirian. Satu persatu lawan dipukul dan di tendangnya dengan keras. Setiap dia memukul atau menendang pasti ada suara seperti tulang patah. Krek!

Hanya dengan sepuluh pukulan dan tendangan semua lawan tumbang berserakan.

Kemudian, dia mendekati orang yang telah menusuk Kamal. Dia melihat orang itu seperti harimau yang sedang bersiap menerkam mangsanya. Orang yang dipandangnya tampak ketakutan. Air mata dan keringatnya jatuh menyatu di antara mukanya yang terlihat garang.

Dengan singkat Anang berkata, "Ini kamu yang minta!".

Namun, belum sempat Amat melakukan sesuatu, polisi telah datang dan mengepung mereka. Mereka berdua dibawa ke kantor polisi, dan sisanya ke rumah sakit.

Malam itu di kantor polisi, Amat dan seseorang yang membantunya diintrogasi perihal kejadian tadi. Amat menjelaskan bahwa, dia dan temannya tidak bersalah, karena mereka hanya membela diri. Dan sepuluh preman itulah yang menyerang mereka duluan, saat mereka ingin pulang kampung.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Predator Kota   Bab 25 : Mulai Bergerak

    Waktu tidak terasa cepat berlalu. Sekarang sudah seminggu sejak hari itu. Mereka juga sudah mendapat izin untuk menggunakan ruko itu dari pemiliknya. Mereka juga sudah beberapa kali menggunakan tempat itu sebagai tempat latihan dan sekaligus sebagai markas. Terminal tempat mereka kerja juga semakin ramai. Sejak kejadian itu, banyak dari kelompok preman yang menaruh hormat kepada mereka. Dan dengan demikian tempat yang mereka kelola juga semakin aman. Keamanan yang mereka berikan ini membuat pedagang dan pembeli merasa terlidungi.Malam itu seperti biasa, mereka duduk santai di dalam markas. Beberapa dari mereka sedang ada di luar mengawasi hilir mudik orang-orang yang lewat."Mana Bang Amat?" tanya Irwan yang baru datang."Mungkin di balkon atas, Bang!" jawab Adit."Iya terima kasih," sahut Irwan yang langsung menuju ke dalam."Ada apa, Ya?" tanya Radit."Enggak tau!" Adit mengangkat kedua bahunya.Radit juga berhenti se

  • Predator Kota   Bab 24 : Metode pelatihan

    Tak lama kemudian, istri Irwan datang dengan membawa beberapa plastik di tangannya. Dan kelihatannya dia baru selesai belanja di pasar."Permisi!" ucapnya melewati mereka yang sedang duduk."Iya silahkan, Mba!" jawab mereka.Setelah meletakkan barang bawaannya di dapur, istri Irwan kembali keluar menemui Irwan."Ada apa?" tanya Irwan sambil memperhatikan istrinya yang mendekatinya."Di pasar seberang Ikan tidak ada dan hanya ada Ayam, itupun mahal." Istri memberitahu Irwan."Ya sudah nanti aku Radit buat beli," jawab Irwan."Tidak usah Wan, Ini ada ayam!" Amat berkata sambil menunjuk kantongan plastik di sampingnya."Abang beli ayam?" tanya Radit kaget."Iya!" jawab Amat singkat."Aku kira tadi itu pakaian, Bang!" sahut Radit sambil sedikit tertawa.Mendengar itu, Irwan langsung menatap Radit. Radit yang melihat tatapan Irwan langsung terdiam seketika.Irwan berbicara kepada Amat. "Bene

  • Predator Kota   Bab 23 : Rencana

    Sesampainya di rumah Irwan, Amat melihat teman-teman sedang duduk di dalam. Kemudian, Amat masuk dan langsung duduk diantara mereka."Ini ada beberapa kue buat mengganjal perut."Amat berkata sambil tersenyum dan menaruh sebuah kantongan plastik di depan mereka."Terima kasih Bang," jawab Agung dengan senyumnya.Kemudian, satu persatu dari mereka mengambil kue itu dan mulai memakannya."Beli di depan, Bang?" tanya Broto sambil memakan kuenya."Iya," jawab Amat singkat."Ditempat Pakde ya, Bang?" Radit bertanya."Aku tidak tahu." Amat menggelengkan kepalanya."Ya iya lah pasti! Siapa lagi yang jualan kue di depan selain Pakde?" Jamal menyahut pertanyaan Radit."Iya juga sih," jawab Radit sambil tersenyum.Tak lama kemudian, Adit datang dari dapur dengan membawa seteko kopi dan beberapa gelas."Pas banget nih!" Jamal berkata sambil tersenyum.Adit meletakkan teko kopi dan cangkir itu di hadapan

  • Predator Kota   Bab 22 : Bertemu Tuti

    Malam yang semakin larut kini telah berganti dengan pagi. Cahaya matahari mulai bersinar dari upuk timur. Cahaya itu membawa kehangatan dan harapan bagi orang-orang untuk memulai pekerjaannya. Krek.... Amat terbangun saat istri Irwan membuka pintu kamarnya. Istri Irwan hanya tersenyum dan mengangguk saat melihat Amat yang sedang mengosok-gosok matanya. Setelah itu, Istri Irwan keluar setelah mengambil sesuatu dilemarinya. Amat yang terbangun segera duduk dan menyandarkan dirinya di tembok. Kemudian, Dia mengalihkan pandangannya kearah teman-temannya yang masih tertidur pulas. Dia hanya tersenyum tipis melihat teman-temannya yang masih tertidur pulas itu. Setelah itu, dia berdiri dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya.Setelah selesai mencuci muka, Amat berjalan keluar menuju pintu. Krek.... Dia membuka pintu dan menutupnya kembali. Dia menyusuri gang kecil itu untuk menuju terminal. Dia melihat keadaan terminal yang sudah bersih dan rapi. Walaupun

  • Predator Kota   Bab 21 : Sehabis Perkelahian

    Tok, tok, tok! "Mba! Mba Yulita!" Jamal mengetuk rumah Irwan. "Iya sebentar," jawab istri Irwan. "Krek.... "Bang! Abang kenapa?" ucap Yulita saat melihat suaminya yang terkulai lemas. Tak sengaja air matanya berjatuhan melihat kondisi suaminya itu. "Aa.. aku tidak apa-apa!" jawab Irwan sambil tersenyum dan menahan sakitnya. "Lebih baik kita bawa masuk dulu, Mba!" ucap Amat. "Ayo, ayo masuk!" Yulita membuka lebar pintu rumahnya. "Langsung bawa masuk ke kamar saja!" pinta Yulita sambil menyapu air matanya. Mereka yang mendengar itu segera membawa Irwan ke kamarnya. Di kamar itu Anak Irwan yang bernama Andi sedang tidur. Kemudian, dia terbangun karena mendengar suara dari teman-teman ayahnya itu. "Ayah!" ucap anaknya terkejut. "Ayah kenapa?" Anaknya bertanya lagi sambil mengosok-gosok matanya. "Ayah tidak apa-apa!" Irwan menenangkan anaknya. "Ayah jangan bohong

  • Predator Kota   Bab 20 : Melawan kelompok Sahril Iril

    "I-itu mereka, Bang!" ucap Adit sambil ketakutan."Halo, Bang Irwan! Masih Ingat dengan ku?" ledek Sahri.Ckckck! "Mana mungkin aku lupa dengan orang yang pernah bersujud minta ampun dihadapanku!" ejek Irwan.Wajah Sahril seketika memerah karena marah."Itu dulu! Sekarang kamulah yang akan sujud dihadapanku, Irwan!""Dulu atau sekarang, itu sama saja!" balas Irwan.Cuih! "Irwan, coba lihat sekelilingmu!" Sahril merentangkan kedua tangannya.Terlihat ada sekitar dua puluh lebih orang disekitarnya.Ckckck! Huuh.... "Buat apa kamu bawa gerombolan srigala untuk menyerang Singa? Kamu sudah tahu hasilnya, Kan?" balas Irwan sambil tertawa."Hah! Singa? Apakah aku tidak salah dengar? Kalian hanya segerombolan domba yang akan menjadi mangsa kami," ledek Sahril."Hahaha!" Anak buah Sahril tertawa.Amat yang melihat itu hanya mengeleng-gelengkan kepalanya."Singkat saja! Apa yang kalian mau?" tanya Irwan dengan

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status