Share

Bab 4 : Pulang kampung

Setelah itu mereka pergi dengan susah payah meninggalkan Amat sendirian. Beberapa hari kemudian, pesangon dari para karyawan yang di PHK telah di berikan oleh pihak perusahaan. Dan dalam perjalanan pulang, Amat bertemu dengan lagi dengan preman yang telah dihajarnya beberapa hari sebelumnya.

Disana preman tersebut bertanya, "Apakah pesangon dari karyawan yang di PKH telah diberikan oleh pihak pabrik?".

Amat menjawab "iya! pasti kalian yang melakukan ini?" Sambil memperhatikan wajah preman itu.

Preman itu menjawab "Iya, kami yang memaksa pemilik pabrik itu untuk membayar pesangon kepada karyawan yang di PHK ... Kami juga menyandra anaknya sebagai jaminan dan jika dia tidal memenuhinya maka nyawa anaknya akan melayang!".

Amat berkata dalam hatinya "jadi ini yang namanya senjata makan tuan."

Kemudian, Amat berkata "Terima kasih atas batuannya, dan jangan lupa lepaskan anak pemilik perusahaan itu! Kami telah mendapatkan apa yang menjadi hak kami."

"Itu sudah pasti! Dan kami juga bersyukur bisa menepati janji kami padamu," jawab preman itu.

Di situ juga preman itu meminta amat untuk menjadi gurunya dan dia meminta untuk diajari ilmu beladiri serta tenaga dalam yang dimiliki oleh Amat.

Amat hanya menjawab "Nanti jika kamu sudah benar-benar putih datanglah ke kampungku, akan aku berikan apa yang kamu mau ...  dan sampaikan ucapan terima kasihku kepada teman-temanmu yang telah membantuku."

Amat menambahkan lagi, "Ingat diatas langit masih ada langit."

Kemudian Amat dan Kamal pergi meninggalkan preman tersebut.

Setelah mendapatkan pesangon sore itu, Amat berserta Kamal menyiapkan barang bawaan mereka untuk pulang ke kampung halaman. Tak lupa Kamal berpamitan kepada Tuti wanita yang sangat dia cintai.

Kamal berkata, "Sayang aku pamit untuk pulang tetapi, aku berjanji aku pasti kembali untukmu ... percayalah jiwa ragaku dan kasih sayangku hanya untukmu, tak perduli apapun caranya aku akan menikahimu dan ku berharap kau mau menungguku ... " (sambil memeluk Tuti).

Tuti yang ada dalam pelukan Kamal hanya bisa menangis.

Kamal berkata lagi " Sudahi air matamu sayang, aku tak ingin kau menangis begini ...." (sambil mengeluarkan air mata).

Kemudian dengan berat hati Kamal melepaskan pelukannya yang terasa berat itu.

Tuti yang masih terisak-isak menangis berkata "i-iya sayang! A-aku ... (terus menangis) akan slalu menunggumu."

Di sana banyak juga dari teman-teman mereka yang tak sanggup menahan air mata karena kepergian mereka. Bahkan orang-orang yang pernah dihajarnya sekalipun juga ikut terharu. Amat memang orang yang kuat tetapi, dia juga orang yang baik. Kekuatannya digunakan untuk kebaikan dan memberikan pelajaran kepada orang yang berbuat jahat sesuai dengan perbuatannya. Bahkan, preman yang tadi pagi menemuinya datang kembali dengan memberikan sebuah jam tangan kesayangannya kepada Amat. Dia memberikan ini sebagai kenang-kenangan. Dia berterima kasih kepada Amat yang telah menghajarnya sehingga, dia sadar akan kemampuannya. Dan dia juga berjanji akan mengikuti semua yang telah disampaikan oleh Amat. Amat langsung memakai jam tangan itu, sebagai tanda penghargaannya terhadap pemberian itu. Preman yang melihat itu merasa bangga karena pemeriannya dihargai dan dia segera memeluk Amat beserta Kamal sebagai tanda perpisahan.

Seiring lambaian tangan dari teman-temannya Amat dan Kamal berjalan pergi meninggalkan mereka. Memang berat meninggalkan kenangan tetapi kampung halaman lebih dirindukan. Bukan perpisahan yang mereka tangisi hanya pertemuan singkat yang mereka sesali.

Amat dan Kamal sudah berada di terminal untuk menunggu taksi. Namun, sudah pukul 18.00 sore taksi yang mereka tunggu belum juga terlihat. Kamal mulai gelisah karena takut ke malaman di jalan. Sedangkan, Amat duduk sambil ngopi di warung dekat terminal itu.

Amat yang melihat Kamal gelisah memanggi kamal "Mal, duduk! Kita ngopi dulu." Sambil melambaikan tangannya.

Kamal menjawabnya "Bentar!" Sambil terus memandangi setiap taksi yang lewat.

Namun, karena taksi yang dia tunggu tidak kunjung datang, akhirnya kamal mengikuti ajakan Amat tadi.

Tak terasa waktu azan Magrib tiba. Mereka masih saja duduk di warung itu sambil menunggu taksi yang singgah di terminal itu.

Kemudian, Amat berkata kepada Kamal "Jika sampai pukul 21.00 malam nanti taksi yang kita tunggu tidak datang juga, maka lebih baik kita mencari penginapan dan esok kita baru pulang."

Kamal mengangguk sambil berkata "Iya! Memang begitu baiknya ku rasa."

Mereka membicarakan banyak hal di warung itu sampai tak terasa sekarang sudah hampir pukul 21.00. Amat mengajak Kamal untuk segera mencari penginapan dan membayar kopi mereka. Baru beberapa langkah berjalan, tampak ada sebuah taksi yang singgah di terminal itu. Kamal langsung berlari dan menanyai sopir itu ke mana tujuan taksi ini. Setelah menyebutkan tujuan yang sama dengan tujuan mereka, Kamal berteriak memanggil Amat untuk masuk. Amat mendatanginya dan langsung masuk ke dalam taksi menyusul Kamal.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status